Chapter 20

87 6 0
                                    

1 tahun kemudian

aksara_keenan

like by jvian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

like by jvian.nthnael jnthan.devies lmbyng_keana lntng.zeenara and 9.584 others

aksara_keenan why are you so weak Keen

see 4.254 others comments

lmbyng_keana Lo kuat dengan cara lo sendiri Keen

jvian.nthnael No, justru lo orang paling kuat yang pernah gua kenal

adh.mttheo Lo bukan lemah Keen, cuman tubuh lo yang pengen istirahat aja

jnthan.devies Semua orang juga lemah kok Keen, termasuk gua

lntng.zeenara Jangan pernah bilang gitu, kita semua punya kelemahan masing-masing Keen

adhyksa.yudha Kalau lo lemah, gua apa Keen?

aksara_keenan turn off comments

Keenan melihat balasan dari teman-temannya dan juga dua gadis yang selama ini menemaninya, untuk kali ini ia benar-benar lelah seluruh tubuhnya seperti patah. Keenan kembali memejamkan matanya berusaha untuk menikmati kesakitan yang semakin menjadi, kali ini ia sedang sendiri ibu dan ayahnya sedang bertemu dengan dokter yang menanganinya, sementara sahabatnya belum ada yang datang, karena memang jam pulang baru akan berbunyi lima menit lagi

“Keen” elusan lembut di pipinya membuat Keenan dengan susah payah membuka matanya, satu kecupan di kening ia dapatkan dari gadis yang sekarang sudah berada di sampingnya dengan satu tangakai bunga lily putih seperti biasa dan jangan lupakan senyum manis yang terus mengembang di belah bibirnya

“Bunga lily putih favoritnya seorang Keenan Aksara Biru”

“Sekali-kali bunga mawar merah gitu”

“Oke besok gua bawain” bibirnya berucap tapi tangannya sibuk menganti bunga di dalam pot yang sebenarnya belum layu sama sekali, kebiasanya kalau baru datang ke sini, gadis itu setiap harinya akan mengganti bunga di dalam pot, walaupun bunga sebelumnya masih terlihat segar

“Key kalau gua nyerah gimana?” pertanyaan itu Keenan ucapkan untuk pertama kalinya, Keana terpejam untuk sesaat berusaha meyakinkan dirinya kalau itu memang sudah menjadi konsekuensi nya selama ini. Keana mendekati laki-laki itu, duduk di kursi samping ranjang dan mulai mengelus kembali surai hitam yang sekarang mulai menipis itu

“Jangan tanya gua Keen, kalau lo tanya gua, jawaban gua akan tetap sama seperti sebelumnya, gua bakal ikhlas dengan apapun keputusan lo. Memaksa pun nggak ada gunanya karena yang gua lawan sekarang itu semesta, gua cuman bisa mendukung lo dari belakang yang menjalankan dan merasakan sakitnya tetap lo. Gua bukan nggak mau berjuang buat lo tetap bertahan di sini, tapi gua tau lo semakin kesakitan karena penyakit lo saat ini” Keana dan Keenan sama-sama tersenyum, gadis itu mengenggam tangan laki-laki itu dengan sangat erat memberikan semangat bahwa semuanya akan tetap baik-baik saja walaupun ia memilih menyerah

AurigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang