8. I met u, tonight.

134 14 3
                                    

Aku tau kalian pembaca yang baik, vote dan komen yuk! ^^

Follow me:
IG: Joynad_cr
Tiktok: Joynad_crr
Twitter: J_jiuuu0

Follow me:IG: Joynad_crTiktok: Joynad_crrTwitter: J_jiuuu0

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________

"Katanya, setiap kepergian selalu punya alasan. Tapi, bagaimana jika sampai saat ini aku masih belum tau alasannya?"

-Giya untuk semesta.
___________________________


Suara dentingan sendok dan garpu terdengar jelas di meja makan keluarga Daniswara. Meja makan yang begitu panjang itu, hanya diisi oleh dua orang yang saling duduk berjauhan.

Giya yang berada di paling ujung meja makan, dan mamanya yang berada ujung meja satu lagi. Makan malam itu, sama sekali tidak seperti makan malam keluarga lainnya. Tidak ada pembicaraan, tidak ada yang menanyakan kabar satu sama lain, tidak ada juga canda tawa.

Memang, selucu itu keluarga kecil mereka. Hal sepele seperti menanyakan kabar, adalah hal yang merepotkan dan buang-buang waktu bagi mereka. Tapi, jika sudah membawa harta, nilai, dan popularitas. Rasanya mereka akan saling menyidang sampai titik darah penghabisan.

"Giya," panggil mamanya, membuat Giya memberhentikan gerak tangannya.

Matanya lantas teralih, dari piring menatap mamanya.

"Iya, Ma?"

"Kurangin nasi sama lauk di piring kamu. Mama liat badan kamu udah gendutan," tutur Maya menatap tajam Giya dari jauh.

Giya lantas menghela nafasnya pelan. Matanya, menatap makanan di piringnya yang baru ia makan sebanyak dua sendok. Sekarang, harus di kurangi lagi.

Salah satu tangannya mulai memisahkan lauk pauk dan nasi di piringnya ke piring yang baru. Lalu, Giya mendorong piring berisi sisa makanannya, menjauh.

"Udah, Ma," ucap Giya mulai menunduk pandangannya.

Mungkin malam ini dia akan kembali menahan lapar hingga pagi datang, pikir Giya.

"Berat badan kamu sekarang berapa?" tanya Maya menatapnya penuh intimidasi.

Giya seketika menunduk melihat tubuhnya sendiri. Mengingat-ngingat waktu kemarin terakhir ia menimbang berat badan. Belum lagi di kantin sekolah, ia juga sering kelepasan membeli bakso, mengikuti Wala dan Binan.

"Empat puluh... tiga," jawab Giya sedikit ragu.

Brak!

Tiba-tiba mamanya membanting garpu dan sendok di tanganya, hingga menimbulkan suara yang begitu bising. Reflek, Giya menahan nafasnya sendiri saat itu juga. Rasa gugup semakin memuncak di dalam dirinya.

Kamu Siapa, Giya? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang