Sekitar tiga jam diperjalanan. Akhirnya mereka semua sudah sampai di Bandung, keempat mobil itu berjalan menuju pedesaan. Butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk menuju penginapan yang sudah mereka booking.
"Seger banget pemandangannya." Gumam Acha saat melintasi daerah persawahan, membuat Ervan yang sedang menyetir menolehkan pandangannya kepada Acha.
"Coba buka kaca mobilnya." Titah Ervan dan Acha menurutinya.
Gadis itu membuka kaca mobilnya, seketika hawa sejuk menyeruak masuk. Hawa sejuk yang belum pernah dia rasakan selama dia tinggal di perkotaan. Banyak orang bilang, Bandung tak sesejuk dulu, tapi bagi Acha ini sudah sangat sejuk dan asri.
"Adem banget.." Acha mencoba memotret persawahan dengan kameranya membuat Ervan tekekeh.
"Mau ke sawah?" Tanya Ervan membuat Acha menoleh kepadanya.
"Emang boleh?"
"Gak boleh sama siapa? Itu sawah, sawah nenek gue." Kata Ervan dengan santainya.
"Serius? Dari ujung sana sampai sana, itu semua punya nenek lo?" Tanya Acha membuat Ervan mengangguk.
Ervan membelokan mobilnya kesebuah villa. Cowok itu memarkirkan mobilnya disusul oleh Ayahnya Acha, dan juga teman-temannya. Penginapan ini cukup besar dengan nuansa tradisional, namun gayanya sangat modern. Keempat mobil itu terparkir rapih dihalaman villa, tidak lama dari itu mereka mulai keluar dari mobilnya masih-masing.
"Hoekkk....'' Janu keluar dari mobilnya dengan tergesa-gesa. Dia langsung pergi menjauh menuju sebuah pohon besar, dan memuntahkan semua isi perutnya.
"Hoekk.."
"Lo hamil bang?" Sahut Gugun dari kejauhan.
"Bacot lo! Gara-gara lo ngasih gue banyak makanan gue jadi muntah." Teriak Janu sambil mengusap mulutnya. Janu mendongak merasa bulu kuduknya merinding, cowok itu baru sadar bahwa pohon besar dihadapannya ini adalah pohon beringin.
"Anjay, ampun suhu saya cuma numpang muntah doang." Setelah mengatakan itu Janu pergi dengan bergidik.
"Nih minum." Bunda Acha memberikan Janu sebotol air mineral dan diterima oleh Janu dengan senang hati.
"Makasih tante. Tante cantik deh, Janu jadi suka!"
"Mau gue gorok?" Sahut Jaya dari belakang mobilnya membuat mereka yang berada disana tergelak.
"Puas lo berdua pacarannya?" Sarkas Zidan melihat Karin dan Raka yang berdiri bersebelahan. "Gue dijalan bengong kaya orang bego liatin lo berdua berduaan." Lanjutnya dan pergi masuk kedalam villa.
"Ayo masuk, kok masih pada diluar?" Kata Aya membuat mereka pergi masuk kedalam.
Sekitar sepuluh orang berada dalam ruangan sambil duduk di kursi. Pandangan mata mereka tak lepas dari isi villa tersebut yang begitu indah dengan pajangan-pajangan khas Sunda dan juga ukir-ukiran unik lainya. Tiba-tiba seorang pria berumur enam puluh tahunan menghampiri mereka dengan senyum ramahnya.
Ervan yang melihatnya langsung berdiri dari duduknya dan menyalimi pria tadi. "Apa kabar mang?"
"Alhamdulillah amang baik den. Masya Allah, udah lama gak ketemu sama kamu van. Sekarang kamu udah besar udah dewasa makin kasep eyy. . ." Ucapnya membuat Ervan tersenyum. Mang Ujang ini adalah salah satu penjaga villa yang akan mereka tempati saat ini. Yang kebetulan mang Ujang ini kenal dekat dengan Ervan.
"Iya mang, selain makin kasep si Ervan juga makin bego." Sahut Janu membuat Ervan langsung melayangkan tatapan tajamnya.
"Yaudah, Amang mau kebelakang dulu. Kalian kalo butuh apa-apa panggil Amang aja." Ucapnya membuat mereka yang berada di sana tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ervan [END]
Подростковая литератураErvan si murid pindahan, yang harus berpura-pura cupu karena sebuah permainan Truth or Dare. Tapi siapa sangka dalam permainan itu dia menemukan sesosok perempuan, yang membuatnya jatuh cinta pada perempuan tersebut. Perempuan itu adalah Acha, Acha...