Lelaki di ciptakan bukan untuk jadi pengecut. Datang, dan selesaikan semuanya!
~Adnan Ali Ibrahim~
×××"Lo serius nggak kenal sama tuh cewek, Al?"
"Iya, kali aja kalian sempet ketemu dimana gitu, terus Lo lupa." tambah Aril.
"Kasihan gue, adkel cantik di anggurin!" celetuk Nikolas sambil mengusap dagunya.
"Otak Lo! Pasti udah liar!" tebak Kevin sambil memberi satu jitakan di kepala Nikolas. Membuat si empu meringis.
"Al? Yeee, malah diem. Lo beneran nggak kenal sama cewek tadi?" tanya Aril membuat Ali memberinya tatapan penegasan.
"Udah gue bilang, GUE NGGAK KENAL!" perjelasnya di akhir kaimat.
"Oke, oke, nggak kenal..." jawab Aril sambil meringis. Ketiga lelaki yang sejak tadi memberondong pertanyaan pada Ali pun diam.
Beberapa menit setelahnya, “Lo bilang nggak kenal dia, kan? So, free buat gue deketin dia,” ucap Kevin sambil berdiri. Membuat yang lain mendongak menatapnya. Semua atensi mata beralih pada langkah kaki Kevin, sampai akhirnya berhenti di hadapan Amara. Melihat itu, Ali mengembuskan napas jengah.
“Hai,” sapa Kevin, membuat Amara yang beranjak pulang menghentikan langkah.
“Gue Kevin, temennya Ali. Kalo Ali nolak kenalan sama Lo, tenang aja, gue mau kok.” Amara mengernyitkan keningnya.
“Sorry, gue mau lewat,” balas Amara mencoba melintas ke sisi kiri tubuh Kevin.
“Eits, nggak bisa main pergi aja dong. Kan gue niatnya baik, nih. Mau ngajak Lo kenalan,” ucap Kevin sambil tersenyum manis. Amara balas tersenyum tapi di paksakan.
“Sorry, gue nggak minat, kak,” balas Amara. Membuat Kevin semakin geram dan tertantang.
“Wah, sok jual mahal ya?” ucapan Kevin membuat langkah Amara terhenti. Gadis dengan rambut hitam lurus itu mengetatkan rahangnya. Selalu terpancing emosi setiap kali orang lain menganggapnya demikian. Dia berbalik, menatap tajam lelaki yang masih berdiri di sana.
“Kalo gue sok jual mahal, Lo apa? Sok kecakepan? Atau murahan, biar dapet gebetan? Sampek harus godain cewek yang jelas-jelas nggak mau, hm?” ucap Amara sambil tersenyum miring.
Benar-benar menantang!“Lo?!” Kevin geram, dengan gertakan di giginya dan mata menajam lelaki itu dua langkah lebih maju. Membuat posisinya kian dekat dengan Amara. Tepat saat jarak di antara mereka tinggal sejengkal saja, Ali mendadak muncul di antara keduanya.
“Berhenti terpancing emosi, Vin. Dia perempuan,” peringat Ali. Membuat Kevin kembali mengatur amarahnya.
Ali melirik Amara, mencekal lengannya. “ikut gue!” tapi, Amara malah mengempasnya dengan kasar.
“Nggak perlu! Gue cuma mau kembaliin barang yang bukan hak gue,” ucapnya sembari memindahkan totebag di tangannya ke tangan kanan Ali.
Sebelum melangkah pergi, Amara berjinjit. Mendekatkan bibir pada telinga Ali lalu berbisik, “senggaknya gue nggak nambah predikat wanita murahan dengan jadi maling jaket Lo. Seperti yang pernah Lo bilang, kan?” Amara tersenyum miring, kemudian berbalik dan melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
Teen FictionAmara, remaja SMA yang harus mengalami pahitnya kehidupan karena problem keluarganya. Kesendirian, kesepian, dan gelapnya malam sudah menjadi teman kala dunia seolah tak menganggap dia ada. Dan penderitaannya bertambah kala itu... Saat seorang lelak...