Annyeong yeorobun. Apa kabar kalian? Sehat terus ya, jangan lupa makan, minum juga biar nggak dehidrasi. Happy reading:)
Nyatanya ketakutan Nata benar-benar terjadi. Arga mengetahui sedikit kejadian di kantin. Sialnya kejadian yang Arga tahu adalah saat dimana Zain ngomong kalau dia suka sama Nata.
Entah dari mana Arga mendapatkan sumber berita tersebut. Tapi, Arga langsung menunjukkan video dari ponselnya dan langsung menodong Nata dengan banyak pertanyaan. Semua terjadi begitu cepat.
"Ini Zain kan? Cowok yang lo suka itu?" tanya Arga yang sebenarnya bukan bertanya. Ucapan Arga lebih mengarah ke kalimat retoris.
"Kok lo tau? Emang kenapa kalau iya, lagian lo udah sepakat buat nggak ikut campur sama hidup gue kan?" tanya Nata.
Arga mendesis kesal. Ia mengacak rambutnya frustasi lalu menghela napas berat. Ia sadar, bahwa yang menetapkan aturan itu juga dirinya. Arga kira, dirinya tidak akan memiliki perasaan pada Nata secepat ini.
"Lupain aturan konyol itu. Gue yang salah, harusnya gue gak sok cakep di depan lo," sesal Arga.
"Gue kira lo yang bakal suka duluan sama gue. Tapi nyatanya gue malah seakan kejebak sama perangkap yang gue bikin sendiri," sambungnya.
Nata hanya terdiam, ia tak menyangka jika Arga menyimpan perasaan padanya. Nata sama sekali tak menduga hal ini. Ia malah merasa bersalah, harusnya ia melupakan Zain dan beralih pada Arga.
"Gue juga salah Ga. Harusnya Zain udah gue lupain sejak kita nikah. Harusnya gue mulai nerima lo sejak awal," ujar Nata.
"Se perfect itu ya Zain bagi lo. Sampai lo belum bisa move on sama dia. Padahal lo sama Zain aja nggak pernah jadian. Putus aja belum, udah susah move on aja," ujar Arga terdengar nyinyir. Mungkin mode emak-emaknya lagi on.
"Kok lo malah ngomong gitu sih," ujar Nata tak suka. Ia yang awalnya ngerasa bersalah langsung merasa kesal.
"Kan emang kenyataan," ujar Arga frontal. Emang sifat tengil pangkat tiga sangat cocok untuk dipasang di belakang nama Arga
"Lo bikin gue makin sedih tau nggak," ujar Nata lalu berlari ke atas. Arga langsung mengejar Nata, khawatir kalau nanti malah lapor ke Maminya.
Tok tok tok
"Apaan sih lo, udah sana pergi aja." Nata berkata dengan suara serak dan setengah berteriak. Wah si Arga dosa banget, belum juga diapa-apain udah nangis aja.
"Taa, maafin gue lah." Arga berkata dengan menyesal.
"Kenapa, lo khilaf?" tanya Nata.
"Bukan khilaf sih, tapi sengaja."
Mereka terdiam lumayan lama. Arga menunggu dan memutuskan untuk duduk di depan pintu. Sampai akhirnya ia berdiri karena mendengar suara langkah Nata menuju pintu.
"Lo maafin gue?" tanya Arga dengan polosnya.
"Gue mau kita gelut," jawab Nata membuat Arga berpikir sejenak.
"Jangan deh udah malem. Capek gue, mending tidur aja."
Nata tak menghiraukan ucapan Arga. Dengan segala tenaganya, Nata memukul Arga dengan bantal. Lalu menendang kaki Arga saat suaminya itu lengah.
"Astaghfirullah Ta, sakit tau." Arga memegangi dan mengelus kakinya dengan sayang.
"Mampus lo," kata Nata dengan puas.
"Durhaka lo sama suami sendiri," ujar Arga.
Ia masih merasa kesakitan. Padahal Nata rasa tendangan dan pukulannya nggak keras kok. Orang tembok yang pernah ketendang sama Nata biasa aja tuh. Dasar Arga lemah!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tengil Husband (Tamat)
De TodoWARNING !! CERITA BUKAN UNTUK DIPLAGIAT!! Katanya cowok bad boy itu lebih oke dari pada cowok-cowok good boy. Tapi Nata, ia lebih menyukai cowok-cowok good boy yang lembut sama cewek. Sebenarnya bad boy juga masih oke sih, kalau dikasih bad boy yan...