Seandainya gue nggak punya janji untuk di tepati, gue yakin pasti udah mati.
~Amara Claudia Syahara~
×××Tuk, tuk, tuk...
Lelaki di depannya ini semakin mendekat, membuat Amara otomatis melangkah mundur. Hingga tercekat saat merasakan punggungnya menabrak meja. Jarak yang begitu dekat membuat Amara kesulitan bernapas.
"Lo ngapain disini?" tanyanya. Amara menegakkan tubuh, berdiri tegak di hadapan Ali.
"Mundur Lo!" di dorongnya bahu Ali, membuatnya sejengkal lebih ke belakang.
"Ntar dikira kita mesum lagi." tambahnya asal. Sedikit kaget saat gadis di hadapannya ini bisa berbicara sesantai itu. Tapi dia tak bereaksi lebih. Sedikit melirik ke arah siswa di sekitarnya. Berharap mereka tak mendengar apa yang baru saja Amara ucapkan.
"Lo ngapain disini?" ulang Ali setelah berdehem.
"Gue? Oh, ini." Di serahkannya totebag yang sedari tadi di bawanya.
Ali menerimanya dengan kedua alis bertautan. Lalu mengeceknya. "Jaket Lo."
"Semalem gue lupa nggak balikin sekalian, padahal kan bisa, tanpa harus gue cuci dulu.
Tapi ya, karena gue baik dan nggak ompong ya udahlah, gue cuciin sekalian. Terus tadi pagi baru kering. Dan, sorry nggak gue setrika, nggak punya soalnya." ujarnya detail. Ali mengangguk.Amara sadar, sejak tadi Ali menatapnya begitu intens, membuatnya salah tingkah sendiri. "Kenapa Lo lihatin gue gitu amat?" tanyanya sinis.
"Nama lo.. Amara kan?" Amara sontak mengangkat kedua tangannya menyilang di depan dada. Pasalnya, name tag itu letaknya di atas dada bagian kanan, ya berati kalau setiap orang melihat namanya, otomatis melihat dadanya, kan?
"Lo?!! Waaaah... Kurang ajar ya Lo!"
"Eh, nggak! Gue udah tau kali." Belanya. Amara menyipit, mengamati raut wajah Ali lebih dekat.
"Udah tau? Udah tau apaan?!!" Jemarinya semakin erat memegang seragam.
"Udah tau nama Lo!" balasnya ketus.
"Oh, kirain apaan." Tangannya ia turunkan.
"Eh, tapi Lo tau dari mana nama gue? Kan sejauh kita pernah ketemu, belum pernah tukeran nama? Aaahh.... atau jangan-jangan Lo stalkingin gue, ya? Ngaku Lo!" tuduhnya dengan telunjuk yang di arahkan ke depan wajah Ali.
"Lo suka ya sama Ali?" Bukannya menjawab, malah melempar pertanyaan. Kicep! Amara langsung diam saat pertanyaan itu meluncur dan masuk ke gendang telinganya.
Pria di hadapannya terkekeh, lalu geleng-geleng kepala. "Fiks, Lo nggak ngelak sama sekali. Itu artinya Lo suka sama Ali." Amara terdiam, mengamati lebih jeli lagi dan beralih pada nametag di seragamnya.
Sial! Gue salah orang lagi!
"Lo-"
"Gue Adnan." jawabnya lebih cepat. Pria itu tersenyum penuh kemenangan seolah benar-benar berhasil mengerjainya. Adnan berbalik, melangkah pergi.
"Tunggu!" cegat Amara, gadis itu berlari ke depan Adnan lalu merebut totebag-nya tadi.
"Gue bisa kasih ini sendiri!" ucapnya kemudian berlalu lebih cepat kembali ke kelasnya. Adnan tersenyum simpul.
"Ali... Amara... so, perfect couple. Hhhh." lirihnya kemudian mulai melangkah kembali ke kelasnya. Niat awal Adnan datang ke kelas Ali adalah untuk mengecek lelaki itu, apakah sudah sampai sekolah atau belum. Karena hari ini, dia berangkat lebih pagi dari biasanya. Tapi sampai jam masuk berbunyi pun, batang hidung lelaki itu masih tak dia temukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
Teen FictionAmara, remaja SMA yang harus mengalami pahitnya kehidupan karena problem keluarganya. Kesendirian, kesepian, dan gelapnya malam sudah menjadi teman kala dunia seolah tak menganggap dia ada. Dan penderitaannya bertambah kala itu... Saat seorang lelak...