47• RUMAH SAKIT 1

314 16 1
                                    



Tiba-tiba saja ponsel Ervan berdering, yang menampilkan nama mamahnya. Ervan langsung menepikan mobilnya dan mengangkat panggilan tersebut. Ervan bertanya-tanya ada apa mamahnya malam-malam seperti ini menelpon dirinya.

"Hallo ma, ada apa?" Ervan mengerutkan keningnya bingung.

Yang membuat dirinya kebingungan lagi adalah suara sirene ambulance dari sembarang sana. Seketika suara tersebut membuat jantungnya berpacu dengan cepat.

~~~

"Papah kamu, Van!"

"Papah kenapa mah?!"

"Papah kena serangan jantung, nak. Kondisinya kritis, sekarang lagi dilarikan kerumah sakit.."

Mendengar itu Ervan terdiam, dan tiba-tiba saja pusing menyerang kepalanya. Sedangkan Acha yang melihat itu, ikut bertanya-tanya ada apa dengan Ervan. Yang membuat Acha terkejut adalah, Ervan yang tiba-tiba memukul stir mobilnya.

Cowok itu kembali menaruh ponselnya dan kembali menancap pedal gas, dengan kecepatan diatas rata-rata. Saat itu juga, Acha hanya bisa menahan napasnya, dengan apa yang dilakukan pacarnya ini.

"Pelan-pelan, gue takut..." Cicit Acha namun dihiraukan oleh Ervan.

Dapat Acha lihat sorot mata Ervan yang tajam dan memerah. Bahkan saat ini Acha sangat dibuat takut oleh pacarnya tatapan tersebut, Acha memejamkan matanya dan mengigit bibirnya dalam-dalam.

"Jangan gigit bibir lo kaya gitu."

Mendengar itu Acha membuka sebelah matanya, namun yang dia temukan masih sama. Hanya ada Ervan yang sedang menyetir dan mata tajamnya yang hanya fokus ke depan.

Sampai pada akhirnya Ervan menghentikan mobilnya disebuah rumah sakit. Acha menghembuskan napasnya lega, kala mobil sudah berhenti. Dia melirik Ervan dan bertanya-tanya, kenapa Ervan membawanya kerumahnya sakit.

"Papah kena serangan jantung, sekarang ada dirumah sakit." Ervan keluar dari mobilnya dengan tergesa-gesa.

Acha terkejut mendengar kabar tersebut. Dengan cepat, gadis itu keluar dari mobilnya dan menyusul Ervan dengan susah payah.

Keduanya sampai di ruang ICU, di depan ruangan itu ada mamahnya dengan wajah pucat nya, dan juga Iky yang berada disampingnya. Saat menyadari kehadiran Ervan dan Acha, Erina dan dan Iky bangkit.

Saat itu juga Erina, memeluk putranya begitu erat. Erina, melirik Acha dan memeluk gadis itu. Acha pun merima pelukan tersebut dan mengusap punggung Erina, menguatkan wanita tersebut bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Jam menunjukkan pukul 00.45 dini hari, Ervan, Erina, Acha dan Iky duduk di kursi tanpa adanya pembicaraan apapun, keempatnya sibuk dengan pikirannya masing-masing dan tidak lupa juga doa terus mereka panjatkan.

Acha duduk paling ujung dengan Iky disebelahnya. Gadis itu menggaruk pipi dan tangannya yang kini sangat terasa sangat gatal, bahkan Acha merasa tenggorakan pun ikut gatal--sampai-sampai Acha batuk kecil. Acha terus menggaruk pipinya dan tangannya yang masih terasa gatal. Bahkan saat ini seluruh tubuhnya begitu terasa sangat gatal.

Ervan yang menyadari itu terus memperhatikan Acha. Sedangkan Acha langsung berdiri dari duduknya dan ijin untuk ke kamar mandi, baru saja beberapa langkah, tubuh gadis itu sudah limbung dan terjatuh dilantai.

"ACHA!" Ervan langsung menghampiri Acha begitu juga Erina dan Iky.

"Acha kenapa, Van?" Tanya Erina khawatir.

Ervan menggeleng dan berjongkok, tangannya membawa wajah Acha untuk menghadapnya, Ervan menyingkirkan rambut-rambut Acha yang menutupi wajah gadis itu. Saat itu juga Ervan terkejut, melihat wajah Acha yang sudah dipenuhi oleh bintik-bintik kemerahan, Ervan langsung melihat tangan dan kaki gadis itu yang juga ikut bintik-bintik kemerahan. Tanpa pikir panjang lagi. Ervan membawa Acha untuk diperiksa.

Ervan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang