Yang nunggu My Tengil Husband up absen sini yoook. Yang nggak absen, kita musuhann!! Nggak nyangka udah nyampe 600++ pembaca. Tembusin 1 k sama-sama yuk. Oke udah itu aja, happy reading semuanyaaa!!
Nata mengantisipasi ketakutannya tentang bangun kesiangan. Padahal kalau di rumah keluarganya sendiri habis subuh, ya pasti tidur lagi. Paling parahnya malah nggak salat subuh.
"Loh, Nata kemana bang?" tanya Nira kepada Arga.
"Tidur mungkin," jawab Arga tanpa memalingkan pandangan dari tv.
"Masa jam segini tidur?" tanya Nira, lagi.
"Katanya takut kalau besok bangun kesiangan," jawab Arga dengan masih asik bermain PlayStation dengan papanya.
Sementara yang dibicarakan tengah berusaha untuk tidur. Sedari tadi Nata memutar posisinya ke segala arah, namun dirinya tak kunjung terlelap. Semakin dicoba malah semakin sulit. Sepertinya ia harus memanggil Arga untuk menemaninya tidur.
Nata menimbang-nimbang keputusannya. Ia memikirkan suasana yang sedang berlangsung di bawah sana. Apakah keadaan sudah 'aman' untuk meminta Arga agar menemaninya tidur.
"Oke fine, lo harus turun Nata. Bisa, pasti bisa." Nata menyemangati dirinya sendiri. Bahkan ia memulai pemanasan agar tidak terlalu kaku saat bergerak ke bawah.
Nata menganggukkan kepalanya dan mengepalkan kedua tangannya optimis. Ia yakin pasti ia bisa mengalahkan gengsinya. Beberapa kali Nata menghembuskan napasnya.
Tibalah saat Nata memutar kenop pintu dan membuka pintu kamar. Tanpa ia duga ternyata Arga sudah berada di depannya. Jarak keduanya sangatlah dekat. Secara otomatis pandangan Nata berada pada dada bidang Arga. Spontan, ia langsung membelakangi Arga dan menghindar sejauh mungkin.
"Ciee salting cieee," ledek Arga.
"Apaan sih, mulai deh tengilnya." Nata mencebik sebal. Nyatanya sampai kapanpun sifat tengil itu akan mengalir dalam darah Arga.
"Ya maaf," ujar Arga setelah mentertawakan betapa lucunya Nata saat salah tingkah di depannya.
"Katanya kamu mau tidur?" tanya Arga pada Nata.
"Maunya gitu, tapi nggak tau kenapa malah nggak bisa tidur."
"Ya iyalah orang akhir-akhir ini kamu sering begadang," tukas Arga.
Nata membaringkan tubuhnya ke atas kasur. Ia menatap langit-langit. Memang benar apa yang Arga katakan, akhir-akhir ini Nata sering begadang. Entah itu mengerjakan soal UTBK ataupun berkelana dalam pikirannya.
"Tuh kan overthinking," celetuk Arga
Lantas ia membaringkan tubuhnya di samping Nata. Entah sejak kapan keduanya mulai sekamar dengan sengaja. Apalagi semenjak kejadian Arga menjauh beberapa hari itu, membuat mereka semakin dekat. Keduanya seakan tak ingin memiliki jarak.
"Tapi Ga, kayaknya aku nggak bisa tidur bukan karena banyak pikiran."
"Terus?" tanya Arga serius.
"Karena nggak ada kamu," jawab Nata.
"Astaghfirullah ini siapa yang ngajarin?" tanya Arga.
"Si Gara tuh," jawab Nata.
"Pantesan agak jamet," batin Arga.
Keduanya tidak mengucapkan sepatah dua patah kata setelahnya. Mereka memutuskan untuk tidur saja.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tengil Husband (Tamat)
De TodoWARNING !! CERITA BUKAN UNTUK DIPLAGIAT!! Katanya cowok bad boy itu lebih oke dari pada cowok-cowok good boy. Tapi Nata, ia lebih menyukai cowok-cowok good boy yang lembut sama cewek. Sebenarnya bad boy juga masih oke sih, kalau dikasih bad boy yan...