Chapter 11

59 5 0
                                    

“JEVANO ANJINGGG CURANG LOH” teriakan Narest dan Haikal itu berhasil membuat mereka yang berada di situ tersentak kaget, bagaimana tidak, di saat mereka sedang asik-asiknya ngobrol dengan teman masing-masing dua sejoli itu malah teriak dengan sangat kencangnya

“Kalian berdua kenapa sih?” Aletta menatap jengah dengan kelakuan kedua sahabatnya itu, padahal dia sedang asik poto-poto bersama Jonathan, eh malah di ganggu oleh dua bocah freak ini

“Si Jevano noh curang main game nya”

“Enak aja kalian berdua yang curang”

“Kalau kita curang seharusnya kita yang menang dong”

“Bodo amatlah” Jevano lelah kalau harus terus meladeni mulut Narest dan Haikal yang hobi banget buat debat, ia lebih baik mengalah karena terus melawan pun ujung-ujungnya akan tetap kalah

“Eh by the way Keana kemana?” pertanyaan Aruna itu langsung membuat seisi meja melihat ke arah dua kursi yang sudah kosong tanpa penghuninya sama sekali

“Keenan juga kok nggak balik-balik dari tadi” kali ini Jonathan yang ikut menyaut, mereka semua bingung kemana dua anak itu perginya

Tingg

Satu notifikasi masuk ke ponselnya langsung membuat Nara menggambil benda persegi panjang itu, ia melihat siapa si pengirim pesan itu, sementara yang lain tengah sibuk memikirkan kemana Keenan dan Keana yang malah menghilang nggak balik-balik. Nara langsung melihat ke seisi meja yang berisikan teman-temannya saat melihat siapa si pengirim pesan, ia juga tidak lupa melihat Jevian yang tepat berada di sampingnya, laki-laki itu sedang melihat ke arah temannya bukan ke arahnya, ia langsung membalas pesan itu

Keenan
Pulang sama siapa nanti?

Nara
Sama lo aja

Keenan
Tumben

Nara
Gpp lagi pengen aja

Keenan
Lo nggak lagi ribut sama Jev kan?

Nara
Nggak kok

Keenan
Oke, tunggu di tempat biasa

Nara tak lagi membalas pesan laki-laki itu, ia bukan ingin menghindar dari Jevian, tapi untuk kali ini ia hanya ingin bersama Keenan, Nara butuh laki-laki untuk bisa mengeluarkan semua keluh kesahnya selama ini. Banyak hal yang terjadi selama hampir seminggu ini, saat ia lebih memilih bersama Jevian kemana-mana, Nara butuh rumah dengan pelukan hangat di dalamnya, dan Keenan adalah jawaban dari keinginannya itu

“Ke kelas yuk kayanya bentar lagi pelajaran bakal di mulai” ajakan Mattheo itu mendapat anggukan dari semuanya, mereka meninggalkan meja itu secara bersamaan, untuk masalah makanan dan minuman sudah mereka bayar dari awal. Nara berjalan di samping Jevian sambil sesekali mengobrol, sebelum mereka berpisah di pintu kelas masing-masing. Posisi kelas mereka tidak terlalu jauh, hanya terhalang satu kelas di tengah saja

“Nanti pulang sama siapa Ra?” Jevian benar-benar merubah kebiasaan buruknya yang dulunya pemaksa, kalau dulu ia selalu bilang pulang sekolah nanti bareng gua, sekarang semuanya berubah laki-laki itu ingin memulainya secara lembut tanpa paksaan sama sekali

“Sama Keenan, maaf yah Jev gua lagi ada sesuatu yang harus di bicarain sama Keenan”

“It’s okey, kan bisa lain waktu. Gua ke kelas dulu yah takut guru bentar lagi masuk, lo belajar yang bener” Jevian mengusak rambut gadis itu dengan lembut bersama senyum yang tidak pernah pudar dari kedua bibirnya. Nara bisa melihat punggung laki-laki itu yang menjauh, sebenarnya ia tidak enak dengan Jevian tapi untuk kali ini Nara benar-benar membutuhkan Keenan

