halaman tujuh belas

891 78 13
                                    



Beberapa hari yang lalu Jeno berkunjung ke apartemen Jaemin untuk menemani pacarnya yang sedang mengerjakan tugas dari Jaehyun.
Dan juga di balik kunjungan tersebut ada niat yang sudah Jeno pertimbangankan sejak kemarin. Ia sudah yakin untuk mengatakan hal tersebut kepada Jaemin.

"Hei, Na."

Jaemin berdehem agak keras membalas panggilan Jeno. Pandangannya tak lepas sama sekali dari soal yang dia baca.

"Aku ingin bicara serius, tatap lawan bicaramu jika sedang berbicara." Ujar Jeno.

Bibir Jaemin mencebik kesal, terpaksa ia menghentikan aksi mengerjakan tugasnya.

"Iya ada apa?"

"Aku rasa," sejenak Jeno tenggelam di dalam bayangan Jaemin yang tersenyum padanya.

"Aku rasa?" Ulang Jaemin.



"Aku rasa aku ingin makan mie pedas milikmu."


Mulut Jaemin menganga, ia tidak percaya bahwa Jeno mencuri waktunya hanya untuk membicarakan tentang mie pedasnya. Penting dari mananya?



"Makan saja sana! Eissss, aku harus mengerjakan kembali tugasku."


Jeno mengacak rambutnya sehingga menjadi berantakan. "Bukan itu maksudku."


"Huh? Lalu?" Beo Jaemin.


Kali ini Jeno akan mengatakannya. "Aku rasa aku juga akan mencoba untuk mencintaimu."




Mata Jaemin berkedip lucu saat mendengar itu, lalu ia memberikan senyuman yang manis sekali.



"Mau aku bantu?"

"Ck, aku bisa mencobanya sendiri tanpa bantuanmu. Kau cukup lihat saja."






Oke mari kita lihat.



































—Epoch'
Don't hate someone too much, later you will fall in love with him.
































"TIDAK BISAKAH KAU MENYELESAIKAN INI DENGAN KEPALA DINGIN HAH?!" Teriakan Jaemin terdengar gemetar. Rahangnya mengeras menahan emosi atau mungkin juga sedang berusaha menahan tangisan. Sebuah bukti—mata Jaemin sedikit memerah dengan genangan air yang ada di pelupuk mata.


PRIIIIIT



Suara peluit yang ditiup nyaring memecahkan keheningan yang berdurasi hanya beberapa detik.


"Wow wow wow, minggir kalian semua minggir." Jungwoo meminta para murid untuk membuka jalan agar sang kepala sekolah bisa menghampiri Jeno dan yang lainnya.


Di tangan kanan Donghae ada peluit yang masih melingkar di leher Jungwoo, sehingga ia harus sedikit mendekat agar peluitnya sampai ke Donghae. Entahlah kenapa tidak dilepaskan saja agar lebih mudah, ya kalau ada yang susah kenapa harus menggunakan yang mudah?



PRIIIIIT



"Pak, itu sudah cukup nyaring." Jungwoo mengusap telinganya.


"Oh ya? Maafkan saya, ekhem—" Donghae menatap sebentar Guanlin lalu menatap Jaemin. "Ah, harusnya kau tadi ikut memukul anak ini agar seri."



epoch' [ nomin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang