11

99 31 3
                                    

hai hai haii, say hai dulu sini ke langit senja, kita jadi awan aja yaa
.
.
.

Sudah lama mereka tidak berkumpul bersama. Siapa lagi kalo bukan Langit, Giselle, Mark, Ningning, Senja dan Haechan. Mereka berteman baik selama ini, namun mereka sudah jarang berkumpul bersama karna kesibukan masing masing. Yahh walaupun cuma ketemuan di kantin, tapi gapapa dehh.

"Bentar lagi liburan ya" Haechan mengawali perbincangan sembari menyeruput kuah soto nya.

"Iya, dua Minggu kayanya" Giselle yang duduk di sebelah Ningning iseng memainkan rambutnya.

"Wahh bagus bisa rebahan" Ningning.

"Liburan bareng yuk"  Usul Haechan.

"Bagus tuhh, udah lama kita ga ngumpul ngumpul" Mark tersenyum sembari menarik turunkan alisnya.

"Ngikut aja sih asal gratis" Senja.

"Itu si Langit banyak duitnya" Giselle nyengir ke arah Langit dan berakhir semua menatap kearah Langit, Langit yang tengah mengunyah dua buah pentol di dalam mulutnya hanya menatap malas.

Langit mengunyah pentolnya dan melirik ke Senja sebentar lalu kembali membuang muka dengan wajah datarnya. "Yaudah iya"

Semua tentu senang, walaupun mereka bukan orang melarat, tapi siapa yang tak suka traktiran.

Namun mereka tak menyadari jika ada orang yang memperhatikan mereka dari jauh.

"Gadis kecil yang manis, lo ga akan akan bisa lari dari gw"

--

Malam ini Senja sedang menonton drakor di apartemen nya, ayahnya ? ayahnya sudah tidak mengejar Senja. Bahkan ia sudah tak menganggap Senja anaknya. Begitupula dengan mama nya, ia tak pernah perduli dengan keadaan Senja.

Saat ini Sena sedang menangis tersedu sedu, bantalnya sudah basah dengan air mata dan ingusnya yang terus mengalir. Senja bukan menangisi orang tuanya, tapi menangisi drakor yang tengah ia tonton saat ini.

"Huwaaa kasian banget ditinggal hiks hiks"

And you know ? besok paginya matanya udah sembab. Bisa bisa dikira habis di aniaya si Senja.

"SENJA LO KENAPA ?!" Ningning terkejut melihat Senja yang memasuki kelas.

"Ha? gw kenapa?"

"Mata lo sembab banget"

"Emang iya? semalem gw habis nangisin drakor ehehe"

"Bener lo?"

"Iyaa, efek begadang juga mungkin"

"Ck, sini gw tutupin" Ningning menyuruh Senja untuk duduk di sebelahnya lalu mengeluarkan sesuatu dari tas nya.

"Mau di apain?"

"Udah diem dulu"

Ningning meng-aplikasikan sedikit foundation dan bedak di bawah matanya. Memang masih terlihat bengkak, tapi setidaknya sudah tidak seperti yang di tonjok.

"Nahh udah, masih bengkak sih, tapi udah ga bonyok"

"Enak aja bonyak bonyok"

Tak ada angin tak ada listrik. Giselle, Langit, Mark, dan Haechan memasuki kelas mereka membuat murid lain tercengo. Bagaimana tidak? Mereka juga adalah kakel yang cukup famous. Bahkan degem degem juga menyukai Langit.

"Haii kakak kakakku tercinta" Ningning menyapa dengan senyum manisnya, walau rada alay dimata Senja

"Ngapain kesini?"

"Ngusir nih Ja? oke" Haechan melangkah seolah akan pergi dari kelas itu namun berbalik dan kembali karena tidak ada yang mengikutinya, menyedihkan.

"Kok gajadi pergi" Senja ingin tertawa saat itu melihat gemasnya Haechan karena ia hanya pout sembari menyilangkan tangannya di depan dada. Kakel tapi kaya degem jwjsjakam

Murid disana? jangan tanya, udah sakaratul maut liat Haechan begitu. Syirik? pasti ada.

"Jadi ngapain kesini, tumben" Tanya Ningning

"Gabut" Ucap Langit

"Bentar lagi bel ka-"

Kringg kringg~

"Mampus" Ucap Senja dan Ningning secara kompak. bagaimana tidak, kelas 12 ada di seberang lapangan yang luasnya seperti cintaku pada Doyoung dan harus menaiki tangga yang panjangnya seperti kisahku dengan Ryujin.

Senja dan Ningning tertawa terbahak bahak melihat mereka berlari lari, karena wali kelas di kelas 12 rata rata galak nya minta ampun.

Tak lama guru masuk, wali kelas Senja dan Ningning adalah bu Aini. Bu Aini adalah guru yang lembut dan penyayang, ia masih cukup mudah dan tak pernah memarahi muridnya karna katanya sewaktu ia masih kecil ia di ajarkan untuk tidak melakukan kekerasan pada siapapun. Berbeda jauh dengan Senja bukan?

"Selamat pagi anak anak"

"SELAMAT PAGI BU GURU" Teriakan anak laki laki mendominasi sampai sampai bu Aini tutup telinga.

"Hari ini ibu bawa murid baru"

"Wahh cewe cowo bu?"

"Cowo"

"Ganteng engga?"

"Yang namanya cowo itu ganteng, kalo cewe itu cantik, ciptaan Tuhan ga ada yang jelek"

"Mana anaknyaa"

"Nak, masuk"

Seorang anak laki laki seumuran mereka dengan seragam yang melekat di badannya masuk kedalam kelas seketika membuat sekeas ricuh. Namun tidak dengan Senja. Ia merasa dunia yang telah ia bangun sendiri hancur. Tubuhnya langsung lemas.

"Perkenalkan diri kamu nak"

"Hai, nama gw Dio"

Beberapa murid perempuan ricuh karna memang tak bisa di pungkiri bahwa Dio itu cukup tampan.

"Omaigatt ayang Dio"
"Dio ganteng banget yatuhan"
"Bidadari mana lagi ini"
"Dio pacaran yuk"

Sampai ke satu pertanyaa.

"Dio udah punya pacar?"

"Ada, itu pacar gw"

Dio menunjuk tepat ke arah Senja, Senja hanya menatapnya diam, dan mereka saling bertatapan.

"Sudah cukup anak anak, ayo kita mulai pembelajaran kita hari ini"

--

HOLAAA, ANYONK, SWADIKAKAP, KINICIWI, PRIVIT, SHALOM. EH GW ISLAM NJEM AJSJSNWM. INTINYA JANGAN LUPA VOTMEN.

mau curhat dikit, kenapa ya gw gabisa kalo ga CAPSLOCK, DARI TADI PAS NULIS CERITA INI ADA BEBERAPA PART YANG CAPSLOCK TAPI GW BENERIN LAGI TAKUT GA RAPIH JSUSJWKSK??!!!!

Langit dan Senja -HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang