7

120 33 7
                                    

Sekarang Senja sedang berada di mobil orang suruhan ayahnya. Tentu Senja tau bahwa ayahnya menginginkannya kembali.

"Papa bilang apa ?"

"Tuan menyuruh kami menjemput anda" Jawab salah satu dari mereka yang bertubuh besar.

"Kemana ?"

"Ke Belanda"

"Ah fuck"

Drrrt drrtt

Ponsel Senja berbunyi, Senja melihat ke arah ponselnya yang bertuliskan 'badman' dan Senja mengangkatnya.

"Halo"

"Senja, skrg kamu ikut orang orang papa ke Belanda. Kamu gaakan hidup tenang kalo ga ikut kata papa."

"Oh, ok"

Tutt

Senja mematikan handphone nya lalu kembali menatap ke arah orang orang tersebut.

"Bawa gw"

Dan tentu dengan senang hati mereka membawa Senja. Bodohnya mereka menggunakan pesawat umum, buman jet pribadi. Awalnya Senja memang ingin ikut lalu kabur, namun sekarang ia memiliki ide baru.

Senja di toilet bandara sekarang, dan ia sedang mencari siapa yang bisa membantunya.

"Ningning ? lagi pergi bareng Giselle. Mark ? ga enak, mana kayanya dia ada urusan. Echan ? nice."

Senja pun menelpon Haechan karna sejak di pantai mereka bertukar nomor telpon dan berjanji untuk berteman. Bagus bukan ?

"Chan, halo"

"Iya halo, kenapa Ja"

"Lagi dimana ?"

"Ohh, ada urusan sama Mark"

"Mampus"

"Ha ? kenapa ?"

"Gapapa, maaf ganggu"

Tutt

Tinggal satu. Langit.

"Eum, halo Lang"

"Kenapa Ja"

"Bisa mintol ga ?"

"Orang tadi ngapa ngapain lu ?!"

"Enggaa, cuma mintol jemput tapi diem diem"

"Jemput kemana"

"Ke bandara"

Tutt

Langit mematikan telpon nya, Senja tak tau Langit akan menjemputnya atau tidak.

5 menit kemudian seseorang mengetuk pintu toilet yang ia tempati. Senja sudah tremor karena takut di tarik paksa. Namun..

"Buka Ja, gw tau itu sepatu lu"

Oh, Langit mengintio dari bawah rupanya.

Senja membuka pintu lalu segera menarik Langit. Tangan Langit panjang, jadi Senja menarik jari jempolnya saja.

"Kenapa si"

"Ihh ntar gw jelasin"

Tiba tiba Langit menarik Senja ke belakang tembok. Langit memeluk pinggang ramping Senja karena sempit.

"HEH-"

Langit menutup mulut Senja,





















dengan mulutnya. Senja pun terdiam karena tak mengerti keadaan, namun Langit melumat pelan bibir Senja untuk mengulur waktu. Saat Senja kehabisan nafas, disitulah ia tersadar dan mendorong dada Langit.

"HEHH LU NGAPAIN"

"Enak kan ?"

"Hihh gw penggal lu lama lama"

"Tadi ada mereka, jadi gw ajak sembunyi. Makasih kek"

"GIMANA MAU MAKASIH, first kiss gw.."

"Bagus dongg, gw dapet"

"Dapet apa"

"First kiss"

Senja kesal dan melipat tangannya di dada sambil berjalan meninggalkan Langit dengan kaki di hentak hentakkan.

"Yaudah sana pergi, biar di hadang mereka"

"Ihhh" Senja pun kembali berlari kecil ke arah Langit, Namun ia masih bingung. Mengapa ia tak marah dan malah berdebar.

--

Langit membawa Senja menaiki motornya. Motor moge. Senja takut jika ia melayang seperti layangan.

Namun akhirnya Senja naik.

Langit memakaikan Helm yang ternyata kebesaran itu ke kepala Senja. Oh tidak, kepalanya tenggelam.

"Pegangan"

"Gini juga bisa"

"Cepetan"

"Gamau"

"Ok ga jalan"

Senja pun perlahan mengalungkan tangannya di perut Langit, Langit terkekeh geli lalu menjalankan motornya ke apartemen nya.

--

Haloo, mari votmen baru lanjut. Apa kalian gamau nyemangatin author ?

Langit dan Senja -HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang