Talia Isadora Orlando gadis cantik berumur 20 tahun itu membuat kontrak dengan seorang pimpinan Mafia yang terkenal dingin dan kejam.
Alexavier Axton Volkov seorang ketua Mafia akan melindungi Talia dari incaran mafia lain yang entah kenapa selalu...
Lupa dgn jalan ceritanya? baca ulang bab sebelumnya ya, oke lanjut~
Stuck With Mafia ----------------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"I'll be there for you if you should need me. You don't have to change a thing." -1.0-
==============^=============
"Bisa tolong tinggalkan kami bertiga?"
"Baik tuan, panggil saja jika anda membutuhkan bantuan. Kami permisi."
Semua orang keluar dari ruangan, meninggalkan tiga orang yang saling mengenal. Kini suasana mendadak berubah canggung juga aura mencekam pun terasa. Dan yang pasti aura mencekam itu hanya di rasakan oleh satu-satunya gadis di ruangan. Suhu yang dingin karena AC, menjadi tambah dingin karena dua pria didepannya saling melempar tatapan intimidasi.
"Seseorang ada yang bisa tolong jelaskan apa yang terjadi?" Ervin menatap Alex dan Talia secara bergantian, menuntut penjelasan.
"Kau tidak perlu tahu. Dokter Vincent? Jadi kau seorang dokter huh?" Ucapan Alex malah terdengar seperti mensuspek.
"Apa maksudmu? Tentu aku harus tahu. Dan jangan mengalihkan pembicaraan." Talia hanya mengamati dan merasa cemas karena takut jika keduanya malah berkelahi.
Alex berjalan ke ujung bed hospital dan melipat tangan di dada. Ia mendengus pelan.
"Lia? Bagaimana bisa kau bersama pria itu? Kau tidak tahu siapa dia Lia. Dia yang menculik mu kan." Cecar Ervin dengan banyak peryataan dan tuduhan sambil menunjuk ke arah Alex.
Tentu kalian tahu jika sisi iblis Alex masih menempel bukan? Dan sekarang hampir menguasai Alex. Ia mengepalkan tangannya. Yang paling Alex tidak suka adalah jari yang menunjuk ke arahnya. Ia paling benci itu.
Talia yang belum dalam kondisi membaik, hanya menggeleng keras. Menentang penyataan Ervin. Talia sendiri tahu jika dari dulu Ervin sangatlah over protective padanya. Dan karena itu, Talia sudah menganggap Ervin seperti kakaknya sendiri.
"Lebih baik kau keluar dari pada terus menuduh tidak jelas seperti itu dokter." Alex menepis keras tangan Ervin yang menunjuk pada wajahnya.
"Aku adalah dokter. Dan seorang dokter tidak memberikan tuduhan, tapi sebuah fakta tuan." Mereka saling melempar tatapan penuh kilat amarah di dalamnya. Seakan ada sengatan listrik antara tatapan Mereka.
"Cih, pakaian putih mu itu sepertinya hanya sebuah formalitas dan tak berarti apa-apa bukan?"
"Lalu, bagaimana dengan diri mu sendiri? Pakaian compang-camping itu sungguh mirip dengan gelandangan di luar sana tuan."
Greebbbb..
Alex mencengkram kerah jas putih milik Ervin. Rahangnya mengeras menimbulkan bunyi gertakan giginya.
