2 tahun kemudian
Bunga lily putih selalu menjadi temannya dalam melangkah menuju pusaran pujaan hatinya yang sudah jauh dari genggaman, bunga lily putih yang melambangkan kesucian dan ketulusan selalu berhasil mengingatkannya dalam sebuah kenangan masa lalu yang manis, senyum manis dengan cahaya indah di balik bola mata seindah bulan purnama itu kembali ia rindukan, pelukan dan genggaman tangannya yang hangat selalu menjadi candu yang sampai saat ini tidak bisa untuk di gantikan
“Nara” gadis itu memanggil seseorang yang sudah lebih dulu datang itu dengan berani saling melempar pandang bersama dengan senyum yang sangat amat manis di balik bibir merah muda keduanya, gadis itu ikut berjongkok di sebrang orang yang di panggil sebelumnya, meletakkan satu buket lily putih di samping buket mawar putih milik orang tersebut
“Tumben bawa mawar putih Ra?” Nara tidak menatapnya sama sekali, gadis itu masih melihat ke arah pusaran yang bertuliskan nama sahabatnya yang sialnya sukses membuat hatinya porak poranda itu
“Biar dia tau kalau bunga kesukaan gua tetap mawar putih” Nara kali ini ikut menatap ke arah Keana, memberikan senyuman terbaiknya kepada sahabatnya itu, Keana yang melihatnya membalas senyuman itu. Sudah lama sekali ia tidak bertegur sapa dengan sahabatnya ini, mereka selalu mengunjungi tempat ini di hari yang sama tapi tidak pernah bertegur sapa, kalau Keana datang Nara pasti pulang dan juga sebaliknya, baru kali setelah hampir empat tahun lamanya mereka kembali berbincang
“Gimana kabar lo Key?” Nara memulai kembali pembicaraan itu, Keana tersenyum tapi matanya kembali melirik kepada dua bunga berwarna putih yang sekarang berdampingan itu, indah sama seperti seseorang yang mereka rindukan
“Seperti yang lo lihat, kuliah kedokteran berhasil membuat pikiran gua terkuras bukan main” Nara tertawa mendengar kata-kata itu, ya Keana benar-benar merubah mimpinya, Nara sampai bingung kenapa gadis itu tiba-tiba masuk fakultas kedokteran padahal dulu dengan tidak nyantainya Keana selalu bilang kalau dia ingin menjadi lawyer
“Kisah gua udah kaya prolog tanpa epilog ya Key, di mulai tapi nggak pernah di akhiri” Nara mengucapkan itu dengan nada lirihnya, tapi matanya tidak mengeluarkan air mata sama sekali, gadis itu sekarang sudah cukup pintar untuk menyembunyikan kesedihannya
“Lo masih mending Ra, cerita gua udah kaya epilog tanpa prolog, kisah yang belum di mulai sama sekali tapi udah harus di akhiri dengan menyakitkan” ada sedikit kekehan di akhir kalimatnya, mereka kembali saling memandang, keduanya sama-sama berusaha menyembunyikan air mata agar tidak jatuh detik ini juga
“Dulu cita-citanya jadi lawyer sekarang malah jadi calon dokter, sebegitu menyakitkan sebuah perpisahan Key?” Keana menggeleng masih dengan senyum manis, menatap tepat di bola mata hazel milik sahabatnya
“Gua pengen bantu orang-orang buat sembuh dengan cara mereka masing-masing Ra, gua pengen jadi salah satu penyemangat untuk kesembuhan mereka, gua pengen mereka jujur sama dunia kalau terkadang mereka merasakan sakit, kalau mereka juga bisa lemah, gua pengen banyak orang berbagi sakitnya dan nggak di simpen buat sendiri”
“Gua ngerti” mereka kembali tersenyum melihat ke arah masing-masing, ternyata sudah terlalu lama mereka tidak sedekat ini, Nara ternyata merindukan sahabat berisik nya itu dan juga sebaliknya Keana merindukan Nara yang terkadang sedingin es batu itu
“Gila habis mimpi apa gua semalem lihat dua bidadari di tengah makam kaya gini?” pertanyaan tak bermutu itu langsung mendapat geplakan oleh seseorang di sampingnya, dan juga tatapan malas dari yang lain
“Kalian baru kesini?” pertanyaan Keana itu tidak langsung di jawab, mereka berempat sibuk menaruh buket bunga masing-masing di atas makam yang sudah ada dua bunga sebelumnya itu. Keana bisa melihat bunga yang mereka bawa berbeda-beda Mattheo dengan mawar merahnya, Jevian dengan daffodil, Jonathan dengan tulip putih sementara Yudha dengan bunga matahari. Entah maksud bunga matahari itu apa, Keana sendiri tidak mengerti
KAMU SEDANG MEMBACA
Auriga
FantasyKristal Jung x Kim Doyoung x Go Youn Jung x Jung Jaehyun Ada luka yang hanya ingin di rasakan oleh hati tanpa mau di lihat oleh mata, di dengar oleh telinga, apalagi di ucapkan dalam kata-kata, hanya terus terpendam tanpa niat untuk di bicarakan Ran...