05. Insiden di Panti Asuhan

526 70 11
                                    

Hai!!

Selamat datang untuk kalian yang baru berkunjung dan menemukan cerita ini, mheheh, jangan lupa follow akunku ya, happy reading!!

****

Jeno meninggalkan dapur saat terdengar suara orang yang berusaha membuka pintu apartemen ayahnya. Hanya ada satu orang yang bisa membuka pintu sendiri dengan memasukan sandi, Eunhyuk.

Lelaki itu sudah dianggap keluarga sendiri oleh Donghae dan Jeno, jadi jangan heran jika dia bisa keluar masuk apartemen Donghae seenak jidatnya, yang Jeno tahu Eunhyuk dan ayahnya sudah bersahabat sejak lama, kurang lebih dua puluh tahun, sejak mereka duduk di bangku kuliah dulu.

Jadi, sebenarnya bagi Jeno, Eunhyuk adalah satu-satunya kaca mata untuk melihat kisah masa lalu ayahnya yang tak pernah diceritakan, ia bahkan menjadi bagian dari kisah itu, meski dibutuhkan usaha yang lebih untuk membuatnya bercerita.

"Eunhyuk ahjussi, lama tak berjumpa, kau pasti sangat sibuk akhir-akhir ini." Jeno menghambur menyambut Eunhyuk, bukan, lebih tepatnya menyambut jinjingan yang dibawa olehnya, dengan sigap Jeno memeriksa isinya, bahkan sebelum Eunhyuk sempat menyampaikan basa-basi.

"Yak, apa ayahmu tak mengajarimu sopan santun?" Eunhyuk berkata ketus, ia tidak benar-benar marah, hanya saja itu caranya berinteraksi dengan Jeno, kadang mereka akur, tetapi seringnya sih bertengkar seperti Tom and Jerry.

"Asik, kau membawa banyak susu cokelat, terima kasih, Hyung!" Lihatlah Jeno, dia tak mengindahkan protes Eunhyuk, ia bahkan berusaha menggoda Eunhyuk dengan menyebutnya 'Hyung'. Tak lupa ia mengedipkan mata, memasang wajah menggemaskan.

"Aigoo! Sudahlah lupakan itu, di mana ayahmu? Aku ingin menemuinya."

"Appa? Tadi dia langsung masuk ke ruang kerjanya, sepertinya dia masih di sana."

"Baiklah, aku akan menemuinya di sana." Eunhyuk masuk semaunya, tak perlu lagi bertanya-tanya di mana letak ruang kerja Donghae, ia bahkan sudah hafal setiap jengkal ruangan di rumah ini.

"Tunggu ahjussi, biar aku saja yang memberitahunya, kau tunggu di sofa saja ya."

Eunhyuk menoleh, menatap Jeno, ada apa gerangan? Kenapa dia mendadak menjadi sopan begini?

"Ayo, duduklah!" Jeno bahkan memaksa Eunhyuk untuk mendudukkan pantatnya di sofa ruang tamu. Sedangkan Eunhyuk hanya menggeleng pelan, melihat Jeno yang melangkah masuk ke ruangan ayahnya.

"Jeno-ya ..." Terdengar suara isakan yang sangat lirih dari arah meja, ayahnya sedang tertidur di depan laptop yang masih menyala, tapi Jeno tidak yakin apa ayahnya benar-benar tertidur atau tidak.

Ia semakin mendekat, dilihatnya wajah tampan berkaca mata itu sedang terlelap dengan keringat dingin yang mengucur di sekitar dahinya, punggung Donghae bergetar, sepertinya ayahnya itu sedang bermimpi, entah mimpi buruk seperti apa yang tengah menyapanya, hingga Donghae benar-benar merasa terguncang di alam mimpi sana.

Bahkan Jeno bisa merasakan ketakutannya, ia tak tega melihat keadaan ayahnya jadi dibangunkannya tubuh kekar itu, "Appa!" tuturnya lembut sembari menepuk bahu Donghae pelan.

"Jeno-ya!" Tak disangka ayahnya memeluk Jeno begitu erat, sebenarnya Jeno agak kaget dan tidak siap, tetapi ia tak ingin berontak, deruan napas ayahnya yang memburu berhasil menahannya.

Ia balas pelukan hangat itu sembari sedikit membisikkan kata-kata penenang, perlahan Donghae melepaskan pelukannya, air di matanya sudah tiada meski masih meninggalkan beberapa jejak.

Surat Terbuka Untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang