3. Bingung Judulnya Apa

523 34 0
                                    

"Menerimamu itu tidak sulit, hanya saja butuh sedikit waktu."

Annyeong, i'm back. Btw maaf part ini agak panjang. Aku takut kalian tuh bosen bacanya. Kalau kepanjangan komen aja ya, nanti next part aku pendekin.

Harusnya hari Jum'at ini adalah hari kebahagiaan bagi Nata. Karena di hari Jum'at doang pulangnya cepet. Kalau hal itu masih ada sih, masih ada faktor kebahagiaannya.

Tapi sialnya, pagi ini ia berangkat bersama Arga. Awalnya suaminya itu berjanji untuk menurunkannya di warung depan sekolah. Namun entah mengapa Arga mengingkarinya.

Ia mengantar Nata sampai sekolah. Dan ya, tatapan siswa lain tak terelakkan. Nata tak suka menjadi pusat perhatian. Apalagi sampai jadi bahan gosipan serantero sekolah. Menurutnya bukan seperti itu untuk menjadi pusat perhatian.

"Nata lo beneran pacaran sama Arga?" tanya Sania, sahabat Nata saat jam istirahat sudah tiba.

Kini mereka berdua sedang duduk di kantin menikmati seporsi batagor dan juga air putih di tumbler masing-masing.

"Hadeeeh, kok lo percaya sama gosip itu sih. Lagian ngapain juga gue pacaran sama Kak Arga," jelas Nata tanpa sadar memanggil Arga dengan embel-embel 'kak' di depannya.

"Kalau nggak pacaran apa? Terus ngapain juga lo panggil Arga kak?" tanya Sania sambung menyambung kayak pipa rucika.

"Bukan pacaran tapi nikah, terus Kak Arga tuh lebih tua setahun dari pada gue." Kali ini Nata pun tak sadar juga. Ia langsung menutup mulut dengan kedua tangannya, aduh mampus.

"Hah nikah!? Nata, gue tau lo jomblo tapi nggak gitu juga," ujar Sania lalu ia terkekeh.

"Ah iya gue emang halu, ya gimana habisnya tuh jomblo menyiksa relung jiwa gitu." Nata ikut meng-iyakan perkataan Sania.

Padahal tadi ia mengatakan bahwa dirinya sudah menikah, ya walaupun keceplosan sih. Ah sudahlah pola pikir Nata emang ribet. Nggak ada yang tau gitu. Tapi yang jelas Nata nggak mau kedok nikah mudanya itu ketahuan, apalagi di saat ia belum lulus.

"Ya kalau gitu hubungan lo sama Arga tuh apa?" tanya Sania lagi. Jiwa keponya belum terpuaskan.

"Ud--" ujar Nata terpotong oleh seseorang.

"Dia pacar gue," ujar Arga santai lalu duduk persis di dekat Nata.

Seisi kantin yang tadinya riuh langsung terdiam. Padahal suara Arga tidaklah keras, tapi entah mengapa mendadak semuanya mendengar perkataan Arga. Nata pun terkejut, apalagi Sania. Ia tersedak air putih yang ia minum.

"Napa pada ngeliatin?" tanya Arga pada semua orang. Sontak mereka melanjutkan aktifitasnya masing-masing.

"Apaan sih lo," bisik Nata pada Arga.

"Ya nggak pa-pa masa diantara persahabatan ada rahasia sih. Ya nggak San?"

"Iya tuh bener, masa lo nyembunyiin rahasia dari gue sih," protes Sania.

"Ya gue ngerasa belum waktunya aja," alibi Nata. Ia mengucapkan perkataannya dengan santai, tepatnya pura-pura santai.

Sania berdehem keras. Lalu ia menegak airnya sekali lagi. Batagornya pun sudah habis tak bersisa. Sania berpikir bahwa ini pertanda dari alam untuknya, agar ia segera meninggalkan dua sejoli ini.

"Gue duluan ya Nat, jangan buru-buru balik kelas. Nikmati masa pacaran lo. Bye." Ia pergi setelah melambaikan tangannya pada Nata.

Nata masih asik memakan batagornya tanpa menghiraukan Arga yang kini berpindah di depannya. Ia sedang mengamati Nata makan.

My Tengil Husband (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang