Bonus

228 12 0
                                    



Jakarta, 03 Desember 2019





Hari ini, kaki nya kembali menginjak kota selain Bandung. Ia berjalan dengan tangan kanan yang membawa koper hitam, kedua mata nya mencari dimana mobil yang akan membawa nya ke hotel untuk menginap selama beberapa hari ke depan.

Almamater kampus yang dulu dipakainya sudah berubah menjadi jas putih, rambut yang rapih walau sedikit tersapu angin. Semuanya berubah kecuali senyuman manis yang tidak pernah lepas.

Seseorang berlari kecil menghampirinya. "Aduhh... dok maap pisan ini mah saya telat jemput, jangan dipotong ya gajih saya." ia hanya terkekeh melihat tingkah lucu asisten nya yang sudah lebih dulu sampai satu hari sebelum nya.

"Gak telat, saya juga baru sampe."

"Alhamdulillah kalo gitu mah atuh, mau langsung ke hotel apa gimana? "

"Nanti kita mampir ke supermarket aja sekalian lewat, saya mau beli cemilan buat di hotel."

"Oke siap! maap dok koper nya biar saya aja yang bawa."

"Hm.. makasih."

Mereka berdua masuk ke dalam mobil, sang asisten mulai menjalankan mobil, ia memandang langit yang cerah karna sejak awal desember Bandung selalu diguyur hujan dengan langit kelabu.

Dirinya datang ke Jakarta untuk urusan pekerjaan, rumah sakit tempat nya bekerja memerintahkan nya  menjadi perwakilan dari Bandung, ia sangat senang meskipun sedikit ada rasa ketar ketir.







>>>>)(<<<<









Sesampainya dikamar hotel ia merapihkan beberapa pakaian ke dalam lemari, sudah menjadi kebiasaan jika menginap dimanapun lebih dari satu hari. Ia melirik jam yang berada di tangan kiri nya, masih ada waktu untuk berjalan-jalan di sekitar hotel sebelum adzan magrib berkumandang.

Ia memutuskan untuk keluar menuju kolam renang, menikmati angin sore yang sejuk ditemani langit senja yang baru menunjukkan diri. Ia rindu masa-masa kuliah termasuk seseorang yang membawa hati nya pergi.

Sudah sepuluh tahun mereka tidak bertemu dan tidak berkabar, ia rindu mata bulan sabit yang selalu tersenyum saat memandang nya. Ia berfikir rasa cinta nya akan hilang seiring berjalan nya waktu tapi ternyata semakin besar, jarak dan waktu tidak berguna.

"Dok kenapa gak bilang kalo kesini? Saya cari-cari dari tadi ternyata disini."

"Ada perlu apa?"

"Ini ada surat dari mas-mas disana tadi, saya lupa nanya nama tapi itu buat dokter, dia sih bilang nya teman lama." Ucap Jamal sambil menunjuk seseorang yang sudah berjalan jauh keluar dari pelataran hotel,

"Makasih mas, kenapa gak telfon saya aja?" Jaemin mengambil surat tersebut dengan tatapan bingung,

"Hape saya lowbat, yaudah saya pergi ya dok kalo ada perlu tinggal telfon saya, Okee." Jamal pergi meninggalkan nya dengan sepucuk surat yang masih terlipat rapih, sepertinya baru ditulis tadi karna hanya kertas biasa.

Jika memang teman lama mengapa tidak menghampiri nya saja, Ia masih menatap surat tersebut. Kaki nya melangkah masuk ke dalam hotel dan berjalan menuju kamar, surat itu ia masukin ke dalam kantong jas putih nya.

Orang yang ditunjuk oleh Jamal tadi sudah sangat jauh, tidak begitu jelas sehingga wajah nya samar-samar yang terlihat. Ia hanya berdoa semoga bukan dari orang jahat .

Ia membuka pintu kamar lalu duduk di kursi samping kasur, dengan perlahan ia membuka surat tadi.







Aku menemukanmu,
Si mata teduh yang membuat jantungku berdetak dua kali lebih keras.
Pemilik ruang jariku yang kosong.
Begitu pas, tak ingin tergantikan.
Bisakah kita berjanji untuk tidak menyerah suatu hari nanti?
Berjuanglah bersamaku, kita temukan bersama apa itu bahagia.
Mau, ya?

-Jn






Air mata nya jatuh, ternyata seseorang itu disini dengan perasaan yang masih sama dengan nya seperti dahulu. Ia cepat-cepat menghubungi Jamal untuk mencari si pemberi surat, ia ingin bertemu dan melepas rasa rindu yang ia simpan selama sepuluh tahun ini.

"Mal saya minta tolong cariin orang yang tadi ngasih surat ke kamu! Pliss ini penting saya minta tolong banget."

"Iya dok sebentar!"

Bodoh bukan, sudah jelas-jelas itu hanya tulisan saja. Jika memang benar Jeno ingin berjuang bersama seharusnya datang menemui dan bicara langsung bukan memberi surat.

Jaemin turun ke lobby hotel dan dibawa nya surat tadi dengan tatapan mata yang sedih. Ia berlari melewati tangga karna lift penuh.

Jantung nya berdegup kencang.

Inikah saatnya ia bertemu Jeno?


Bersambung

>>>>)(<<<<

Tunggu bonus part 2 ok!

Different | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang