Chapter 3

93 9 2
                                    

Malam yang semakin larut tak mampu membuat kedua remaja itu beranjak dari tempatnya, keduanya  masih sama-sama asik menatap layar monitor yang menampilkan adegan horor di dalam salah satu film yang mereka tonton. Jika orang lain melihatnya pasti mereka akan mengira kalau kedua remaja itu adalah pasangan pasutri baru, bagaimana tidak posisi Nara yang sedang bersandar pada dada bidang Keenan, di tambah tangannya yang memeluk erat tubuh laki-laki itu, Keana sebenarnya benci dengan film horor tapi entah kenapa saat ia menonton dengan Keenan gendre yang akan di pilihnya malah selalu horor. Horor selalu menjadi candu untuk Nara jika ia menontonnya dengan Keenan, rasanya ia akan aman jika bersama laki-laki ini, Nara selalu merasa kalau ia tidak perlu takut pada apapun jika bersama Keenan, walau ujung-ujungnya nanti ia tidak berani tidur sendiri

“AAAAAAAA“ Nara kembali teriak dan makin mempererat pelukannya saat salah satu hantu dalam film itu muncul mendadak, ini yang membuat Keana benci film horor, kenapa hantunya selalu muncul tiba-tiba tanpa aba-aba terlebih dahulu, setidaknya pake awalan kaya perkenalan idol korea ke, jadinya kan ia bisa siap-siap terlebih dahulu biar tidak kaget. Nafasnya masih memburu karena kaget tapi usapan lembut di kepalanya membuatnya kembali tenang, Nara yakin mereka malam ini akan berakhir tidur di sopa dalam posisi seperti ini, Nara yang tidak mau tidur sendiri, dan Keenan yang tidak mau tidur satu kamar dengan Nara, dan berakhirlah mereka selalu tertidur di sopa jika selesai menonton film

“Padahal gua biasa sendiri, tapi kenapa gua masih aja ketakutan tidur di kamar kalau habis nonton film horor“

“Apa hantu jauh lebih menakutkan di bandingkan masalah diri gua sendiri?“

“Tidur Ra, jangan makin ngelantur kemana-mana, lo abis nonton film horor bukan abis dugem“ Keenan terus mengelus surai Nara dengan lembut, berusaha membuat gadis itu tidur di posisi senyaman mungkin, mereka saling memeluk seperti biasa. Nara akan teriak jika pelukan itu terlepas sebelum matahari menampilkan cahayanya, dan Keenan hanya bisa pasrah dengan kelakuan sahabat kecilnya itu

Matahari sudah menampakkan sinarnya bersama suara burung-burung yang berkicau saling bersauatan, jalanan sudah semakin ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang beserta bunyi klakson di segala arah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari sudah menampakkan sinarnya bersama suara burung-burung yang berkicau saling bersauatan, jalanan sudah semakin ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang beserta bunyi klakson di segala arah. Tapi hal itu tak mampu membuat kedua remaja yang masih memejamkan mata itu terbangun, mereka masih damai dalam mimpi masing-masing, posisi tidur mereka masih sama tidak ada yang berubah dari semalam, Keenan yang tertidur dengan lengan kirinya yang menjadi bantal untuk kepala Nara, dan tangan kanannya yang memeluk tubuh itu agar tidak terjatuh dan tidak jauh dari itu Nara tidur dengan posisi wajahnya yang berada tepat di dada bidang laki-laki itu, tangannya yang masih memeluk posesif tubuh laki-laki itu. Tak ada yang menganggu mereka dari semalam, sebelum suara alarm dan pesan masuk muncul dari ponsel keduanya, bunyi terus menerus tak mau berhenti dan hal itu mampu membuat Keenan dan Nara langsung membuka kedua matanya, Keenan membiarkan Keana untuk duduk terlebih dahulu, agar gadis itu tidak jatuh jika ia bangun selanjutnya

“Ganggu banget sih nih alarm, nggak tau apa kalau orang lagi enak-enaknya mimpi“ omelan itu muncul dengan lancarnya dari mulut gadis itu, dan jangan lupakan wajah kuust kas orang bangun tidur karena gangguan, tangannya sibuk mematikan alarm di ponselnya, bukannya langsung bangun Nara malah kembali membenamkan wajahnya ke dalam tubuh laki-laki di sampingnya

AurigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang