50• KELULUSAN [ END ]

502 24 4
                                    

HAPPY READING!


Sorak sorai bahagia para siswa dan siswi SMA Harapan Bangsa begitu riuh. Didepan sana, band ternama Sheila on7 menyayikan sebuah lagu, para penonton ikut bernyanyi tidak kalah nyaringnya. Hari ini, adalah hari kelulusan siswa-siswi kelas 12 SMA Harapan Bangsa, yang diadakan langsung di sekolah.

Acara sudah dimulai sejak pagi tadi, pagi tadi acara diisi dengan kesedihan dan derai air mata para siswa dan siswi. Mereka tidak menyangka, bahwa sudah tiga tahun menimba ilmu di sekolah ini, bahkan mereka belum siap jika harus berpisah dengan para sahabat dan teman yang sudah tiga tahun bersama-sama.

Namun sore ini, kesedihan hilang begitu saja. Digantikan dengan suasana bahagia, mereka bernyanyi dan berbahagia bersama diiringi langsung oleh lagu-lagu dari Sheila on7.

Sedangkan jauh dari keramaian, Ervan bersama teman-temannya duduk bersantai dengan kemeja dan jas yang sudah lusuh. Ervan, Janu, Zidan, Raka dan Gugun, duduk terdiam menyaksikan keramaian di bawah sana.

Sejujurnya mereka sangat menanti momen ini, momen dimana mereka lulus sekolah bersama-sama dan terbebas dari lelahnya belajar dan belajar. Namun, sepertinya penantian itu tidak ada apa-apanya, karena setelah lulus mereka akan dihadapkan dengan kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang lebih berat dan tidak menentu arahnya kemana.

Ervan menatap keempat temannya dengan senyum tipis. Setelah ini tidak akan ada lagi hukuman dari Bu Tuti, atau bahkan bentakan dari Pak Abdul. Setelah ini mereka akan lebih fokus dengan kehidupannya masing-masing. Walaupun mereka sudah berjanji akan tetap bersama-sama sampai maut memisahkan, tapi tetap saja, waktu yang dipunya tidak sebanyak waktu masa-masa sekolah dulu.

"Abis ini, gue bakal kangen banget sama bakwan kantin." Janu menyandarkan punggungnya di kursi dan menghela napasnya.

Mendengar itu, yang lainnya hanya bisa tersenyum tipis. "Kalo gue bakal kangen banget sama bu Tut." Ucap Zidan yang tertawa sumbang.

"Denger-denger, tahun ini katanya bu Tut mau pensiun."

Mendengar itu, Janu, Zidan dan Gugun menoleh menatap Raka.

"Pensiun?" Tanya Janu lagi.

"Iya, bu Tuti mau pensiun." Sahut Ervan membenarkan ucapan Raka.

"Di sini ternyata. Gue cari-cari juga!" Tiba-tiba saja, Acha datang bersama kedua temannya. Ketiga gadis itu menghampiri Ervan dkk, yang terduduk santai.

"Ada apa?" Raka bertanya saat Karin menghampirinya, namun gadis itu hanya menggeleng pelan.

"Ada apa ada apa! Lo berlima ngapain coba disini, liat tuh yang lain pada happy, joget-joget. Ini yang gue liat dari muka lo berlima asem semua!" Aya berkecak pinggang melihat para kakak kelasnya ini yang lemas dan lesu.

"Cape gue, Ya." Sahut Zidan menyandarkan punggungnya.

"Ini tuh hari kelulusan lo semua, harusnya kalian happy-happy gabung sama yang lainnya, bukan malah mojok gini terus pasang muka lesu. Ini momen terakhir kalinya lo pada bisa seneng-seneng sama temen-temen lo semua. So, jangan sia-siakan kesempatan ini." Acha sedikit mengendurkan dasi hitamnya, yang terasa begitu melilit lehernya.

Kelima laki-laki itu saling bertatap. Yang di katakan Acha ada benarnya juga, ini adalah hari terakhir mereka bisa bersenang-senang bersama teman-teman mereka, seharusnya mereka ikut bernyanyi dan bersorak bahagia di bawah sana, bukan menjauh dari keramaian dan bersedih meratapi nasib.

"Ayo kebawah!" Ajak Aya dan langsung saja kelima laki-laki itu mengangguk.

Acha hendak berbalik badan dan mengikuti Aya yang ingin kembali kebawah. Namun, satu tangan kekar menahan tangannya, membuat gadis itu kembali berbalik badan dan menatap sang pelaku.

Ervan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang