Chapter 19

45 5 0
                                    

Jevian dan Keenan datang berbarengan, keduanya menatap aneh satu sama lain. Keenan mengerti apa yang sedang di lakukan gadis itu, laki-laki itu melangkah lebih awal mengetuk pintu secara brutal seperti kebiasaanya kalau ke rumah gadis itu. Kalau ini masih pagi mungkin Keenan akan langsung masuk, dan mengeplak kepala gadis itu dengan sangat sadisnya sayangnya ini sudah malam pintu rumah ini akan terkunci jika sudah jam segini, itu kebiasan Nara setiap harinya

“Biasa aja kali ketuk pintunya, bisa rusak pintu gua lama-lama” Nara langsung membuka pintu dengan raut wajah yang sudah kesal karena pintunya di gedor dengan sangat keras, Nara melihat Jevian dan Keenan sudah berada di hadapannya kali ini, wow mereka berdua datang tepat waktu ternyata

“Eh kalian bedua udah datang” Nara mengucapkan nya dengan sangat amat lembut, di tambah senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya. Jevian ikut tersenyum menatap lembut ke arahnya, sementara Keenan menatapnya dengan wajah kesal. Nara sudah menyiapkan mentalnya untuk di maki habis-habisan oleh laki-laki yang sekarang sudah ada di hadapannya ini, bagaimana tidak marah Nara menganggu waktu istirahatnya

“Nih makan titipan lo, gua pulang”

“Eh” Nara langsung menarik kerah jaket yang di pake laki-laki itu, enak aja langsung pulang gitu aja. Nara sudah susah payah memikirkan bagaimana buat mereka berdua datang ke rumahnya, eh laki-laki yang sekarang kerahnya masih ia tarik ini malah tiba-tiba mau langsung pulang

“Kalian berdua masuk dulu nanti aja pulang nya” Nara mempersilahkan Jevian masuk terlebih dahulu, sementara tangannya masih sibuk menarik kerah jaket Keenan

“Lepasin tangan lo dari jaket gua, bisa-bisa gua mati muda bukan karena leukemia tapi gara-gara sesak nafas”

Plakk

“Jangan ngomongin soal kematian” Keenan hanya mengedikkan bahunya acuh, ia langsung masuk ke dalam tanpa memperdulikan jika gadis itu sedang berusaha untuk tidak menangis saat ini. Nara ikut masuk dan langsung mengunci pintunya rapat-rapat, melihat Keenan dan Jevian yang langsung asik main game

“Gua nggak suka kata-kata lo yang tadi”

“Hmmmm” Keenan tak peduli dengan kata-kata Nara barusan, laki-laki itu malah makin asik dengan game yang sedang ia mainkan bersama Jevian, sementara Nara masih berusaha menahan emosi dan air matanya

“KEENAN BERHENTI BERCANDA SOAL KEMATIAN” teriakan itu berhasil membuat handphone yang di pegang Keenan sebelumnya terjatuh, beda hal nya dengan Jevian yang sudah memegang dadanya karena kaget bukan main, Keana yang dari tadi masih asik di kamar Nara langsung lari ke bawah melihat apa yang sedang terjadi. Yang ia lihat pertama kali adalah Nara yang menangis dengan mata yang melirik ke arah Keenan, sementara Jevian hanya diam menyaksikan kekasihnya yang menangis ia tidak tau harus berbuat apa

“Ra”

“Gua benci lo Keen” Nara langsung berlari ke atas meninggalkan tiga orang yang masih terdiam di tempatnya masing-masing, Keana hanya diam tidak tau harus berbuat apa, sama hal nya dengan Jevian laki-laki itu bingung mau menenangkan Nara atau tetap diam di sini

“Key lo makan sama Jevian dulu, biar gua yang nyamperin Nara” Keana hanya mengangguk sebagai jawaban, ia mendekati Jevian duduk berdampingan dengan laki-laki berdimple itu, membiarkan Keenan menenangkan Nara dengan caranya

“Kata Keenan lo makan sama gua dulu, biar Nara jadi urusan dia” Jevian hanya mengangguk saja, Keana berdiri mengambil piring untuk mereka bedua makan, untuk ke sekian kalinya ia harus mengihklaskan kembali laki-laki pujaannya berduaan dengan sahabatnya

