Prolog

2.2K 849 846
                                    

Emily sedang bermain air, di sekitar aliran air yang ada di taman kecil dilingkungan komplek rumahnya. Air itu sangat jernih biasanya aliran air itu kering karena kemarau tapi sekarang karena hujan beberapa hari lalu sekarang airnya sangat jernih, ada beberapa rumput-rumput kecil disekitar aliran air itu dan pagi itu bunga-bunga yang ada di taman mulai mekar.

Tangan Emily mulai jahil ia petik bunga-bunga kecil itu lalu ia taburkan ke aliran air, melihat bunga-bunga itu hanyut dengan aliran air sangat menyenangkan baginya. Emi tersenyum melihatnya, lalu mulai ia celupkan kakinya kedalam air itu rasanya sangat menggelitik merasakan batu-batu dibawah kakinya, aliran air menerpa hingga lututnya, ia mulai menepuk-nepuk permukaan air merasakan cipratan air mengenai dirinya hingga kepalanya Emi tidak peduli jika pakaiannya harus basah bahkan ia melupakan jika mungkin saja mama nya akan memarahinya sepulang nanti.

Emi tertawa terbahak-bahak meskipun hanya ada dirinya di taman itu tapi seketika ia terdiam ketika melihat seekor ular kecil dipinggir aliran sungai dengan kepalanya yang berdiri berada tidak jauh di depannya. Segera saja Emi ingin keluar dari air itu sambil berteriak takut hingga ingin rasanya anak itu menangis tapi saat ia hendak berusaha naik kakinya terpeleset hingga ia terjatuh kembali kedalam air, sikut anak itu mengenai batu hingga tergores.

Tapi kemudian tanpa ia sadari, Emi merasakan ada yang menarik tangannya naik. Ketika Emi membuka mata yang ia lihat adalah seorang anak laki-laki yang sedang memegang dua buah batu ditangan kanan dan kirinya, sedikit berlari anak laki-laki itu melempar ular tadi dengan batunya.

Emi menganga menyaksikan itu. Anak laki-laki itu lalu mendatanginya kemudian berjongkok.

"Hampir aja kamu kena patok tu ular kalo gak ada aku, kamu bisa apa?" katanya.

Emi hanya bisa mengerjapkan matanya berkali-kali tidak tau harus menjawab apa, lalu anak laki-laki itu berdiri dan mengulurkan tangannya.

"Ayo bangun. Baju kamu kotor tuh," ujarnya.

Emi mengangguk lalu menerima uluran tangannya. Ia hanya bisa diam bingung ingin berkata apa, lalu anak laki-laki itu bersuara setelah memperhatikan gadis perempuan di depannya itu.

"Sakit gak?"

Emi mengangkat kedua alisnya tanda tidak mengerti maksudnya.

"Itu tanganmu berdarah," ujarnya melanjutkan sambil menunjuk sikut Emi yang lecet.

"Oh iya," ujar Emi sambil menutupi sikutnya.

"Kamu mau pulang?" anak itu bertanya lagi. Kemudian Emily hanya dapat mengangguk.

"Aku antar ya, rumahmu dimana?"

Emi diam menatap mata anak itu lalu kemudian menunjukkan arah rumahnya layaknya anak kecil pada umumnya.

"Ya sudah. Kamu duluan jalan aku di belakangmu," tutur anak itu.

Emi hanya bisa menurut kemudian berjalan pulang menuju rumahnya, diperjalanan Emi menoleh kebelakang memastikan apakah benar anak itu akan mengantarkannya pulang ke rumah.

Ketika ia menoleh, benar saja anak itu berjalan tidak jauh di belakangnya. Matanya tidak lepas mengawasi hingga Emi tiba di rumah, saat gadis itu hendak menutup pintu anak itu tetap berdiri di depan rumahnya memastikan Emi benar-benar telah aman tiba di rumah.

🦋🦋🦋

Itulah awal pertemuan Emily dan Aland, sangat klasik dan sangat manis, setiap kali Emi mengingatnya wajahnya bisa saja memerah kemudian segera ia tutupi dengan bantal tak mau ada yang melihat wajah meronanya karena mengingat kenangan masa lalu itu. Hal termanis yang pernah ia alami.

______________________________________

Selamat membaca
Semoga menyukai cerita ini 🥰📖
Vote ya setelah membaca. Makasih

IS IT LOVE?  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang