Selamat malam!!!
Siapa yang nungguin cerita ini dari pagi? Hayo ngaku!! Mheheh tenang guys aku tidak lupa kalau hari ini adalah hari Senin.Jadi sesuai janji nih aku update chapter berikutnya. Happy reading!!!
****
"Rona! Apa yang kau lakukan?" Siwon berseru kaget ketika mendapati anak muridnya tengah menatap cermin yang sudah pecah. Kepalan tangannya berdarah, jelas wanita itu yang memukulnya. Entah peristiwa menyebalkan atau menyakitkan apa yang telah dialami olehnya hingga dia berani merusak fasilitas di sasananya.
"Aku hanya terpikirkan tempat ini, Coach. Maaf nanti akan kuganti," ucapnya tanpa menoleh dan menatap pada pelatihnya yang masih berusaha memahami situasi.
"Apakah itu yang penting sekarang? Aku bertanya kau kenapa?"
Beberapa detik ia diam. Napasnya masih memburu, ia menatap sengit pada dinding kaca yang terpasang di salah satu sisi ruangan.
"Aku melihat Hwang Dooshik di sana, Coach." Rona menunjuk pada bayangannya sendiri yang terpantul di cermin, matanya menjadi tidak fokus, jelas ia sedang merasa gelisah. "Dia tersenyum padaku, dia berhasil menemukanku, aku ... Aku harus menyingkirkannya sebelum dia menyentuhku lagi. Jadi, aku meninjunya, aku-" Rona mulai berbicara ngawur, jika tidak dihentikan oleh Siwon, ia pasti semakin histeris. Luka yang mencederai psikologisnya tentu tak dapat dihilangkan dengan mudah.
"Rona-ya ..." Siwon berusaha memanggilnya dengan lemah lembut. Gadis itu awalnya tak mendengarkan, ia sibuk mengeluarkan suara-suara aneh seperti orang gila. Tapi kemudian Siwon memanggilnya lagi. "Baek Rona, dengarkan aku!"
Hening.
Rona menuruti perintah Siwon, napasnya mulai teratur ketika menatap wajah tegas pelatihnya. "Hwang Dooshik ... Bajingan itu tak akan pernah bisa menyentuhmu. Aku akan memastikan itu, kau percaya padaku, kan?"
"Ta-tapi dia baru saja dibebaskan, Ahjussi. Mungkin saja dia akan kembali dan-"
Perkataannya kembali terpotong karena Siwon tiba-tiba mendekapnya. Hubungan mereka memang lebih dari sekadar murid dan pelatihnya. Sejak dulu Siwon menganggap Rona sebagai adiknya. Meski tak memiliki hubungan darah, tapi kedekatan mereka terjalin melebihi hubungan tersebut.
Layaknya seorang kakak, Siwon selalu melindungi Rona. Ia juga orang yang paling tahu tentang trauma yang dialami Rona. Karena sebenarnya ia yang menyelamatkan Rona. Jika di malam hujan itu tak ada Siwon maka entah bagaimana jadinya Rona hari ini. Mungkin ia sudah tiada, atau mungkin ia berhasil bertahan hidup, tetapi hidupnya hancur berkeping layaknya pecahan kaca yang berserakan di lantai.
"Kau akan baik-baik saja," lirihnya sambil mengelus puncak kepala Rona pelan, rasanya sudah lama ia tak melihat Rona histeris seperti ini, jujur Siwon cukup kaget, ia kira Rona sudah sembuh total.
Cukup lama Rona menangis dalam dekapan orang dewasa yang ia percaya. Gadis itu dengan sendirinya melepaskan lengan kekar Siwon, kemudian menghapus jejak air bening yang membekas di matanya.
"Maaf Ahjussi karena sekali lagi aku merepotkanmu."
"Jangan mengatakan omong kosong begitu. Bagiku keselamatanmu lebih penting dari apapun."
"Weo? Bukankah aku adalah orang asing yang menyebalkan?"
Siwon mengulum senyum mendengarnya, karena Rona bisa melontarkan lelucon, artinya ia sudah mulai membaik.
"Kau memang menyebalkan, tapi bukan orang asing di hidupku."
"Terima kasih, Ahjussi."
"Untuk apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terbuka Untuk Ayah
FanfictionDonghae berusaha membesarkan Jeno seorang diri, sebagai ayah tunggal seharusnya ia mengerti bahwa Jeno membutuhkan kasih sayangnya melebihi apapun di dunia ini. Sepatutnya ia bisa bersikap dewasa, Semestinya Donghae tak membiarkan Jeno merasa bahwa...