“Kata Keenan lo makan sama gua dulu, biar Nara jadi urusan dia” Jevian hanya mengangguk saja, Keana berdiri mengambil piring untuk mereka bedua makan, untuk ke sekian kalinya ia harus mengihklaskan kembali laki-laki pujaannya berduaan dengan sahab...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keenan mengetuk pintu itu perlahan tapi tak mendapat sahutan sama sekali dari si pemilik kamar, ia mulai memutar gagang pintu dan benar saja Nara tidak mengunci pintunya seperti biasa. Pandangan pertama kali yang ia lihat adalah Nara yang menangis di depan jendela kamarnya dengan kepala yang di sembunyikan ke lipatan tangan, persis seperti anak kecil yang habis di omelin ibunya karena tidak di belikan mainan. Tak ada yang berubah Zeenara tetap sama seperti biasa, hanya waktu saja yang membuat keduanya jarang sekali untuk bertemu

“Ra”

“Pergi” bukannya menutup pintu untuk melangkah pergi Keenan malah melakukan sebaliknya, laki-laki itu tidak mengiyakan ucapan Nara ia malah melangkah untuk mendekati gadis itu. Keenan duduk di samping gadis itu menyamakan poisisnya dengan Nara, dan mulai menarik gadis itu untuk masuk ke dalam pelukannya. Nara langsung membalas pelukan itu mengenggelamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki itu, tubuh Keenan terasa dingin dalam dekapannya, ketakutan itu semakin menjadi karena baginya kehlangan Keenan adalah mimpi buruk paling menakutkan dalam hidup

“Gua takut Keen”

“Maaf” Keenan makin mempererat pelukannya kepada Nara, ia tau kata-kata sebelumnya berhasil membangkitkan ketakutan gadis dalam pelukannya ini, Keenan tidak bermaksud ia hanya ingin Nara terbiasa dengan semua nya

“Keen satu mimpi gua udah hancur pas dokter dengan kurang ajarnya bilang kalau lo sakit parah, gua udah berusaha lepasin beberapa mimpi yang udah gua buat bersama lo. Hidup gua hancur Keen saat lihat tubuh lo di pasang dengan banyak alat, gua sakit saat lihat tangan lo di tusuk jarum setiap saat. Gua belum siap Keen, gua masih Nara yang pengecut yang ketakutan perihal masalah kehilangan, tolong jangan pergi, semesta gua bakal jauh lebih hancur kalau lo pergi” Keenan terkejut mendengar kejujuran itu, ternyata selama ini Nara menyimpan banyak hal tentang mimpinya yang tidak ia tau, ia pikir Nara sudah memberitahu semua hal tentang keinginanya ternyata salah gadis ini menyimpan banyak luka

“Maaf Ra gua udah ngancurin mimpi indah lo” Keenan bisa merasakan gelengan kepala Nara yang sangat ribut, gadis itu menggeleng tepat di dadanya membuatnya merasa geli dengan kelakuan gadis ini. Zeenara Gabriella Lintang yang selalu banyak orang lihat dengan gadis yang mandiri dan cuek akan berubah jika berada di hadapannya, gadis ini akan berubah jadi manja dan banyak bicara

“Keen gua boleh minta sesuatu sama lo?”

“Apa?”

“Tapi apa lo mau ngabulin permintaan gua kali ini?” Keenan menangkup wajah yang sudah sembab itu, menghapus jejak air mata yang masih tertinggal di balik mata indah itu, memberikan senyum terbaiknya kepada gadis yang sudah menemaninya sejak kecil itu

“Kalau gua bisa, gua bakal kabulin keinginan lo”

“Jangan dulu nyerah yah Keen, tolong kuatin gua dulu buat yang namanya melepaskan dan mengikhlaskan. Gua belum siap kehilangan semesta gua yang sesungguhnya, tolong untuk yang terakhir kalinya” Keenan tak menjawab sama sekali, laki-laki itu hanya tersenyum kembali memeluknya tanpa sepatah katapun. Nara membalas pelukkan itu mengelus punggung laki-laki itu, menyembunyikan wajah nya di ceruk leher laki-laki itu, untuk kesekian kalinya Keenan membuatnya takut akan perpisahan. Laki-laki itu ibarat sebuah mimpi indah dan buruk dalam waktu yang bersamaan, seperti tawa dan air mata dalam satu waktu, Keenan akan menjadi luka yang akan terus Nara ingat sampai ia menutup mata dengan damai
















 Laki-laki itu ibarat sebuah mimpi indah dan buruk dalam waktu yang bersamaan, seperti tawa dan air mata dalam satu waktu, Keenan akan menjadi luka yang akan terus Nara ingat sampai ia menutup mata dengan damai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AurigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang