halaman empat belas

949 90 46
                                    


Jaemin meremas kecil tangannya karena merasa gugup, Jeno sama sekali tidak berbicara sejak masuk kedalam mobil hingga sampai di basement apartemen. 




Ia tidak tahu apa maksudnya yang membicarakan hal penting, sedangkan daritadi mereka tidak membicarakan apapun. Dan itu membuat Jaemin jengah.



"Haaaah,"



Mendengar Jeno menghela nafas, itu membuat Jaemin kembali mengatupkan bibirnya, tadinya dia ingin berbicara namun tak jadi.



"Sudah berapa lama kita berada di dalam mobil?" Jaemin melirik jam yang tertera di ponselnya.

"15 menit."



Ia melihat Jeno mengangguk dari sudut mata, "Ayo keluar."



Otak Jaemin sedang memproses ucapan Jeno beberapa detik lalu, lalu apa gunanya mereka berdiam diri di dalam mobil kalau pada akhirnya tidak ada yang dibicarakan?



Tok tok tok

Jaemin terlonjak mendengar kaca mobil diketuk dari luar, itu Jeno. "Tidak mau keluar?"


"Ah—Hahaha, iya pak, saya keluar—" Telat. Pintu mobil dibuka terlebih dahulu sebelum Jaemin yang membukanya sendiri.



"Maaf saya tidak bicara sama sekali tadi, saya sedang merilekskan pikiran sehingga lupa dengan topik pembicaraan."



Jaemin hanya memberikan senyuman, kalau tahu begitu lebih baik ia keluar duluan saja. Tapi dia tidak enak juga pada Jeno, yah serba salah.



































—Epoch'
Don't hate someone too much, later you will fall in love with him.










































"Jaemin."

"Iya?"


Jeno mengulum bibir, ia sedikit bingung ingin memulai pembicaraan dari mana terlebih dahulu.



"Maaf."


Mata Jaemin mengerjap cepat, ia kembali memproses kalimat yang Jeno ucapkan barusan.


"Kenapa tiba-tiba minta maaf?"


Ia melihat Jeno mengusap tengkuknya, "Pasti kau sedikit terkejut tadi saat saya tiba-tiba ada di kantin dan begitu."



"Aah, itu ya. Memang agak terkejut sih, tapi harusnya saya berterima kasih pada pak Jeno karena mau menolong saya di saat seperti itu."





Jeno mengangguk, "lalu kau tahu, tentang artikel yang beredar?"




Kali ini Jaemin yang mengangguk, "Tahu. Ah, si penulis artikelnya terlalu bersemangat sampai melebih-lebihkan kejadian. Padahal realitanya tidak sepenuhnya benar." Jaemin tertawa agar mencairkan suasana.





"Saya khawatir kau tak nyaman dengan tindakan saya tadi." Jeno terkekeh kecil, "tapi sepertinya tidak ya?"





"Tentu saja tidak! Kau kan pacar saya, mana mungkin saya tak nyaman. Saya hanya terkejut ketika pak Jeno ada di kantin, itu saja."



Mereka berdua tertawa bersamaan, "Kalau begitu saya pergi, malam." Jeno melangkah menuju unit apartemennya.




"Malam juga, pak Jeno!" Tangan Jaemin melambai-lambai.



epoch' [ nomin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang