"DAR!!""PAGI SAYANG!!"
Ervan terlonjak kaget, sedangkan sang pelaku sudah terkikik geli. Tadi Acha, diam-diam berjalan kearah Ervan yang duduk di motornya dengan mata yang terfokus ke layar ponsel milik laki-laki itu. Dengan ide jahilnya Acha mengejutkan Ervan sambil menepuk bahu Ervan dengan tangannya dari belakang.
"Pasti kaget yaaaa." Goda Acha sambil menoel hidung mancung pacarnya itu.
Ervan menggeleng pelan, "nggak kaget."
"Bohong kau mas! Kalo nggak kaget, gak mungkin hp lo bisa sampe jatoh gitu." Acha melipat kedua tangannya dan menatap Ervan dengan sok angkuh.
"Iya-iya. Ayo naik, 15 menit lagi masuk." Ervan kembali memakai helmnya, dan tak lupa dia juga memakaikan helm khusus untuk Acha.
Acha tersenyum hingga menampakkan gigi putihnya yang tersusun rapih. "Makasih."
Ervan mengangguk. Setelah mendapat anggukan itu Acha naik ke atas motor vespa Ervan, "ayo mang!" Acha menepuk kembali bahu Ervan dengan kedua tangannya. Sedangkan Ervan didepan sana hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Setelah keduanya sampai dijalan raya yang cukup ramai. Acha melingkarkan tangannya diperut Ervan, membuat Ervan di depan sana menunduk--yang tak lama kemudian senyum manis terbit dari bibirnya. Ervan mengusap tangan yang melingkar diperutnya itu dengan lembut, sedangkan Acha yang dia semakin mengeratkan pelukannya.
Namun, saat ditengah perjalanan tiba-tiba motor yang dikendarai oleh Ervan oleng, membuat cowok itu harus menepikan motornya kepinggir jalan.
"Motornya kenapa?" Acha turun dari boncengan Ervan.
"Nggak tau, bentar gue cek dulu." Ervan ikut turun dan memeriksa ban motornya, yang ternyata benar saja dugaan cowok itu, bahwa ban motornya kembali bocor.
"Bannya bocor, Ca." Ervan melihat jam yang melingkar ditangannya dan kembali menatap Acha.
"Sepuluh menit lagi bel masuk. Motor gue tinggal disini aja, kita naik angkot aja. Ayo." Cowok itu langsung menarik tangan Acha, sedangkan Acha hanya bisa pasrah.
•••
Ervan dan Acha, keduanya sudah sampai di halte. Dapat terlihat gerbang sekolah sudah terlihat tertutup membuat Ervan mendesah frustasi. Ya, mereka telat tiga menit. "Gara-gara motor butut gue, kita jadi telat." Mendengar itu Acha tertawa.
"Butut-butut gitu juga tapi lo sayang." Balas Acha dengan kekehan kecilnya.
"Mau bolos aja apa masuk?" Tanya Ervan menatap Acha yang berada di samping kanannya.
"Kita masuk aja."
"Lewat depan apa belakang?"
Acha menatap jengah pacarnya ini, "kita lewat depan aja. Percuma lewat belakang juga, ujung-ujungnya tetap kena hukuman. Gue juga males manjat."
Dan kini keduanya sudah berdiri didepan pagar sekolah dengan cengiran kuda saat melihat bu Tuti berada didalam gerbang sana dengan gagang sapu keramatnya. Sudah dapat dipastikan keduanya akan berakhir di lapangan dengan tangan yang hormat dibawah kibaran bendera.
Pintu gerbang dibuka oleh satpam dan saat itu Ervan masuk dengan Acha dibelakangnya. Tanpa perintah langsung dari bu Tut lagi, Ervan dan Acha melenggang masuk ingin menuju lapangan.
"Kalian berdua mau kemana?" Suara Bu Tut menusuk indra pendengaran Ervan dan Acha, membuat kedua manusia itu mengehentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.
"Mau kelapangan, buk. Biasanya kan gitu, yang telat disuruh kelapangan buat hormat dibawah bendera." Ucap Acha dan di angguki malas oleh Ervan.
"Oh, yaudah sana hormat dibawah bendera sampai jam pelajaran pertama selesai." Titah Bu Tut. Ervan dan Acha kembali melangkahkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ervan [END]
Ficção AdolescenteErvan si murid pindahan, yang harus berpura-pura cupu karena sebuah permainan Truth or Dare. Tapi siapa sangka dalam permainan itu dia menemukan sesosok perempuan, yang membuatnya jatuh cinta pada perempuan tersebut. Perempuan itu adalah Acha, Acha...