___
___
___
Aku Rama. Rama Dirgantara. Aku enam tahun lebih tua dari Diro.
Aku mengenalnya sedari dia kecil karena dia sering diajak oleh Ridho main di rumahnya. Ridho adalah teman kecilku. Aku bersahabat dengannya dari kecil. Jelas saja, karena selain sering satu sekolah, kami juga bertetangga dekat.
Rumahnya berseberangan dengan rumahku. Aku sering main kerumah Ridho atau Ridho yang bermain kerumahku. Tapi seringkali akulah yang main kerumahnya.
Nah, disitulah aku mengenal Diro.
Momen yang paling berkesan bagiku tentang Diro adalah ketika aku SMA dan Diro masih SD. Diro sering bertengkar dengan Ridho perihal apapun dan berdebat tentang apapun dengannya.
Ketika dia kalah, di sanalah peranku. Diro akan mengadu padaku atau berlindung dibelakangku ketika Ridho mengejarnya. Merengek dengan manja padaku. Padahal kadang masih ada teman yang lain. Maksudnya teman seangkatan aku dengan Ridho. Tapi dia hanya akan berprilaku begitu cuma padaku saja. Dan aku menyukainya.
Keadaan itu berlangsung cukup lama. Aku kadang mengajak Diro main kerumahku dan meninggalkan Ridho dirumahnya. Maksudnya, ketika Ridho membawa Diro kerumahnya malah aku bawa lagi main kerumahku.
Aku orangnya tidak suka direpotkan, tapi aku senang jika Diro merepotkanku.
Mulai dari minta inilah, minta itulah, mau inilah, mau itulah. Aku fine-fine saja selama hanya dia yang melakukannya. Dan aku tidak tahu kenapa.
Waktu tamat SMA dan hendak kuliah diluar kota. Disitu aku mulai menyadari arti sosoknya bagiku.
Aku menyukainya, menyukai Diro. Bahkan menyayanginya. Sayang dalam artian yang sebenarnya. Sayang sebagai pasangan hidup.
Aku kacau ketika itu.
Bagaimana tidak? Aku menyukai bocah SD di umurku yang sudah SMA dan anak itu cowok lagi. Jelas aku tidak terima bahkan aku juga mengutuk diriku sendiri. Mengata-ngatai diriku sendiri dengan kata-kata kotor.
Tapi perasaan itu juga tidak mau hilang, bahkan menjadi-jadi bila bertemu dengannya.
Bila ada dia aku senang tidak karuan. Kalau tidak ketemu, rindu ingin bersua. Sama dia. Diro si anak SD!
Tahukan gimana rasanya di posisi itu?
Seluruh otakku menyangkal semua itu tapi tidak dengan hatiku. Hatiku menginginkannya, memuja dan mendambanya.
Kuliah diluar kota adalah solusi terbaik. Jangan sering pulang dan jauhi dia! Itulah tekadku ketika tamat SMA.
Aku pergi tanpa pamit darinya dan ketika liburan aku jarang pulang. Bahkan ketika pulang aku berusaha sebaik mungkin untuk tidak berjumpa dengannya. Begitulah usahaku selama masa kuliah untuk menghilangkan perasaan terkutukku.
Dan hasilnya?
Tidak berubah sama sekali.Aku mencoba jadian dengan wanita di kampusku, yang ada aku hanya merasa bersalah karena menjadikannya alat menutup jati diriku. Akhirnya putus.
Setelah lulus kuliah aku kembali melihatnya dalam balutan seragam SMA. Dia semakin manis dan menawan. Tekad yang ku kuatkan dari lama, melebur begitu saja. Aku kembali terkesima dan semakin terpesona oleh sosoknya.
Aku mulai menerima perasaanku kah?
Tidak.Aku kembali menghindar dengan cara bekerja diluar kota dan bertahan selama setahun lamanya. Disitulah Ridho datang dan menanyakan perihal tentangku.
Begini ceritanya;
Waktu itu Ridho datang berkunjung ketempat kerjaku dan bermalam di kost ku beberapa hari. Ketika itulah dia mulai mendesak ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merayu Dan Memuja (On Going)
FantasyBujuk rayu, menggoda dengan mendamba untuk yang dipuja. Sebuah perjalanan menerima cinta dari yang di cinta dan sebaliknya. Cinta bukan segalanya, namun dengan cinta jalanan terasa lega apalagi bersama dia. Dia yang di cinta. #ini adalah cerita dewa...