4. Pangeran dan babunya.

161 19 16
                                    

Aku yakin kalian pembaca yang baik!  Vote, follow, dan komen yuk^^

Follow me:
Ig: Joynad_cr
Tiktok: joynad_crrr

Follow me:Ig: Joynad_crTiktok: joynad_crrr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________

"Suatu hari, aku pernah di buat percaya oleh seseorang. Bahwa hasil tak selalu imbang dengan semua usaha yang kita lakukan. Karena dunia, tak pernah berjanji untuk selalu adil."

Kamu Siapa, Giya?
__________________

Bell pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Semua murid mulai keluar dan pergi ke parkiran untuk pulang. Giya yang masih baru di SMA Dananjaya, terus menempel pada Binan dan Wala, bahkan sampai jam pulang sekolah sekalipun. Mereka bertiga berkumpul tepat di depan gerbang, menunggu jemputan mereka masing-masing.

"Eh, gue duluan ya! Babeh gue udah nongkrong, noh!" pamit Wala sambil memanyunkan bibirnya ke arah bapak-bapak yang menggunakan sarung dan kaos manset di atas motor bebek.

"Owh, oke hati-hati, Ratu Dugong!" sahut Giya melambaikan tangannya pada Wala yang sudah berlari menghampiri bapak-bapak tadi.

"DUYUNG, HEH!!" jerit Wala dari atas motor dan langsung melesat pergi saat itu juga.

Giya dan Binan malah cekikikan, melihat tingkah Wala yang sangat bar-bar. Bahkan, di saat ada bapaknya sendiri.

"Eh, Tiyan sama Hasta dimana ya?" tanya Giya mulai celingukan, melirik ke setiap sudut parkiran motor di depan mereka.

"Coba aja cari."

"EH, KETEMUU!!!" Heboh Giya menunjuk dua orang cowok yang saling menggeplak helm satu sama lain di pojok parkiran dengan motor vespa kuning di samping mereka.

"Ayok, Nan. Samperin!!" ajak Giya tanpa ragu-ragu menarik tangan Binan, untuk menemaninya.

Namun, Binan malah menahan tubuhnya, membuat Giya kembali berbalik dan menatapnya.

Binan menggelengkan kepalanya pelan.

"Hmm, enggak dulu deh, Giya. Kamu aja, yah? Aku lihatin dari sini."

"Beneran nggak mau?"

Binan menganggukkan kepalanya, yakin. Giya mengulum bibirnya, lalu mulai melepas genggaman tangannya dari pergelangan tangan Binan.

"Yaudah, deh. Tapi, beneran tungguin yah!" seru Giya mulai berlari menghampiri dua cowok tadi.

"Iya, Giya..."

"Sip!" Giya mengangkat kedua ibu jarinya untuk Binan.

Setelahnya, Giya langsung kembali berbalik dan mempercepat langkah kakinya menghampiri kedua cowok dengan vespa kuning itu.

Kamu Siapa, Giya? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang