Bagian 32 - Rahasia di Balik Layar

174 37 60
                                    

Sayang juga ada batasnya, apalagi buat yang bukan siapa-siapanya. Sudah sadar?

__________________________________

Enjoy 📖

___________________________________

Di koridor.

"Javas lepasin!"

Emily berusaha keras melepas rangkulan Javas padanya.

Javas hanya diam tanpa menyahut sedikit pun. Terdengar tertawaan keras sedari tadi dari teman-teman Javas di depan mereka.

"Lo liat itu? Mereka bener-bener nekat mau matahin kaki Aland! Hahaha!!"

"Yaa.. Hahaha, gua kalau ditawarin imbalan segede itu juga, siapa yang gak mau?"

"Javas tau yang mereka mau."

Deg!

Emily menghentikan langkahnya. Gadis itu menatap ke arah Javas dengan raut tak percaya.

"Jadi ini rencana kamu?" Emi berbicara dengan suara nyaris tertahan.

Javas memandang gadis itu dengan tatapan tidak suka. Namun Emily membalasnya dengan mata yang berkaca-kaca, suaranya gemetar penuh amarah.

"Dasar brengsek!"

PLAK!!!

Emily tak sanggup menahan kekecewaannya. Tamparannya menghantam wajah Javas, membuatnya terdiam sejenak.

Aron, Gibson dan temannya yang lain spontan menengok ke belakang. Mereka terperangah melihat seorang Javas mendapatkan sebuah tamparan dari seorang gadis, tak ada yang berani melakukan hal itu pada Javas sebelumnya.

"Kamu benar-benar pengecut Javas! Yang kamu lakuin ke Aland... itu menjijikan! Membayar orang lain buat ngelukain dia? Kamu bajingan rendahan!"

Tangan Emily masih gemetar menahan perasaannya, ia mundur beberapa langkah  menjauh dari Javas, dengan suara yang masih tersisa ia kembali melanjutkan kata-katanya.

"Sialan... Kalian memang sampah! Aku udah muak sama tingkah kamu Javas!" tangan gadis itu memukul-mukul dada Javas sekeras yang ia mampu, berusaha meluapkan kekecewaannya.

Tatapan Javas berubah dingin, namun sekilas ada kilatan keterkejutan di matanya.

"Stop, Emily!" ucap Javas menarik dan menahan kedua pergelangan gadis itu.

Air mata Emily mulai jatuh saat itu juga,  suaranya semakin serak sebelum ia kembali melanjutkan kalimatnya.

"Kuharap kamu dan teman-temanmu hancur sama seperti yang kamu perbuat ke Aland!"

Rahang Javas mengeras mendengar itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa, seolah tak percaya gadis itu akan meluapkan kemarahannya sedemikian rupa padanya. Meski berusaha tetap tenang, sorot matanya tak bisa menyembunyikan rasa terhina. Terlihat jelas bahwa kata-kata dan tindakan Emily telah menusuknya lebih dalam daripada yang ia duga.

Javas tiba-tiba meraih lengan Emily dengan kasar. Tanpa banyak bicara, laki-laki itu menyeretnya dengan paksa menuju gudang penyimpanan alat musik di ujung koridor, tempat yang tepat untuk menjauh dari pandangan orang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IS IT LOVE?  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang