Malam menjadi teman yang sangat indah bagi dua gadis yang mendeklarasikan dirinya sebagai sahabat itu, hening dan angin malam menjadi teman bagi keduanya, tak ada percakapan sama sekali, keduanya memilih bungkam sambil menikmati gedung-gedung pencakar langit yang menampilkan banyak cahaya indah. Balkon menjadi tempat mereka merenungkan diri sendiri, dengan secangkir coklat hangat dalam gengaman keduanya
“Ra” Keana memilih untuk memulai percakapan, ia bukan tipikal orang yang betah hanya dalam keheningan, kecuali kalau ia sedang sendiri. Nara hanya diam tak menjawab ataupun melihat ke arahnya, gadis itu masih fokus dengan pemandangan yang tersaji di hadapannya
“Maaf udah bikin lo dan Keenan berantem, gua nggak bermaksud ngerebut dia dari lo” Keana menundukkan kepalanya setelah mengucapkan itu, enggan untuk menatap mata Nara kembali. Gadis itu benar-benar merasa bersalah, ucapan Nara tadi benar-benar berhasil menguras habis isi kepalanya
“Mencintai Keenan sama dengan lo melawan semesta Key, dan lo pasti udah tau siapa yang akan menang bukan. Mimpi indah lo selama ini bakal hilang semua Key kalau terus memaksa untuk terus bersanding bersama Keenan, apa lo rela kehilangan mimpi lo itu?” Keana melihat ke arah sahabatnya, kali ini mata mereka saling bertemu. Keana dan Nara sama-sama tenggelam bersama pikiran masing-masing, Keana tersenyum ke arah sahabatnya itu
“Keenan juga pernah bilang gitu sama gua Ra, tapi balik lagi ini bakal jadi konsekuesi yang akan gua tanggung nantinya. Perkara mimpi yang gua idamkan selama ini, udah gua kubur dalam-dalam untuk bisa bersanding bersama sahabat lo itu” Nara memalingkan wajahnya terlebih dahulu kembali seperti semula, sementara Keana masih tersenyum ke arah sahabatnya itu
“Nara, mencintai bukan perkara dia bisa menemani kita sampai akhir, karena yang sehat pun belum tentu bakal bersama kita lebih lama, gua nyaman sama Keenan. Ra dari sahabat lo gua belajar banyak hal soal kehidupan, termasuk soal memaafkan dan meminta maaf walaupun kita nggak ada salah sama sekali” Keana ikut memandang lurus ke depan, mereka kembali terhanyut dalam heningnya malam, Keana memutuskan untuk menginap di rumah Nara, menyelesaikan masalah hati mereka masing-masing dengan kepala dingin. Awalnya ia tak yakin akan bisa menyelesaikan masalah ini, Keana tau betul sifatnya dengan Nara itu sama, sama-sama keras kepala dan tidak mau mengalah, tapi balik lagi bersama Keenan ia benar-benar merubah kebiasaan buruknya itu
“Gua berhasil berdamai sama kedua orang tua gua karena Keenan, lo tau gimana sakitnya saat orang yang paling lo sayang tiba-tiba di vonis dokter mempunyai penyakit keronis. Gua masih belum bisa Key kalau harus ngelepasin Keenan saat ini, jadi tolong ngertiin kelakuan gua ke depannya nanti” Nara kembali memandang sahabatnya itu, ia berharap Keana mengerti maksud dari perkataan nya itu, melepaskan Keenan sama aja seperti ia menghilangkan mimpinya. Dulu pas mereka sama-sama kecil Nara pernah meminta kepada Tuhan untuk membuat Keenan menjadi miliknya, tapi di permintaan itu dia lupa kalau ia ingin memiliki Keenan selamanya, satu mimpinya hancur saat dengan kurang ajarnya dokter menyebutkan kalau laki-laki itu sakit parah, hidup nya hancur dan mimpinya ikut hancur bersama Keenan yang saat itu terpenjam dengan damai
“Keenan tetap akan jadi rumah buat lo Ra, dan inget ada Jevian yang hatinya harus lo jaga juga” Nara mengangguk dengan senyum yang sangat amat manis, mereka berdua akhirnya saling memeluk menumpahkan tangis yang sedari tadi mereka pendam. Kalau Nara bertanya apa Keana ragu? ya dia memang ragu karena Keana sudah tau bagaimana ending dari cerita nya bersama Keenan kali ini, bukan bahagia seperti impiannya melainkan sebaliknya
“Kayanya kita berempat harus bicara bareng deh Key” Keana yang lagi asik dengan tontonannya langsung melirik ke arah Nara, mata gadis itu masih melirik film yang mereka tonton
“Ya terserah lo sih Ra, tapi bikin mereka ke sini nya gimana? Ini udah malam”
“Itu biar jadi urusan gua” Keana bisa melihat Nara yang langsung memainkan ponselnya, mengetik sesuatu yang ia sendiri tidak tau apa. Keana hanya diam saja menyaksikan sahabatnya yang sibuk dengan rencananya, ia hanya akan mengikuti kemana cerita ini akan di bawa
Nara
Jev, aku laperJevian
Aku deliveriin makanan aja yah RaNara
Nggak usah deh Jev kalau gitu, nggak ada temen makan soalnyaJevian
Ya udah aku ke sana, mau makan apa Ra?Nara
Beneran kamu ke sini, makananya terserah kamu aja JevJevian
Iyh beneran, tunggu yah jangan keluar udah malamNara
Iyh“Jevian udah beres”
“Beres apaan?” Keana bingung kenapa sahabatnya ini tiba-tiba bilang beres, emang dia habis ngelakuin apa ke kekasihnya itu
“Yang rencana tadi, tinggal gua mikir gimana caranya bikin Keenan mau ke sini di jam segini” Nara membuka aplikasi chat nya kembali, mendial kontak atas nama laki-laki itu
Nara
KeenKeenan
Nggak penting gua block“ANJIRRR EMANG NIH ANAK” Keana yang berada di sampingnya benar-benar kaget bukan main, Nara teriak benar-benar di kupingnya. Nara langsung melihat ke arah Keana yang menatapnya terkejut, ia hanya menampilkan deretan giginya yang rapih
“Maaf Key, lagi nih anak ngeselin banget” Keana kembali pada posisinya, melihat film yang sedang menampilkan adegan romantis di hadapannya, sementara Nara masih sibuk dengan ponselnya entah sedang apa
Nara
Laper keenKeenan
Ya makanNara
Nggak ada makanan instan di kulkas guaKeenan
MasakNara
Lo tau gua bukan Keen, bisa-bisa rumah gua langsung kebakaranKeenan
Ya udah tungguNara
Makasih sayangTak ada balasan seperti biasa tapi Nara kangen dengan hal seperti itu, ia kembali menyimpan ponselnya melihat ke arah film yang sedang di tonton nya bersama Keana. Gadis itu asik dengan camilan di tangannya, sementara matanya fokus ke arah layar laptop yang sedang menampilkan film romantis klasik itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Auriga
FantasyKristal Jung x Kim Doyoung x Go Youn Jung x Jung Jaehyun Ada luka yang hanya ingin di rasakan oleh hati tanpa mau di lihat oleh mata, di dengar oleh telinga, apalagi di ucapkan dalam kata-kata, hanya terus terpendam tanpa niat untuk di bicarakan Ran...