••🍬••
[ HAI PREN! ꈍᴗꈍ ]
••
⚠️TANDAI JIKA ADA TYPO
••
HAPPY READING
🧃🧃🧃
Ervan duduk dikursi didepan teras milik rumah Acha, cowok itu sedang menunggu Acha untuk berangkat sekolah bersama. Sambil menunggu Acha, Ervan memilih memainkan ponsel. Cowok itu sesekali terkikik geli, saat adu bacot dengan Janu lewat grup WhatsApp.
"Asik bener kayaknya." Celetuk Acha diambang pintu, membuat Ervan menoleh dan memasukan ponselnya kedalam saku.
Ervan tersenyum, lebih tepatnya tersenyum kepada bunda Acha, karena wanita paruh baya itu berdiri di samping anak gadisnya.
"Ini masih pagi loh, tumben banget." kata bunda Acha membuat Ervan tersenyum simpul.
"Gak papa tante, sekalian mau pacaran dulu dijalannya hehe." Balas Ervan membuat Acha melotot sempurna.
"Yaudah, Acha berangkat dulu bun!" Acha menyalimi tangan bundanya di susul oleh Ervan.
Keduanya berjalan beriringan, namun langkah Acha terhenti, cewek itu melihat sekeliling parkiran rumahnya. "Van, motor lo mana?"
"Di rumah." jawab Ervan dengan santainya.
"Hah? Terus kita berangkat naek apaan?" Gadis dengan rambut yang diikat kuda itu, menatap Ervan dengan terheran-heran.
"Kita jalan, abis tu nanti naek angkot."
"Ayo!" Ervan menarik pergelangan tangan Acha dan berjalan keluar dari pekarangan rumah Acha.
Acha berjalan disisi Ervan dengan semangat 45nya, sesekali cewek itu menendang kerikil membuat Ervan mesem-mesem sendiri melihat tingkah Acha. Kedua manusia lawan jenis itu berjalan beriringan sambil menunggu angkutan umum lewat.
"Tadi lo kerumah gue naek apaan?" Tanya Acha sambil mendongak menatap Ervan.
"Tadi gue nebeng sama si Rizky." Jawab cowok itu, membuat Acha ber-oh ria.
Sudah sekitar sepuluh menit mereka berjalan, namun tidak ada satupun angkot yang lewat. Ervan dengan tubuh tegapnya dan tangan yang dia masukan kedalam saku celana abu-abunya sesekali melirik kebelakang untuk mengecek ada angkot atau tidak.
"Cape gak ca? Kita naek taksi aja ya?" Tanya Ervan sambil menoleh kesamping melirik Acha yang tingginya hanya sebatas bahu dirinya. Namun yang Ervan lihat tidak ada satupun tanda-tanda lelah di wajah Acha, yang ada hanya wajah berseri dan semangat.
Acha menggeleng membuat Ervan tersenyum. "Jalan aja van, bentar lagi juga pasti ada angkotnya."
Ervan melihat jam hitam yang berada di pergelangan tangan kirinya, cowok itu bernafas lega, masih punya banyak waktu untuk sampai disekolah.
"Anjir!" Acha berhenti berjalan, gadis itu menutup mulutnya kaget.
"Kenapa?" Ervan beralih melirik Acha, cowok itu kebingungan dan dengan cepat dia melihat sekeliling dan matanya tertuju pada sebuah laki-laki berperut buncit, dan diwajah serta tangannya terdapat macam bentuk tato, dan ditelinga juga terdapat anting yang lumayan besar.
"Lari van!" Acha menarik tangan Ervan untuk ikut lari bersamanya. Acha berlari balik arah, dia mencoba berlari sekuat mungkin.
"WOY JANGAN LARI LU!" Teriak laki-laki tadi yang ternyata itu adalah preman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ervan [END]
Ficção AdolescenteErvan si murid pindahan, yang harus berpura-pura cupu karena sebuah permainan Truth or Dare. Tapi siapa sangka dalam permainan itu dia menemukan sesosok perempuan, yang membuatnya jatuh cinta pada perempuan tersebut. Perempuan itu adalah Acha, Acha...