Chapter 5

54 7 0
                                    

Semua mata pengujung kafe tertuju pada satu meja di pojok dekat jendela, posisi yang paling di idamkan oleh banyak orang. Tapi bukan posisi nya yang membuat semua mata tertuju pada posisi yang sama, melainkan mata mereka yang sibuk mengagumi ciptaan Tuhan di hadapannya. Bagaimana tidak suara Jonathan, Jevian, Keenan, Mattheo dan Yudha yang saling bersahutan meledek satu sama lain berhasil menarik perhatian semua pengunjung untuk memperhatikan ke arah mereka, di tambah dengan kombinasi visual mereka yang memang sempurna

"Kalian sadar nggak sih kalau kita lagi jadi pusat perhatian" ucapan Jevian barusan mampu membuat ke empat temannya terdiam

"Ya terus?" jawab Jonathan sekenanya

"Malu gua" Theo dan Keenan hanya memutar bola matanya jengah, sementara Jonathan dan Yudha malah tertawa keras, membuat makin banyak pengunjung kafe yang memperhatikan mereka. Bukannya hanya pengunjung tapi para pelayan di kafe ini pun melihat ke arah mereka, keindahan gratis seperti ini tidak boleh di sia-siakan

"Biasanya juga malu-maluin lo" Yudha menjawab di sela-sela tawanya yang masih menggelegar

"Kan gua mau jaga image di depan Nara, ya kali gua terus-terusan kaya gitu, nantinya malu dia"

"Belum jalan juga udah malu duluan kali Nara nya" jawaban Jonathan mampu membuat Jevian menggeplak wajah tampan sahabatnya itu, kesel dia tuh sama manusia spesies seperti Jonathan sama Yudha suka banget kalau bikin dia malu

"Ya makanya sebelum gua jalan sama Nara, gua harus memperbaiki dulu image gua di depan banyak orang, biar dia nggak malu kalau nanti jalan berdampingan sama gua"

"Emang lo udah pernah ngajak dia jalan?" Jonathan kali ini mengajukan pertanyaan yang sebenarnya sangat sederhana, namun nada bicara laki-laki itu terdengar lebih serius. Kalau nada suara Jonathan udah serius rasanya tempat yang tadinya indah langsung jadi menyeramkan, apalagi kalau di tambah Yudha yang juga serius, behhh makin kaya rumah hantu tuh tempat. Kaya sekarang nih kafe yang tadinya hangat, jadi terasa mencekram karena Jonathan dan Yudha yang sudah memasang mode serius, di tambah Keenan dan Theo yang sebelas dua belas sikapnya, kan Jevian jadi deg-deggan sendiri

"Belum sih, chat aja baru tadi pagi doang"

"Terus lo nggak ngajak jalan sama sekali?" kali ini Theo yang bertanya, Jevian hanya mengegeleng sebagai jawaban

"Lo chat gih sekarang coba ajak jalan" Yudha ikut menimpali dengan nada yang sama, kan beneran jadi merinding Jevian di sini, ketiga sahabatnya sudah dalam mode serius cuman Keenan aja yang masih santai

"Ngapain harus chat, tuh orangnya di belakang lo" ucapan Keenan itu mampu membuat mereka semua terkejut

"HAH" keempatnya langsung melihat ke arah belakang Jevian, dan benar saja tidak jauh dari mereka Nara baru memasuki kafe bersama Raka si ketua Osis. Yudha melirik jahil ke arah Jevian, dan itu tidak di sadari sama sekali oleh sahabatnya yang sekarang masih terpaku pada gadis pujaannya

"RAKAAAA" Yudha teriak sambil melambaikan tangannya ke arah dua orang berbeda jenis itu, dah hal itu mampu mengundang mereka bertiga untuk melirik ke arah laki-laki blasteran jepang itu

"SINI AJA GABUNG SAMA KITA" teriaknya lagi di barengi dengan senyuman jahil ke arah Jevian, dan jangan lupakan tangannya yang masih terus melambai. Hal ini mampu membuat Jevian membeku di tempatnya, mati kutu dia di sini kalau di depannya ada gadis pujaannya. Jevian kembali melirik ke arah belakang dan benar saja Raka dan Nara berjalan ke arah meja mereka, Jevian tidak bisa berkata apa-apa, bibirnya langsung terasa kelu untuk berbicara. Di lihatnya Nara yang sudah duduk di samping Raka dan Keenan, gadis itu tersenyum saat matanya bertemu dengan Jevian, tapi laki-laki itu hanya diam tidak tau harus merespon apa

AurigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang