___
___
___
Diro pov
Aku terjaga dari tidur nyenyakku.
Kulihat jam di dinding walau tampak samar, sudah menunjukkan jam enam pagi. Aku memang terbiasa bangun pagi. Meski semalam aku tidurnya telat, tapi tidurku terasa nyenyak. Jadi aku bangun tetap terasa segar.
Posisi tidurku masih sama seperti yang ku ingat semalam. Satu tangan bang Rama jadi bantalanku dan yang satunya memeluk pinggangku.
Kurasakan wajahnya terlalu dekat dengan kepalaku. Hembusan nafasnya terasa menggelitik leherku. Bila aku miringkan kepalaku menghadapnya pasti bibirku langsung mengenai bibirnya saking dekatnya dia denganku.
Aku masih mengingat kejadian semalam sebelum dia keluar kamar. Aku tersentak ketika dia melepaskan tangannya dariku saat itu. Aku mendengar apa yang dikatakannya semalam sebelum pergi dan aku juga sadar ketika dia mencium bibirku. Tapi aku pura-pura tidur sampai akhirnya aku benar-benar tidur karena sudah sangat mengantuk.
Dia berkata I love you padaku dan mencium bibirku. Aku terus mengulang-ulang ingatan itu di otakku.
Apakah benar dia mencintaiku? Hatiku terasa deg-degan tidak karuan.
Aku menyadari kalau aku sudah jatuh suka padanya. Tapi kalau cinta? Entahlah. Aku belum memikirkannya sampai kesitu.
Aku harus menghentikan pikiran ini. Aku tidak mau baper duluan sebelum dapat konfrontasi langsung yang jelas darinya.
"Bang, bangun. Udah pagi," bisikku pelan karena tidak mau mengganggu tidur yang lain. Kurasakan dia berjengit pertanda dia merespons teguranku.
"Ntar lagi aja. Yang lain juga masih tidur," ucapnya dengan suara berat dan serak khas bangun tidur tepat ditelinga ku.
Dia makin mengeratkan pelukannya bahkan satu kakinya sudah bertengger di atas pahaku. Kurasakan hidung dan bibirnya menggesek dan menempel di pipiku. Dan lebih parahnya ada sesuatu yang keras menempel lekat di pinggulku. Dan aku tahu apa itu. Aku juga seorang pria, tentu tau apa yang terjadi pada selangkangan pria di pagi hari.
"Bangun bang. Berat!" Aku masih berusaha lepas dari pelukannya.
"Bentar lagi sayang," ucapnya serak dan menyamankan pelukannya padaku.
Apa katanya tadi? Sayang? Apakah dia mengatakan dalam keadaan sadar?
Tidak! Palingan dia sedang mengigau. Atau malah sedang mimpi jorok, aku menyimpulkan. Soalnya tadi sempat kurasakan dia menggesekkan 'barang'nya padaku ketika mengatakannya.
Aku memilih pasrah dalam rengkuhannya. Biarlah dia tidur sebentar lagi, pikirku.
Aku hanya diam melihat ke langit-langit ruangan atau kemana saja yang terjangkau oleh penglihatanku. Hingga pada akhirnya pandanganku jatuh pada tangannya yang memeluk badanku.
Kulihat bulu-bulu halus tersusun rapi di tangannya. Tangannya begitu kokoh dan tampak kuat. Lalu pandanganku naik ke lengannya yang berotot standar tidak seperti binaragawan. Ternyata dia memakai kaos tanpa lengan. Mungkin dia ganti baju semalam sebelum kembali tidur.
"Abang, udah pagi. Bangun! Aku mau mandi!" Aku kembali berusaha membangunkannya.
"Cium dulu baru Abang mau bangun," jawabnya santai seolah itu adalah hal yang biasa.
Tapi efeknya padaku sungguh berbeda. Mukaku terasa panas. Jika sekarang aku berkaca, pasti aku akan melihat rona kemerahan pada mukaku.
"Apaan sih bang. Bangunn! Lepasin aku!" Aku berusaha keras melepaskan diri dari pelukannya. Semakin keras usahaku, semakin erat juga pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merayu Dan Memuja (On Going)
FantasíaBujuk rayu, menggoda dengan mendamba untuk yang dipuja. Sebuah perjalanan menerima cinta dari yang di cinta dan sebaliknya. Cinta bukan segalanya, namun dengan cinta jalanan terasa lega apalagi bersama dia. Dia yang di cinta. #ini adalah cerita dewa...