Sesuai dengan janjinya barusan Nara sudah menunggu laki-laki itu di tempat biasa, sudah hampir sepuluh menit ia di sini tapi laki-laki itu belum menampakkan batang hidungnya sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dengan janjinya barusan Nara sudah menunggu laki-laki itu di tempat biasa, sudah hampir sepuluh menit ia di sini tapi laki-laki itu belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Nara sudah biasa dengan kelakuan Keenan yang memang suka telat, masuk sekolah saja tuh anak mepet-mepet banget, makanya pas kemarin di antar jemput Jevian ia sedikit aneh karena sudah kebiasan di buat gerasak gerusuk oleh Keenan

“Ayo Ra cepetan keburu hujan” tarikkan tiba-tiba di lengannya berhasil membuatnya terkejut, Keenan memang suka sekali membuatnya jantungan. Padahal dengan jelas laki-laki ini yang telat datang tapi kenapa seakan-akan ia yang ngaret. Nara hanya pasrah saat tangannya di tarik paksa oleh laki-laki ini, ia juga rindu dengan perlakuan Keenan yang seperti ini, seminggu rasanya sangat lama. Saat sudah dalam perjalanan pun keduanya hanya bungkam, Keenan fokus dengan setirnya sementara Nara asik dengan lamunannya

“Keen”

“Hmmm”

“Ke mini market dulu yah” Keenan hanya mengangguk sebagai jawaban, Nara kembali sibuk dengan pikirannya, biarkan saja hening menjadi teman keduanya saat ini. Sampai masuk mini market pun mereka hanya diam saja, biasanya keduanya akan ribut sepanjang perjalanan entah apa yang mereka ributkan tapi kali ini boro-boro ribut untuk menyapapun hanya sekali sampai mereka masuk kedalam rumah

“Lo kenapa Ra?” Keenan bertanya dengan tangannya yang masih sibuk dengan berbagai bahan untuk masakannya, sementara gadis itu hanya diam sambil menelungkupkan kepalanya di atas meja, seperti biasa Nara hanya akan menjadi penonton saat Keenan memasak, karena faktanya gadis itu sama sekali tidak bisa memasak

“Mom mau pulang minggu ini” Keenan memberhentikkan acara memotong nya, melihat wajah gadis itu yang sangat frustasi. Mungkin banyak orang yang akan bahagia kalau kedua orang tuanya pulang ke rumah, tapi tidak untuk Nara yang malah kesal jika kedua orang tuanya pulang

“Ra kali ini gua pengen lihat lo berani bukan malah kembali sembunyi, gua rasa lima tahun cukup buat lo menghindar, gua pengen lo kali ini berdamai sama kedua orang tua lo, berdamai sama semua yang udah terjadi di masa lalu” Keenan mengucapkan itu dengan nada yang sangat amat lembut, matanya menatap teduh ke arah Nara yang masih menenggelamkan kepalanya di atas meja

“Gua nggak bisa Keen” jawaban itu terdengar lirih, Keenan menghela nafas lelah dan memilih untuk kembali melanjutkan acara masaknya, percuma memaksa Nara yang masih enggan untuk berdamai dengan masa lalunya. Gadis itu sudah terlalu tinggi membangun tembok di antara dirinya dan kedua orang tuanya, Nara memandang sendu laki-laki di hadapannya yang sedang memotong-motong bahan masakannya

“Waktu gua udah nggak banyak Ra” kata-kata dengan suara sangat pelan itu masih terdengar di telinga Nara, gadis itu kembali menyembunyikan wajahnya bersama tangis yang dengan susah payah ia tahan. Nara mengerti maksud dari ucapan Keenan barusan, tapi boleh kah ia berharap kalau semuanya akan baik-baik saja, tolong jauhkan mimpi buruk itu darinya




















 Nara mengerti maksud dari ucapan Keenan barusan, tapi boleh kah ia berharap kalau semuanya akan baik-baik saja, tolong jauhkan mimpi buruk itu darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AurigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang