Bagian 12 - Hansel L.

497 299 224
                                    

Cinta itu memberi dua kemungkinan.
Lebih banyak bahagianya atau lebih banyak sakitnya.

____________________________________

Enjoy 📖

____________________________________

"Peserta selanjutnya! Dengan nomor urut 17. Silahkan naik ke atas panggung, Hansel Lim!"

Gemuruh tepuk tangan langsung terdengar mendampingi seorang Hansel naik ke atas panggung bersama gitarnya.

Siapa yang tidak tau Hansel? Ia seperti seorang yang diperuntukan lahir menjadi seorang bintang, bahkan dari kejauhan saja kau dapat melihat aura itu terpancar dalam dirinya.

Sekarang Hansel sedang berada di atas panggung, menghadap puluhan orang dari balik stand mic di hadapannya sembari memegang gitar miliknya.

"Hey!" sapanya dengan senyum hangat sembari melambaikan tangan. "Thank you for having me. Hari ini aku akan membawakan salah satu lagu favorit aku yaitu Lemonade by Jeremy Passion."

Suara tepuk tangan dan teriakan langsung terdengar kembali ketika Hansel mengakhiri kalimatnya seakan mewakili antusiasme anak-anak yang yang tak sabar menantikan aksi panggungnya.

Menghadap puluhan orang di depannya, Hansel mulai memetik senar gitarnya.

(Bagi yg penasaran,
bisa diputar lagunya di atas 😇)


She's my sunshine in the rain
My Tylenol when I'm in pain yeah
Let me tell you what she means to me

Like a tall glass of lemonade
When it's burning hot on summer days
She's exactly what I need

She's soothing like the ocean rushing on the sand
She takes care of me baby
She helps me be a better man
She's so beautiful, sometimes I stop to close my eyes

She's exactly what I need
She's my smile when I'm feeling blue
She's my good night sleep when my day is through yeah
...
...

🦋🦋🦋

Tatapan Emily tak lepas dari sosok Hansel sekarang, begitu pun puluhan anak-anak yang lain.

"Namanya Hansel Lim. Anak baru sekolah ini, anak-anak lain sering bilang kalau dia kandidat baru yang kemungkinan besar bisa nyaingin pamornya Aland sama Javas di sekolah ini," ucap Becca ikut memperhatikan sembari sesekali mencuri pandang pada Emi dengan sudut matanya.

Emily mendengarkan dengan manik matanya yang tetap tak lepas dari seorang Hansel di bawah sana. "Kenapa gitu?" tanya gadis itu dengan polosnya.

"Karna udah ditakdirkan gitu, kamu bahkan bisa lihat aura dia pas manggung seakan memperjelas kalau dia memang lahir untuk dapat banyak pujian. Gak kayak kita," jelas Becca lalu menatap Emily. "Kamu bahkan dari tadi gak bisa berhenti natap dia kan?" selidik Becca.

Mendengar ucapan Becca lantas membuat Emily cepat-cepat mengalihkan pandangannya. "Nggak," elaknya.

Becca terkekeh geli melihat reaksi temannya itu. "Suka ya?" tebak Becca.

"Hah?" Emi tidak dapat menyembunyikan raut kagetnya mendengar pertanyaan itu.

"Sama Hans, suka?" ulang Becca.

"Nggak Becca! Jangan yang aneh-aneh deh nanyanya," jawab gadis itu, tangannya meremas erat rok yang ia kenakan sekarang.

Becca semakin tertawa geli melihatnya. "Kalau sama Aland, suka?"

Emily tersentak mendengar pertanyaan itu, tangannya tanpa sadar semakin erat meremas rok miliknya.

"Aku mau nyari buku," ucap gadis itu kemudian berdiri dan berlalu menuju rak-rak buku di sana, meninggalkan Becca yang tersenyum menatap kepergiannya lalu kembali pada novel bacaannya.

🦋🦋🦋

Aland menghembuskan napas lega. "Huft... Udah, ini kelas terakhir."

"Iya, makasih ya Aland udah bantuin," ucap Cika bergelendotan di lengan Aland.

Aland tersenyum singkat, sementara tangannya hati-hati berusaha melepas gandengan Cika padanya. "Kalau udah selesai, gue balik ke lapangan ya."

"Kita ke kantin yuk! Haus nih," ajak Cika seraya menggenggam tangan Aland hendak menuju kantin.

"Duh, gak bisa... Gue buru-buru," Aland sontak menarik tangannya. "Ya... Lo beli minum sendiri aja ya, bye."

Setelah mengatakan itu Aland pergi hendak menuju lapangan futsal.

Namun ketika tinggal beberapa meter dari pintu masuk lapangan, Aland memutar balik lalu berlari entah ke mana.

🦋🦋🦋

Di lain tempat, Emily sedang bingung hendak mencari buku apa yang akan ia baca untuk mengisi kekosongan hari ini.

Untuk kesekian kalinya ia mengelilingi rak-rak buku yang menjulang tinggi di sana. Hingga akhirnya ia menemukan satu buku dengan sampul berwarna lilac, berada di rak atas.

Gadis itu berusaha keras hendak mengambilnya hingga ia berjinjit sembari berpegangan pada rak dan tangan lainnya ia julurkan ke atas mencoba menggapai buku itu tapi tak berhasil. Lalu mendadak kedua tangannya ditarik turun.

Emily terperanjat merasakan tubuhnya direngkuh dari belakang.

"Aland!" pekik Emi.

_______________________________________

Bersambung

Di vote dan komen ya, jangan SIDER
Please

💓 Mari saling mendukung

IS IT LOVE?  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang