Part 9
"Hampir satu tahun, klub ini tidak ada kegiatan. Saya akui, ini salah saya. Tapi, dengan teguran dari kepala sekolah kemarin, saya harap kita bisa menghidupkan kembali klub ini. Maka dari itu, sebagai langkah awal, kita berencana untuk mementaskan sebuah drama saat perayaan ulang tahun sekolah nanti..."
Yura menatap kosong orang yang berbicara di hadapannya, pendengarannya seolah tak berfungsi, ia seperti kehilangan arwahnya, pikiran gadis itu benar-benar kosong. Dunia tiba-tiba terasa begitu mencekam baginya, seperti sedang tenggelam di dalam lautan, menyesakkan, semesta seolah bekerja sama menghancurkannya.
"Jadi, ada yang ingin mengajukan diri berperan sebagai Sinta yaitu pemeran utama wanita kita? Saya akan sangat menghargai adik-adik yang mengajukan dirinya."
Bintang menatap gadis di sampingnya yang hanya diam, persis seperti orang yang kehilangan semangat hidup. Diam-diam, Bintang merasa prihatin, ia tak bisa membayangkan bagaimana tertekannya gadis itu.
"Yur... Yur.. Lo dipanggil pak ketua," ujar Bintang berbohong sambil menepuk pelan bahu Yura.
Yura tersadar dari lamunannya, nampak gelagapan, tak tahu menahu atas apa yang terjadi dan langsung berkata, "iya kak. Saya," ujarnya membuat semua orang dalam ruangan menatapnya.
"Okay, bagus. Terima kasih ya dek sudah ngajuin diri," kata ketua itu dengan seulas senyum di wajahnya.
Yura memasang wajah cengonya, "ha? Terima kasih apa ya kak?" ia nampak begitu kebingungan.
Sementara sang pembuat ulah justru duduk sambil menahan tawa.
"Karena udah mau ngajuin diri jadi bintang utama di drama nanti. Nama lo siapa dek?"
Kedua mata Yura makin melebar, "Yura kak. Tapi gue nggak pernah ngajuin diri jadi bintang utama."
"Lah tadi bilang saya," kata laki-laki itu juga kebingungan.
Setelah otaknya mulai memahami apa yang terjadi, dengan kecepatan kilat, Yura langsung memutar kepalanya, menatap Bintang dengan tatapan tajam dan mulut menggumamkan umpatan tanpa suara.
"Sepertinya ada kesalahpahaman kak. Saya mohon maaf, say-" ucapan Yura disela oleh Bintang yang tiba-tiba berdiri.
"Kalau Yura yang jadi bintang utama ceweknya, saya mau kak yang jadi pemeran Abi, bintang utama cowok," kata Bintang santai.
Bintang menoleh pada Yura dan langsung mendapatkan tatapan tajam seperti ingin membunuhnya dari Yura. Cowok itu kembali duduk dengan perasaan puas.
"Okay, bagus-bagus. Bintang utamanya udah ada jadi-"
"Maaf kak sebelumnya, eh, tadi gue nggak ngajuin diri jadi bintang utama, tadi Yura pikir, kakak manggil nama Yura. Jadi Yura nggak bisa jadi bintang utamanya, maaf kak."
"Yaaah, ayolah, ini demi kemajuan klub kita. Klub butuh sumbangsi kalian, but okaylah. Mungkin ada yang lain?"
"maaf kak," kata Yura jadi tidak enak.
Bintang kembali berdiri membuat Yura menatapnya penuh antisipasi, "maaf kak, saya nggak bisa jadi pemeran utama cowok kalau pemeran utama ceweknya bukan Yura."
"Sialan si Tatang," umpat Yura dalam hati.
"Dia pasti haters gue. Nambah masalah aja," omel Yura dalam hati.
Ketua dari klub drama itu mulai nampak kesal, "jangan main-main dong dek! Kita ini lagi serius. Okay, gini aja. Yang udah ngajuin diri nggak boleh mundur. Jadi Yura sama Bintang yang akan jadi pemeran utama dalam drama ini."
---
Yura keluar dari ruangan dengan amarah membuncah, mengabaikan Bintang yang terus mengikutinya sambil memohon maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yura dan Bintangnya
Fiksi Remaja"Gara-gara Lo kapal gue karam." "Cantikan Dania. Yura mah ampas." "Theo lebih cocok sama Dania anjir. Si Yura ngerusak aja." "Chemistry Theo sama Dania dapat banget. Berharap mereka jadian di real life tapi sayang, ada batu terkutuk yang halangin." ...