Hari ini Nata sudah memutuskan untuk menyelesaikan masalah yang ada antara dirinya dan Sania. Ia sudah membulatkan tekad selama satu malam penuh. Kebetulan hari ini Mita nggak masuk sekolah. Dan ijinnya ada pada Nata.
"Bismillah head shot, eh kok head shot sih?" tanya Nata pada dirinya sendiri.
"Cewek, tumben berangkatnya pagi banget?" Nata berjingkat mendengar suara dari belakang.
Ternyata pemilik suara itu adalah Arga, si playboy yang tengilnya kebangetan. Dan sayangnya playboy yang tengil itu adalah suami Nata. Andai bukan suami, udah dibuang ke laut sama Nata.
"Ngagetin aja lo. Kayak setan tau nggak," kesal Nata.
"Btw jadi hari ini?" tanya Arga.
"Bismillah jadi dan harus jadi. Gue nggak betah Ga," keluh Nata. Ia sudah lelah menahan apa yang seharusnya ia katakan pada Sania.
"Oke deh kalau gitu. Aku tak bisa melarangmu, bisaku hanya melindungimu----"
"---- keren nggak tuh kata-kata gue?" sambung Arga yang sebenarnya sedang narsis.
"Baru juga gue anggap romantis, muncul lagi tuh tengilnya." Nata berdecak sebal.
"Btw nanti gimana, gue harus nemenin lo juga?" tanya Arga. Siapa tau Nata minta ditemani gitu.
"Nggak usah, kayak anak TK mau sekolah aja pakek ditemenin," tolak Nata. Keduanya berpisah di lorong itu. Nata pergi ke kelas, sementara Arga pergi ke markas bergabung dengan teman-temannya.
"Semangat Nata, gue yakin lo pasti bisaaaa!" teriak Arga memberi Nata semangat.
Nata berbalik sejenak untuk melihat Arga. Suaminya itu tersenyum dan memberinya cinta dengan heart fingers. Bukan hanya satu, tapi dua! Nata segera berbalik dan berlari.
"Aduh Nataa, itu tuh alay banget. Masa lo baper sih!" elak Nata pada dirinya sendiri. Gengsinya terlalu tinggi untuk mengakui bahwa ia memang terbawa perasaan atas perlakuan Arga tadi.
Bel istirahat sudah berbunyi sedari tadi. Dan kelas sudah sangat kosong, hanya tersisa Nata, 2 cowok yang lagi mabar, dan Sania. Sania tengah menyelesaikan tugas yang seharusnya sudah dikumpulkan dari tadi.
Jujur saja, selama Sania tidak 'bersahabat' dengan Nata ia jarang mengerjakan tugas sekolah. Karena lupalah, tidak bisa, atau bukunya yang malah tertinggal di sekolah. Namun, Sania tetap santai. Lagi pula ia juga bukan siswi yang sangat rajin.
Sania beranjak dari duduknya. Ia sudah menyelesaikan tugas dan akan mengumpulkan pada guru. Namun, sebuah tangan mencekal lengannya. Nata adalah si empu yang mencekal tangan Sania.
"Apa?" tanya Sania dingin.
"Gue mau minta maaf San," ujar Nata dengan tulus. Namun, Sania membalasnya dengan senyuman sinis dan muka sedikit muak.
"Lo nggak salah, buat apa lo minta maaf?" tanya Sania. Nata melepaskan tangan Sania, badannya membeku di tempat.
Sementara Sania meninggalkan Nata begitu saja. Ia sudah muak. Sebenarnya ia hanya iri, dari dulu Nata selalu mendapatkan apa yang Nata mau. Bahkan sekarang, Nata mendapatkan apa yang Sania mau.
~~~
Setelah kejadian tadi, Nata langsung berlari ke kamar mandi setelah dirinya sadar. Setelah otaknya memproses kejadian tadi, bahwa Sania tidak menerima permintaan maafnya. Nata masih bingung, antara ia memang tidak bersalah atau ia tidak menyadari kesalahannya.
Nata kembali ke kelas setelah berpuluh-puluh menit. Untung saja Nata tidak digoda sama hantu kamar mandi. Nata segera membasuh mukanya yang sembab, lantas ia mengelap mukanya hingga air-air basuhan itu tak tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tengil Husband (Tamat)
DiversosWARNING !! CERITA BUKAN UNTUK DIPLAGIAT!! Katanya cowok bad boy itu lebih oke dari pada cowok-cowok good boy. Tapi Nata, ia lebih menyukai cowok-cowok good boy yang lembut sama cewek. Sebenarnya bad boy juga masih oke sih, kalau dikasih bad boy yan...