32. Tak Terduga

33 8 0
                                    

Kukira kau tiada namun sang pencipta berkehendak lain. Kau lolos dari maut yang ada di depan mata. Sepertinya kau menolak untuk berdamping dengan malaikat untuk sementara


🐑🐑🐑


Dilihat bangunan roboh membuat semua yang melihat dengan tatapan kosong dan linglung bagaimana menyelamatkan Karina.

Gisel sudah menangis histeris sejak bangunan itu roboh. Kenapa harus orang baik yang pergi? Kenapa harus dia yang pergi? Apa belum cukup penderitaan yang dialaminya akhir akhir ini? Mengapa semesta menghakimi orang baik sepertinya??

Pertanyaan terus berputar ditengah paniknya seorang Gisel seolah menyalahkan takdir atau bahkan marah dan kecewa pada sang pencipta dan malaikat. Sang pencipta terlalu menyayangi orang seperti Karina dan memanggil nya terlebih dahulu sebelum semuanya siap dengan kondisi apapun. Tetapi kematian itu tak terduga dan semua orang juga tidak siap dengan kematian. Meninggalkan seluruh orang yang dicintai dan pergi jauh untuk selamanya. Berat untuk menerima tetapi inilah kenyataan.

"Tenang Rin, lo ga perlu nangis lagi. Udah ga sakit kan? Gue kasihan sama lo nahan semua rasa sakit" lirih Gisel berposisi bertekuk lutut dan pasrah. Tak mampu menangis sekencang apapun, semarah apapun, dan memaki maki semua. Itu tak berarti, karena sekarang temannya sudah pergi jauh.

Bagaimana dengan Yandra? Ia mendadak bisu seperti orang bodoh. Perasaan nya kini jauh lebih sakit dibandingkan luka di punggungnya, mati rasa yang tak bisa di deskripsikan dengan kata. Hanya hati nya saja yang mampu memberontak dan menyesal. Mengapa semua terjadi begitu cepat? permohonan maaf itu terlambat ia nyatakan.

"Hai guys temen kita udah pergi jauhhh banget. Kalian kesini ya. Pake gps di jam gue kita adain party perpisahan" ujar Gisel berbicara pada ponsel nya melalui voice note untuk dikirim ke teman-temanya.

🐑🐑🐑


Semua tiba di tempat yang dimaksud Gisel.

"Gisel, ada apa? Jelasin" ujar Satria berbicara pada kekasih nya yang sedaritadi berdiam diri menatap bangun roboh.

"Satria, Karina udah pergi. Kalian semua telat, dia keburu pergi" ujar Gisel menahan air mata tetapi itu tak bisa dibendung lama. Air matanya kembali berhamburan.

"Maksud kamu?! Karina?!" Tanya Satria kembali.

"Iya dia pergi ga ngajak aku. Aku yang salah. Maaf aku ga bisa cegat dia" ujar Gisel.

Semua teman temannya mulai terkulai lemas dan menutup mulut tak percaya. Terlalu cepat untuk semuanya.

"Lo yang bener aja bangsat! Karina bilang dia belum punya ide buat lanjutin study nya di luar negeri" ujar Somi masih merasa tak terima.

"Maki gue Som, maki! Gue juga gatau kenapa secepet ini" ujar Gisel sudah tidak sanggup.

Bagaimana dengan perempuan peneror tersebut? Ia ditahan oleh Candra dan Rajesa sedangkan Jiya sudah aman bersama Jenan yang mendekapnya hangat. Tak ada lagi yang bisa menyakiti Jiya.

Langit mulai gelap dan matahari mulai berganti dengan bulan bersinar redup.

"Tolong... Tolong..." Suara kecil menggema sedu diantara kesedihan.

"Gue ga indigo, tapi itu bukan Karina kan?" Tanya Ryujin melepas dan mencoba menemukan suara di tengah puing puing bangunan.

"Lo ngerasa ga ada suara entah itu siapa tapi seinget gue suara nya minta tolong gitu?" Tanya Lia mulai merasa bahwa itu bukan halusinasi nya.

Susah Lupa | Yangyang Karina [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang