Hanin berjalan menuju ruang dosen, tepatnya ruangan Rafka.
Setelah sampai, Hanin mengetuk dan membuka pintu ruangan Rafka. Dosen sekaligus mas suami.
"Permisi pak," ucap Hanin sembari melangkahkan kakinya memasuki ruangan Rafka.
Rafka mengangguk. "hmm," gumamnya
"Saya... gak disuruh duduk ni, pak?" tanya Hanin."Duduk."
"Gitu kek dari tadi," ucap Hanin pelan, masih dapat di dengar oleh Rafka.
Hanin menuruti perintah Rafka, ia duduk di kursi yang berada di hadapan Rafka.
"Kenapa, Pak panggil saya?" tanya Hanin.
"Kamu belajar yang serius, kalau tidak saya turunkan nilai kamu," ucap Rafka to the point.
Hanin membelalakkan matanya, ia mengerutkan dahinya. "Loh, maksud Bapak apa? Saya 'kan memang selalu serius, Pak," ucapnya protes.
"Bicara yang sopan. Kamu itu sedang di kampus," ucap Rafka.
Dira kembali membelalakkan matanya. Astaga, benar-benar padahal Hanin sudah sangat sopan padanya. Hanin berusaha untuk tidak menyumpah serapahi dosen yang ada dihadapannya ini.
"Seirus apa yang kamu bicarakan?" ucap Rafka kembali.
"Y- ya, serius belajar lah Pak," ucap Hanin.
Rafka menghela nafasnya. "Lalu? Yang tadi?" tanyanya.Hanin mengerutkan dahinya. "Se- sebentar. Maksudnya Bapak apa? Yang tadi apanya? Saya gak ngerti maksud dari omongannya Bapak," ucapnya bingung.
Rafka menatap Hanin datar. "Kamu jangan banyak bicara. Jawab saja apa yang saya tanyakan," ucapnya.
Hanin mengatur nafasnya, untuk kesekian kalinya ia bersabar menghadapi makhluk di hadapannya sekarang.
"Mohon maaf, Bapak Rafka Aprilio Mahendra. Bapak memanggil saya untuk menanyakan di mana keseriusan saya belajar? Lalu, saya ingin menanyakan ke protesan saya kepada Bapak yang udah nuduh saya tidak serius dalam belajar. Bapak melihat ketidak seriusan saya itu dari mana? Padahal saya disini yang menjalankannya langsung, saya tidak pernah merasa bahwa saya bermain-main dalam belajar. Tolong Bapak jelaskan, sekian terima kasih," ucapnya dengan sangat-sangat sopan.
Rafka menghela nafasnya. "Tadi, saya di kasih tau oleh Pak Rama, kamu tidak serius dalam pelajarannya. Kamu sudah melanggar aturan dalam kelas dengan mengobrol saat pelajaran masih berjalan," ucapnya.
Begitu mendengar perkataan Rafka, Hanin membelalakkan matanya. Astaga bodoh sekali dirinya, kenapa dia tidak memikirkan masalah itu sejak tadi. Sudah salah malah menyolot.
"Kenapa diam?" tanya Rafka.
"Hah? Eng- enggak."
"Lalu?"
"Sa- saya gak ngomong dalam kelas, itu semua juga karna gara-gara Vita. Dia yang ngajak saya mengobrol duluan, lagian tadi juga kita udah dapat hukuman dari pak Rama," ucap Hanin.
Rafka hanya terdiam, menatap Hanin dengan datar.
Hanin merasa ada aura-aura yang tidak bersahabat, "Sa- saya janji deh Pak, saya gak bakal ulangi lagi. Ini untuk yang pertama dan terakhir," ucapnya Pelan dengan menunduk, takut-takut dengan tatapan Rafka
Untuk kesekian kalinya Rafka kembali menghela nafasnya. "ya udah, jangan kamu ulangi lagi perbuatan itu. Kalau tidak nilai kamu akan jadi taruhannya. Dan siap-siap Ayah kamu akan mengetahui ini jika kamu mengulanginya lagi," ucapnya.
"Ya- yah... jangan dong Pak, jangan kasitau Ayah," ucap Hanin dengan wajah sedihnya.
"Ya udah, tinggal kamu nurut jangan buat ulah lagi dan saya gak akan kasih tau ke Ayah," ucap Rafka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda Itu Suamiku [ Repost ]
Lãng mạn(REPOST!!) FOLLOW DULU SEBELUM BACA! "Saya dan orang tua kamu sepakat untuk menjodohkan kamu dengan Rafka, anak saya." Hanin, seorang mahasiswi, harus menikah karena perjanjian yang dibuat Ayahnya. Masalahnya, calon jodoh Hanin bukan lelaki biasa. D...