Bukan tidak menolong, hanya aku saja yang tidak sadar bagaimana bentuk pertolongan-Nya untukku
~Amara Claudia Syahara~
×××Dengan tubuh yang begitu lemah, Amara menginjakkan kaki ke mini market sepulang sekolah. Tak betah bila terus dihantui oleh rasa penasaran, tanpa pernah tahu kenyataannya. Masih dengan seragam abu putih yang di tutupi jaket hitam dengan tudung kepala yang menutupinya.
Kakinya berselancar ke setiap rak, matanya melirik kanan kiri demi cari aman atas barang yang akan di belinya. Saat merasa situasi sudah tepat, tangannya dengan cepat meraih testpack untuk di masukkan ke keranjang belanja.
Dengan jantung yang berpacu cepat, Amara meletakkan keranjang ke meja kasir. Supaya cepat di total. Tapi sayang, saat menemukan testpack itu si penjaga kasir malah sengaja mengangkatnya secara gamblang dan bertanya, "sama testpack-nya juga?" Amara melotot, tapi perlahan dengan ragu dia mengangguk.
"Itu titipan mama saya," ujar Amara. Berharap penjaga kasir itu tidak berpikir buruk tentangnya.
"Oh, aku kira.. buat adik sendiri. Masih kelihatan remaja banget soalnya untuk jadi ibu," balasnya. Membuat Amara tersenyum getir.
Setelah si penjaga kasir itu menyebutkan total nominal yang harus Amara bayar, dengan cepat Amara menyerahkan uangnya. "terima kasih, semoga puas dengan pelayanan kami."
"Huffttt... Hampir aja," lirih Amara sembari mengelus dadanya.
"Hampir ketahuan maksudnya?"
Deg!
Sontak Amara membulatkan matanya. Suara yang begitu di kenalinya mendadak muncul dari jarak yang begitu dekat. Amara memutar tubuh dan, "Kak Adnan?!" tanyanya terkejut dengan suara tertahan.
"Yes, i am. What are you doing in here Amara?"
"Gu- gue.. itu.. tadi beli cemilan," jawab Amara gugup.
"Gue tahu, nggak perlu gugup juga kali. Gue nggak bakal nyidang juga, kan," jawabnya sesantai itu. Amara mengatur napas, menetralisir lagi mimik wajahnya yang mungkin sudah memerah.
"Oke, kalo gitu gue duluan, permisi," pamit Amara kemudian berbalik cepat. Tak ingin pria itu semakin menanyainya banyak hal. Adnan mengernyitkan dahi.
"Amara," panggil Adnan. Amara yang masih berdiri di pinggir jalan untuk menyeberang pun menoleh.
"Gue tahu semuanya." Satu kalimat yang kemudian membuat jantung Amara semakin berpacu cepat. Berbagai pertanyaan mendadak bermunculan dalam otaknya. Apa yang kiranya Adnan tahu dari dirinya?
Dengan sigap Amara kembali berbalik, tak ingin bersinggungan lebih lama dengan salah satu dari pria berwajah sama itu.
Melihat Amara yang semakin menjauh, Adnan menyipitkan mata lalu mengembuskan napas panjang. "lo cuma perlu kesiapan buat ngadepin semuanya, Ra. Karena pada akhirnya Lo tetap pada posisi yang sama," lirihnya.
Percaya dengan kehendak Allah, akan bagaimana dan seperti apa skenario ini berjalan, semuanya tetap berpusat pada Sang Penguasa alam semesta. Kita hanya perlu berusaha dan berdoa untuk segala prosesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
Teen FictionAmara, remaja SMA yang harus mengalami pahitnya kehidupan karena problem keluarganya. Kesendirian, kesepian, dan gelapnya malam sudah menjadi teman kala dunia seolah tak menganggap dia ada. Dan penderitaannya bertambah kala itu... Saat seorang lelak...