17. Ah, nikmatnya

2.8K 75 8
                                    

Halo gais!

Welcome back to my couple Rama and Diro.

Wah, kalau dipikir-pikir cerita ini terlalu lambat juga ya lajunya. Bahkan aku belum tahu mau di apain ini cerita.

Aku pernah membaca kiat menulis yang terstruktur itu. Seperti awalan-klimaks-ending gitu. Ya kayak-kayak gitulah. Aku juga lupa dan tidak terlalu memahaminya. Yang jelas aku tidak bisa menulis seperti itu.

Aku menulis cenderung hanya memikirkan dua atau tiga tokoh dan mulai memulainya. Memikirkan sambil menulis tanpa tanpa konsep dan perencanaan.

Jadi kalo ditanya cerita ini bakal seperti apa, aku juga belum tahu. Wkwkwk..

Abaikan ocehan anehku.

Lanjut?

Oke.





Selamat membaca...




"Emang Abang mau nikahin aku?"

"Panggil mas! Ya maulah. Saat waktunya tiba, mas bakal nikahin kamu. Kamu siap-siap aja sayang." Meski masih akan menempuh jalan yang panjang. Rama yakin hatinya akan selalu menuju Diro.

Buktinya Diro cinta pertamanya dan tak ada seorangpun yang dapat menyentuh hatinya sampai saat ini selain Diro.

Dia pernah mencoba mendekati wanita ketika masih denial tapi tetap saja hatinya tidak tergerak sedikitpun. Makanya tanpa ragu dia berkata akan menikahi Diro. Jika memang tidak bisa, paling tidak dia akan selalu bersama Diro sepanjang hidupnya.

"Ya udah deh....M-mas," jawab Diro malu-malu dengan detak jantung berdebar kencang lantaran seperti dilamar mendadak oleh Rama.

"Ih, kamu manis banget sih sayang," Rama mencubit pipi Diro pelan saking gemasnya dengan pipi chubby yang merona itu atas ulahnya.

"Nah, udah rapi... Mas. Mas Rama!" Diro masih canggung lantaran belum terbiasa dengan panggilan barunya untuk Rama namun dia bertekad akan berusaha sebaik mungkin. Dia juga ingin membuat Rama senang. Bukan cuma sekedar menjadi pihak penerima namun juga ingin memberi.

"Yang bawah belum sayang," Diro mengalihkan pandangannya menuju bawah yang Rama maksud. Jembut Rama.

Bulu pubis itu terlihat tebal dan rimbun mengitari kemaluan Rama yang mengacung tegak dan besar.

Seingat Diro, dia belum pernah melihat penis Rama dalam keadaan lemas. Selalu saja tegang siap tempur. Ini orang selalu ereksi apa sih, pikirnya. Tapi tetap menuruti keinginan Rama untuk merapikan jembutnya itu.

Diro berjongkok didepan kemaluan Rama. Menyibak dan membolak-balik penis itu untuk mencukurnya. Dia berusaha keras untuk tetap fokus agar tidak melukai Rama karena benda keras itu sungguh mengganggu konsentrasinya.

"Ini kok berdiri terus sih mas?" akhirnya rasa penasarannya di ungkapkan juga.

"Hahaha.. itu karena kamu sayang. Dia tahu kalau berada dekat dengan sarangnya." Rama mengelus kepala Diro dengan kedua telapak tangannya dengan lembut. Sehingga terlihat ambigu.

Sedangkan Diro tersipu malu mendengar gombalan Rama walau tahu itu terdengar mesum.

Acara cukur mencukur selesai. Menyisakan bulu-bulu tipis di dada Rama yang sengaja dibiarkan karena terlihat seksi, lagian bagian itu tidak akan dilihat orang. Dan bulu ketiak Rama juga tidak terlalu lebat karena belum lama habis dicukur. Rama tampak mempesona dan gagah dengan penampilan barunya yang berjambang tipis.

"Mulai sekarang, mas nggak akan bercukur lagi. Mas mau kamu yang nyukur buat mas. Mau kan sayang?" Diro memang menyukai kegiatan mencukur bebuluan Rama, jadi dia mengangguk saja.

Merayu Dan Memuja (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang