Beberapa hari sebelum kejadian di halaman sembilan.
"Ideku sangatlah cemerlang, bukan begitu Renjun-ah?"
Renjun hanya bisa menggeleng prihatin, "Haechan dan segala ide gilanya."
"Ck, sekarang aku jadi semakin yakin bahwa kau adalah fans beratku, terbukti bahwa kau sering sekali mengomentari diriku."
Haechan tersenyum bangga, "jangan khawatir, aku akan memberikan tanda tanganku padamu secara gratis."
"Aughh, darahku terasa mendidih." Renjun sudah siap melempar buku tebal di tangannya.
"Hei hei, jika kalian berdua datang kesini hanya untuk menimbulkan masalah, lebih baik cepatlah pulang." Jaemin melipat tangannya malas.
Kedua sahabatnya ini tiba-tiba datang ke apartemen dan sudah membuat ribut saja, kesabaran Jaemin memang setebal buku kamus bahasa Inggris. Tetapi jika dibiarkan begitu saja bisa-bisa kesabarannya hanya setipis tisu toilet.
"Kau tega sekali pada pangeran tampan sepertiku, hatiku teriris mendengar perkataanmu barusan." Haechan mengikuti langkah Jaemin menuju dapur, ia sedang memasak mie instan.
"Jaem, di mana kau menyimpan pisau?"
Haechan terbelalak, "mau apa kau?!"
"Apa sih? Aku hanya ingin memotong telur rebus saja. Penakut sekali." Renjun melewati Haechan yang tengah memeluk dirinya sendiri.
"Hei, apa aku harus memanggil satpam dan menyuruhnya untuk mengusir Haechan?" Bisik Jaemin.
"HEH! AKU DENGAR!"
Mereka berdua bertos ria, "tapi aku penasaran apa yang kalian bicarakan tadi tanpa aku, sepertinya terdengar serius." Ujar Jaemin.
"Hanya tentang ide gilanya Haechan."
"Begini-begini aku ingin membantu Jaemin."
Dahi Jaemin mengernyit, "membantu dari?"
"Kau tahu sendiri kan kalau pak Jeno itu seperti masih menganggapmu musuh? Aku memiliki ide yang cemerlang, coba kau tanyakan pada pak Jeno apa dia mau menerima dirimu menjadi pacarnya. Apalagi kau sedang jatuh cinta dengan pak Jeno, iya kan? Jika dia menjawab mau itu berarti kau dimaafkan, benar-benar dimaafkan."
"Kalau tidak?"
"Kau dan pak Jeno selamanya akan menjadi musuh abadi, orang yang paling membenci di sini adalah pak Jeno." Haechan menatap Jaemin serius.
Bahu Jaemin diusap pelan oleh Renjun, "aku tahu kita memiliki sahabat yang luar biasa aneh, tapi tidak ada salahnya mencoba bukan?"
"Herannya kenapa kau mudah sekali jatuh cinta pada guru bermuka datar itu, padahal awalnya kau juga benci sekali dengannya."
Bahu Haechan dipukul pelan oleh Renjun, "kau tidak percaya kekuatan cinta?"
"Lihatlah siapa yang sok menjadi pakar dalam dunia percintaan."
Jaemin berfikir senjenak, haruskah?
—Epoch'
Don't hate someone too much, later you will fall in love with him.
KAMU SEDANG MEMBACA
epoch' [ nomin ] ✓
FanficSeharusnya Jeno percaya dengan kalimat : "Jangan terlalu membenci seseorang, nanti kau akan jatuh cinta dengannya." Dia terlalu meremehkan kalimat itu sehingga secara tidak sadar ia telah jatuh ke dalam pesona seseorang yang ia benci tersebut. ⚠b...