Ih, jahat banget sih yang belum vote sampe sekarang!!! Ayo vote dulu sebelum baca ya kawand, budayakan untuk menghargai sebuah karya :) kan kalian juga gak disuruh bayar, cukup tekan bintang di sebelah kiri, sesimpel itu loh, masa kalian gak mau?
***
Donghae terpaku, hari itu ia tak pernah membayangkan lawan yang akan dihadapinya adalah Siwon, di pertarungan besar yang melibatkan banyak pihak. Siwon adalah teman masa kecilnya, mereka tumbuh di lingkungan yang sama, daerah yang tidak terlalu ramai."Jadi, apakah dia yang memiliki tinju peruntuh tembok?" tanya Siwon pada temannya yang berdiri tak jauh darinya.
"Iya, apa kau tak mengenalnya? Dia serigala putih yang aku bicarakan."
"Jika dia serigala putih maka aku adalah kuda hitam." Dengan raut wajah masam menahankan amarah Siwon memasuki arena pertarungan yang dibatasi oleh pagar setinggi dua meter, orang di luar sana resmi menutup pintu masuk, kedua teman masa kecil itu terkurung dalam sebuah pertarungan.
Yang satu nampak ragu-ragu untuk menyerang, sedangkan lawannya terlihat garang layaknya kuda gila yang kehilangan kendali, beberapa kali ia melayangkan tinju, yang sayangnya masih bisa dihindari oleh Donghae.
"Kenapa kau melakukannya?" Si kuda hitam sempat-sempatnya bicara pada saat sibuk menyerang.
Bugh!!
Jika itu hanya strateginya saja, maka Siwon berhasil melakukannya, akibat kalimat mendadak tadi perhatian Donghae menjadi sedikit teralihkan hingga satu bogem mentah berhasil mendarat di pipi kirinya.
"Semua adil dalam cinta dan perang, bagiku saat ini kita sedang berada di Medan perang. Jadi aku akan melakukan apapun untuk bisa menang darimu," jawab Donghae masih dengan gerakan-gerakan taktis yang membuat Siwon kerepotan.
Sialan, sebenarnya Siwon tak mengharapkan Donghae akan memberikan jawaban yang demikian, dia berharap Donghae akan menyesali perbuatannya, tapi tidak, lelaki itu malah semakin berambisi, anehnya ambisi itu tak tercermin dari wajahnya, waktu itu Siwon ingat betul ada segurat rasa khawatir yang terlukis di wajahnya.
Dan kini wajah itu nampak sendu, berani sekali ada binar mata yang memancarkan seberkas kerinduan padanya. Bukankah Donghae tak pantas merindukan musuhnya?
"Wae? Kenapa kau diam saja?" tanyanya ketus.
"Dunia sempit sekali, Siwon-ah."
"Benar juga, menurutmu kenapa takdir kembali mempertemukanku dengan luka lama?"
"Kau masih mengingatnya?"
"Tentu, bagaimana mungkin aku melupakan pengkhianatan yang menghancurkan hidupku, setiap saat aku mengingat rasa sakitnya."
"Tapi kau juga sudah membalasnya, bukankah kita berdua sudah impas dalam hal ini?"
Sungguh, sebenarnya Donghae tak pernah melupakan rasa sakitnya ketika teman seperjuangan berubah menjadi musuh bebuyutan, dan semua itu karena kebodohannya. Siwon memang benar, Donghae telah menghantamnya dengan tinju Peruntuh masa depan, itu pun ia lakukan dari belakang, saat Siwon tak menyadarinya, Donghae meluncurkan serangan yang membuat hidupnya K.O.
Namun, Donghae bukanlah satu-satunya orang yang melakukan pengkhianatan, tak berselang lama Siwon membalasnya dengan cara yang sama. Jadi menurutnya saat ini mereka sudah impas bukan? Tapi kenapa Siwon masih menagih satu pertarungan yang adil?
"Impas? Buruk sekali penilaianmu, mari kita selesaikan di sini." Siwon melemparkan sarung tangan tinju pada Donghae, ia juga memakai miliknya.
"Aku hanya membutuhkan tiga ronde untuk mengalahkanmu." Dengan percaya diri Siwon naik ke arena Pertarungan, ring tinju, ia nampak sangat siap karena sempat melakukan pemanasan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terbuka Untuk Ayah
FanfictionDonghae berusaha membesarkan Jeno seorang diri, sebagai ayah tunggal seharusnya ia mengerti bahwa Jeno membutuhkan kasih sayangnya melebihi apapun di dunia ini. Sepatutnya ia bisa bersikap dewasa, Semestinya Donghae tak membiarkan Jeno merasa bahwa...