halaman dua belas

945 98 10
                                    


Sudah seminggu semenjak mereka berdua berpacaran dan terasa tidak ada yang spesial. Biasanya orang-orang paling sering mengatakan kalau awal masa pacaran itu manis bukan? Yang Jaemin rasakan tidak tuh.


Ia sedikit berpikir, apa seharusnya dia tidak usah saja ya waktu itu menyatakan perasaannya? Walau memang pada dasarnya ia menyukai Jeno dan dengan kejadian kemarin itu membuat acara menyatakan perasaannya malah semakin lancar.

Tidak ada aksi anti-mainstream seperti cerita fiksi remaja yang biasanya ia baca di situs Webtoon. Terlalu mudah dan—


Sebentar. Ini kenapa dia seperti tidak bersyukur sama sekali? Disaat orang-orang ingin kisah cintanya dipermudah, Jaemin malah ingin dipersulit.

Jaemin menggelengkan kepala, "Tuhan, terima kasih banyak sudah mempermudah kisah hidupku." Ia bergumam sembari menyatukan kedua tangannya.


"Berapa lama lagi kau ingin berdoa di dalam lift?"

Jeno meninggalkan Jaemin yang masih setia berdiri di dalam lift yang hampir saja tertutup. Jaemin segera berlari sebelum lift itu tertutup rapat.

"Buku Sejarah?"

"Sudah!"

"Tugas dari pak Yuta?"

"Sudah diselesaikan sejak kemarin."

Beginilah kehidupan selama mereka menjadi sepasang kekasih, apa? Terlalu monoton ya?





Ekhem, halo Jeno-ssi? Bisa kita bicara sebentar?

























—Epoch'
Don't hate someone too much, later you will fall in love with him.






















Jam istirahat membuat kantin sekolah menjadi sangat ramai sekali, beruntung Jaemin dan kedua sahabatnya mendapatkan tempat untuk makan siang. Jadi ya tidak harus berdesak-desakan dengan anak murid lain yang sibuk mencari tempat duduk.



"Bagaimana dengan my lovely? Atau babe? Itu terdengar romantis."


"Di mana sih kau menyimpan file drama romansa di laptopmu? Aku harus menghapusnya sebelum kau semakin tak waras." Rasanya Renjun ingin sekali melempari Haechan dengan loker.

"Aku hanya memberi saran, terakhir kali aku memberi saran pada Jaemin itu berhasil bukan?" Haechan kembali menatap Jaemin yang sibuk meminum air mineralnya. "Jadi bagaimana? Bagus yang my lovely atau babe? Atau cintaku?"





"Aku yang berpacaran kenapa kau yang sibuk mencari ide nama kontak khusus untuknya?"


"Kau sudah hampir seminggu berpacaran dengan si dinding datar itu, masa tidak ada kemajuan seperti nama kontak?" Haechan kan berniat baik ingin membantu sahabatnya agar mendapatkan hidup yang lebih layak.

"Bagaimana kalau budakku? Atau guru pribadiku?" Renjun memberi usulan, "tidak ada saran yang—"



"Oh? Itu bagus, guru pribadiku terdengar bagus." Jaemin tersenyum sumringah, "terima kasih Renjun-ah."


"Sama-sama, itulah gunanya—"



"Hei! Lalu saranku bagaimana? Kenapa tidak ada yang mau kau pakai?" Tanya Haechan.


"Saran yang kau berikan sudah terlalu kuno untuk dipakai."



Haechan menganga tak percaya, sebelum mulutnya dimasuki lalat, Renjun dengan baik hati menyumpal mulut Haechan dengan roti.




epoch' [ nomin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang