14. Arga pulang?

329 14 0
                                    

Sudah tiga hari, pagi Arga tidak ia habiskan di rumah. Dan tiga hari pula ia menghindari Nata. Arga bukan merasa kesal, entahlah apa yang Arga rasakan. Semuanya bercampur aduk, antara kesal, panik, dan bingung.

Seperti tiga hari yang sudah berlangsung, pagi ini Arga pergi ke rumah Gara. Ia tak tau ingin kemana. Kalau pergi ke rumah orang tuanya, pasti akan ketahuan bahwa ada huru hara kecil antara Nata dan dirinya. Arga pun berharap Nata tak akan mengadu pada bundanya. Sepertinya harapan Arga terwujud, buktinya hingga detik ini ia masih hidup dengan aman.

"Assalamualaikum tante, Garanya ada?" tanya Arga pada mamanya Gara.

"Eehh nak Arga, ada kok kamu masuk aja," jawab wanita berjilbab itu dengan lembut.

"Kalau gitu Arga masuk ya tante," pamit Arga yang diangguki oleh Ainur.

"Garaaaa, i'm come!" teriak Arga ketika menaiki tangga di dalam rumah Gara.

"Gar, Gara. Kok lo nggak nyaut sih?" panggil Arga sekali lagi. Ia bertanya pada Gara yang entah dimana.

"Gue masuk loh ya, assalamualaikum." Arga terkejut ketika memasuki kamar Gara. Ia mematung di tempat, sedangkan Gara sedang berada di atas lemari pakaian.

"Astaghfirullah Gara, lo ngapain di situ woy?" tanya Arga merasa heran.

"Gue nggak bisa turun," jawab Gara lalu cengengesan.

Arga menghembuskan napasnya lelah. Ia merasa harus melakukan sesuatu agar akhlak Gara tidak se- random itu. Arga tidak habis pikir, apakah Gara tidak lelah dengan dirinya sendiri. Kasihan Ainur dan Rizky, harus merawat anak semacam Gara.

"Lo ngapain sih naik ke atas situ?" tanya Arga, lagi.

"Tadi gue cuma lomba naik lemari sama kucing. Gue menang sih pas naiknya, tapi pas turunnya gue kalah. Kucingnya curang sih," jawab Gara.

Arga tak bisa berkata-kata. Ia hanya menggeleng kepalanya beberapa kali. Arga mulai prihatin dengan Gara. Ke-nggak jelasan Gara makin ke sini makin meresahkan.

"Lo nggak mau lomba berenang sama ikan paus di samudra?" tanya Arga.

"Yang ada gue dimakan sama pausnya. Tapi kalau sama ikan cupang bolehlah," jawab Gara santai.

Arga tak menanggapi perkataan Gara. Ia memilih untuk duduk di kasur kamar Gara sambil berpikir tentang tiga harinya yang ia hambur-hamburkan. Harusnya ia mempersiapkan diri untuk masuk PTN bukan?

"Gar, gue udah nikah sama Nata." Gara yang sedari tadi mengoceh langsung terdiam.

"Hah, beneran? Jadi kalian bukan pacaran tapi malah nikah?" tanya Gara dengan bingung.

"Iyalah, ini serius gue nggak lagi bercanda."

"Lo lagi ada masalah sama rumah tangga?" tanya Gara. Ia bisa melihat raut muka Arga yang datar, tatapannya pun kosong.

"Gue mau ke rumah Leon deh, gitu-gitu dia kan ahli cinta yang bijaksana." Arga berdiri dari duduknya. Meninggalkan Gara yang masih tak percaya akan ucapan Arga.

"Arga!! Tungguin woy, gue mau ikut!!" teriak Gara pada Arga.

~~~

"Gar gue lupa kalau Zion itu ternak kucing," ujar Arga. Pasalnya Gara itu alergi terhadap bulu kucing dan bulu-bulu piaraan yang lain.

"Udah tenang, gue udah gede kok. Bulu landak aja gue kebal." Gara berkata dengan santai. Lalu ia turun dari motor dan masuk ke apartemen tempat Zion tinggal.

"Zioooon, sahabat tercintamu datang!!" panggil Gara dari luar.

"Ada bel woy, jangan berisik nanti penghuni yang lain marah," ujar Arga mengingatkan Gara.

Arga memencet bel beberapa kali. Hingga muncul lah sosok Zion yang tidak seram, tapi tampan. Itu kan Zion, bukan kunti. Jadi vibes nya agak beda.

"Assalamualaikum sabatku yang tampan tapi masih tampanan aku," ujar Gara langsung mendapatkan  tatapan tajam dari Zion. Kebiasaan si Gara, kalau memberi pujian tidak pernah seratus persen ikhlas.

"Tumben ke sini?" tanya Zion dingin, seperti biasa.

"Ini nih si Arga minta petuah dari lo," ujar Gara lalu masuk ke dalam begitu saja.

Zion hanya menatap Arga. Begitu pula dengan Arga, ia menatap balik Zion. Jadilah mereka tatap-tatapan di depan pintu bagaikan alien yang bertemu dengan manusia.

"Eh bapak-bapak silahkan masuk, jangan di tengah pintu. Pamali," ujar Gara.

Arga dan Zion masuk, sesuai perintah Gara. Kalau biasanya yang nyuruh masuk itu yang punya hunian, but this not. Namanya juga Gara, harus banyak sabar pokoknya.

Arga menceritakan semua yang terjadi pada Zion. Mulai pernikahannya dengan Nata sampai masalahnya yang sekecil gurun Sahara. Sama seperti Gara, Zion pun terlihat bingung. Tapi bingungnya nggak kayak Gara, kalau Zion bingungnya versi premium. Tetap terlihat tampan dan menawan walaupun kebingungan.

"Mending lo minta maaf sama Nata. Sebagai suami harusnya lo ngalah, Ga. Kesampingkan ego lo, gimanapun Nata juga masih muda kayak lo. Kalau lo emang nggak ijinin dia karena takut kehilangan, lo harus jagain dia. Lo harus ada di sisi dia selagi lo bisa," ujar  Zion panjang.

Arga masih terdiam meresapi kata-kata Zion. Banyak benarnya juga perkataan Zion. Ia bisa ikut Nata untuk melanjutkan kuliah ke UGM. Mereka bisa ngontrak, lagi pula kalau sudah kuliah tak apa dengan keadaan sudah menikah.

"Thank's ya bro. Lo emang the best," ujar Arga lalu memeluk Zion.

"Gar, gue pulang duluan ya. Lo sini aja." Arga langsung bergegas keluar dari hunian Zion. Ia harus segera pulang dan meminta maaf kepada Nata. Ia sudah menikah, harusnya egonya bisa ia buang jauh-jauh.

Haiiiiii. Gimana kabarnya?? Sehat-sehat yaa. Aku minta maaf karena minggu kemarin belum up. Dan part ini juga agak pendek. InsyaAllah di hari Sabtu atau Minggu aku bakal up lagiii.

Gimana part kali ini menurut kalian?? Jangan lupa vote dan krisarnyaa. See you next part:)

My Tengil Husband (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang