7. Awal mula

413 24 0
                                    

"Temen itu kadang demen. Iya demen sama cowok kita,"

Hari ini sedikit mendung, menjadikan Nata malas untuk berangkat ke sekolah. Apalagi---entah karena apa--- Arga sudah berangkat ke sekolah lebih dulu.

"Naik ojek aja kalik ya," ujar Nata pada dirinya sendiri. Sebenarnya Nata sudah mengenakan seragam sekolah, hanya saja sekarang dirinya masih bermalas-malasan. Ia duduk di atas sofa sambil menonton tv.

"Ya udah deh naik ojek aja," putus Nata. Ia mengambil ponsel lalu membuka sebuah aplikasi berwarna hijau dan menelpon sebuah nomor. Tenang, ini ojeknya udah akrab kok sama Nata.

"Halo assalamualaikum mas ojek, sesuai peta yaa." Nata lalu menutup telponnya dan bersiap untuk benar-benar berangkat ke sekolah.

~~~

"Akhirnya sampai juga. Lama banget sih," dumel Nata.

"Bawel banget sih, udah ayo cepetan naik. Gue tinggal juga lo," ancam Arga. Iya ojek yang Nata maksud itu adalah Arga. Masih ingat bagian 5 nggak? Kalau lupa lihat lagi deh.

"Kok marah sih," ucap Nata lalu memakai helmnya dengan wajah cemberut.

Tak ada yang bersuara di antara mereka. Yang ada hanya suara kendaraan yang berlalu lalang di jalan yang sama. Sampailah mereka di sekolah setelah beberapa menit kemudian.

Nata merasa Arga sangat aneh hari ini. Pacarnya, eh ralat. Suaminya itu tak lagi berbicara dengan cerewet seperti biasanya. Atau minimal mengejek Nata.

"Apa Arga marah karena harus balik ke rumah buat jemput gue. Mungkin, iya sih. Kalau gue mungkin aja juga sebel," pikir Nata.

"Ga lo marah ya sama gue?" tanya Nata pada Arga. Arga terkejut mendengar pertanyaan Nata. Apa wajahnya terlihat akan menonjok seseorang? Apa wajahnya terlihat sedang marah?

Arga mengondisikan raut wajahnya agar tak terlihat menyeramkan. Lalu ia berkata,"gue nggak marah Ta. Cuma lagi emosi aja." Nata hanya ber-oh ria.

"Memangnya kenapa?" tanya Nata lagi. Ia tak ingin terlihat sok tahu, apalagi tempe.

"Nggak pa-pa sih," jawab Arga membuat Nata sebal.

"Lagi PMS ya lo? Ruet banget dari tadi," dumel Nata.

"Udah sana masuk kelas. Oh iya satu lagi jangan curhat-curhat lagi sama orang lain, kecuali gue," peringat Arga.

"Termasuk bestie gue?" tanya Nata lagi.

"Sure. Pokoknya kalau bukan ke gue, jangan buka masalah personal lo. Oke," tegas Arga.

"Emang kenapa?" tanya Nata penasaran.

"Udah sana masuk kelas. Nanya mulu lo kayak Dora," ejek Arga membuat Nata mencebik kesal.

Ketika memasuki kelas Nata merasa heran. Biasanya akan ada sambutan dari Sania yang berteriak memanggil namanya. Tapi kali ini tidak, bahkan posisi duduk Sania berubah di kursi deret kedua. Sania pun sudah asik mengobrol dengan Mita.

Nata tak berani menyapa Sania. Ia takut jika ada perkataannya kemarin yang menyakiti perasaan Sania. Tapi apakah iya? Perasaan kemarin aman-aman aja. Ia bertanya pada Sari dengan isyarat, tapi Sari hanya mengedikkan bahu tanda tak tahu.

"Wah ini pasti ulah Arga," pikir Nata dengan sejuta suudzon nya. Tapi emang kenapa? Nata tau Arga jahil, tapi Arga nggak akan bertindak semena-mena. Lagian aneh juga kalau dipikir-pikir.

Nata langsung galau seketika. Pagi-pagi udah mumet kayak ibu rumah tangga yang bingung perkara mau masak apa.

~~~

"Ga gue mau curhat," ujar Nata memelas. Rasanya ia tidak ingin makan apapun sekarang. Nafsu makannya menghilang seketika.

"Kenapaaa?" tanya Arga dengan manis.

"Masa ia Sania nggak mau temenan sama gue lagi. Di kayak punya dendam gitu, kontak mata sama gue aja nggak mau," ujar Nata melas. Kini mereka sedang berada di perpustakaan untuk memakan mie ayam dari kantin.

Tadi Arga sendiri yang menggiring Nata ke perpustakaan untuk makan. Hal ini membuat siswa-siswi yang biasanya ke perpus jadi mengurungkan niatnya.

Kalau para cewek-cewek pasti pada takut dibaperin sama Arga. Kalau cowok-cowoknya pada takut karena tiga minggu yang lalu Arga habis ngamuk.

"Udah lah nggak usah dipikirin. Masih banyak orang di dunia ini yang mau lo ajak temenan," nasihat Arga. Raut mukanya berubah serius. Nata pun menghentikan acara makannya dan menatap Nata dengan serius.

"Kok lo gitu sih, cuma Sania yang bisa jadi temen curhat gue. Cuma Sania doang yang mau jadi temen gue dalam waktu yang nggak singkat Ga," ungkap Nata. Ia bahkan hampir menangis.

"Ada gue Ta, gue mau nerima lo apa adanya. Gue yang bakal jadi tempat bersandar buat lo. Sekarang lo tenang aja, mendingan lo lanjut makan aja. Karena menerima kenyataan itu butuh banyak tenaga. Nih sekalian abisin, masih utuh kok."

Nata hanya terdiam. Ia menurut pada Arga, padahal tadinya Nata nggak selera makan. Tapi ia baru sadar bahwa yang ada di depannya sekarang adalah Mie Ayam buatan ibu kantin.

Tbc....

Hai, haiii. Ini partnya pendek aja ya, wkwk. Kayaknya yang selanjutnya juga pendek. Biar bisa sering update, babaaayy

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEEEN.

My Tengil Husband (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang