halaman dua puluh empat

853 74 9
                                    







"Kira-kira Jaemin sedang apa ya..." Haechan bergumam sendiri.



"Di mana guru mata pelajaran kita? Jam di kantor habis baterai apa bagaimana sih? Aku bosan." Kali ini Renjun yang bergumam. Bedanya dia diiringi dengan ekspresi kesal.








Kaki Haechan menendang agak keras kursi Renjun, membuat si pemilik kursi semakin emosi. "APA?!" Ucapnya garang.





"Emosian sekali." Haechan mengelus dada penuh kesabaran.



Bibir Renjun mencebik kesal, ia mendumal entah tentang apa. Mungkin sebal dengan seisi kelas yang ribut atau ada yang lain.



"Mundurkan mejanya kebelakang!"


"WOHOOOOW~"




"Aduh, HEH! KENAPA MUNDUR-MUNDUR BEGINI?! SEMPIT BODOH!" Renjun memberi tatapan garang lagi.



"Kita akan membuat panggung kecil, seperti konser dadakan." Ucap salah satu teman sekelasnya.



Haechan menggeleng prihatin, "mereka seperti membuat perayaan pak Jeno masuk rumah sakit saja. Ini kalau Jaemin tahu pasti dia akan menghamburkan seisi kelas."








"Tidak perlu Jaemin, biar aku saja yang wakilkan." Renjun merenggangkan otot dan jemarinya. Ia merasa bahunya ditepuk bermaksud memberi semangat. "Aku mendukungmu sobat, semoga berhasil." Gumam Haechan.







Lengan seragam sekolah Renjun digulung Haechan dan juga sedikit merapikan penampilan sahabatnya itu sebelum memulai peperangan.





Satu kaki Renjun dinaikkan di atas meja. "MAJU KALIAN SEMUA!!"




"LA—LARI!"


"SEMANGAT RENJUN-AH!" Haechan berteriak semangat.



Doyoung membuka pintu kelas dan ikut berteriak nyaring. "MAJU KALIAN SEMUA!"



"CEPAT LOMPATI JENDELA! ADA PAK DOYOUNG!"



"HEH! ITU MAU KEMANA?!"








































—Epoch'
Don't hate someone too much, later you will fall in love with him.

































































"Aku pulang dulu. Jangan lupa minum obatnya, ya? Hubungi aku jika terjadi sesuatu." Jeno tidak menjawab kalimat tersebut, ia sibuk menatap Jaemin dengan ekspresi datar.





"Jika aku hubungi dirimu kau juga tidak akan datang pada detik itu juga."


"Hanya berjaga-jaga." Jaemin tersenyum manis.


"Ya, jangan lupa buang itu air yang dari toilet."




Tatapan Jaemin berubah sinis, kenapa harus diungkit lagi sih? Ya, bagaimana ya, saat Jeno tersedak tadi ternyata Jaemin berlari menuju meja resepsionis untuk menanyakan di mana letak dispenser air mineral.



Perawat itu menunjuk ke arah belakang meja di mana dispenser itu berada. Namun Jaemin malah berlari lagi entah kemana dan dia malah berakhir di toilet.





epoch' [ nomin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang