Cerita pertama, harap dimaklumi.
Aku Diro. Diro Kencana tepatnya. Biasa juga dipanggil Dio, panggilan kecilku. Aku baru saja naik kelas 2 SMA. Semester awal dan lagi sibuk-sibuknya.
Jarak rumah dan sekolahku cukup jauh. Aku biasanya jalan kaki atau sepeda-an sekitar 2 KM menuju jalur yang dilalui angkutan umum. Sepeda dititip di penitipan, naik angkot dan menghabiskan 15 menit untuk sampai ke sekolahku.
Pagiku cukup sial pagi ini.
Aku telat bangun. Sepedaku rusak setengah perjalanan, hingga ku titipkan dirumah orang yang kebetulan kukenal. Dan ku lanjutkan perjalananku dengan jalan kaki.
Aku ingat si Dodo, sepupuku yang rumahnya tidak jauh dari tempat accident. Ku percepat langkahku untuk menemuinya bermaksud ingin memalaknya.
Kulihat dari kejauhan dia sedang sarapan bersama teman-temannya di teras rumahnya yang langsung bersinggungan dengan jalan.
Rumahnya memang selalu ramai oleh temannya karena sering ditinggal orangtuanya keluar kota.
Jadi mungkin dengan alasan itu, teman-temannya merasa nyaman di sana karena tidak ada orangtua Dodo yang akan terganggu oleh kehadiran mereka yang cenderung menimbulkan keributan.
Dodo sebenarnya memiliki adik, cuma masih kecil dan selalu ikut dengan orangtuanya. Dan mereka hanya dua bersaudara. Jadilah dia lah yang sering kebagian ditinggal sendiri.
"Abang! tolongin Aku. Aku udah telat nih, sepedaku rusak lagi. Anterin ke sekolah bang?" Rengekku sedikit di lirih-lirihkan pada Dodo tanpa memperdulikan teman-temannya yang menonton tingkahku.
Jelas aku tak peduli. Aku sadar disini aku yang butuh. Jadi abaikan saja yang lain untuk mewujudkan keinginanku. Begitu sih menurutku.
"Kalo butuh aja baru lu panggil Abang! Kalo nggak Dodo-dodo aja lu," Sebenarnya namanya Ridho tapi aku lebih suka memangilnya Dodo sehingga kadang orang lain juga memanggilnya Dodo.
"Ish, Abang ngambekan ah. Ayolah bang, udah telat nih akunya. Mau naik ojek, uang dikasih ibu pas-pasan. Mana nggak bawa bekal lagi," keluhku mencoba mendapat simpati darinya.
Harus begitu!
Kalau ingin mendapatkan sesuatu harus punya strategi bagus dan lakukan dengan gigih."Mau gue antar pake apa bego, motor gue rusak. Gue bayarin ojek lu aja dah, nih! " Dikeluarkannya uang sepuluh ribuan dari kantongnya lalu diberikan padaku dan langsung ku terima cepat sebelum dia berubah pikiran.
Sebenarnya Dodo ini orangnya tidak pelit. Cuma sekarang dia pengangguran dan sejak wisuda setahun lalu belum pernah juga dapat pekerjaan entah apa penyebabnya.
Dan semenjak wisuda, orangtuanya sudah jarang memberinya jajan. Biar tidak malas cari kerja katanya. Makanya dia kere.
"Abang pelit ah. Masa cuma dikasih sepuluh ribu doang?" Aku dikasih hati minta jantung. Tak tahu diri!
"Biar Abang aja yang nganterin Di," Salah satu temannya Dodo beranjak dari duduknya dan berjalan begitu saja kerumahnya yang berada di seberang jalan depan rumah Dodo, tanpa menunggu jawaban dariku.
Namanya Rama. Orangnya memang begitu. Diam, tenang eh taunya eek. Haha nggak gitu.
Bang Rama itu apa ya?
Bisa dibilang cuek tapi baik banget loh sama aku. Aku dekat atau lumayan akrab dengan semua kumpulan teman Dodo ini. Cuma dari sekian banyaknya, hanya sama bang Rama lah aku yang cenderung segan dan tidak berani bertingkah. Soalnya, orang dianya baik gitu.
"Nah, di anterin Rama tuh," kata Dodo.
Aku sebenarnya berat dan enggan. Takut merepotkan tapi tidak bisa menolak. Karena ya gitu, aku merasa, aku orangnya rame yang kadang pecicilan. Sedangkan dia orangnya tenang dan kalem gitu. Jadi aku merasa pastinya tidak bisa klop. Dan entah kenapa kalau aku bersama dia, jadi merasa mati gaya saja bawaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merayu Dan Memuja (On Going)
FantasyBujuk rayu, menggoda dengan mendamba untuk yang dipuja. Sebuah perjalanan menerima cinta dari yang di cinta dan sebaliknya. Cinta bukan segalanya, namun dengan cinta jalanan terasa lega apalagi bersama dia. Dia yang di cinta. #ini adalah cerita dewa...