Hallo gais!
Masih ada yang nungguin lanjutan ceritanya nggak?
Aku membaca ulang cerita yang sudah aku publish dan ternyata begitu acakawur dan amburadul. Terlebih dari segi kepenulisan.
Hal itu membuat aku insekyur. Aku ingin menghentikan cerita tapi udah nanggung.
Ingin memperbaiki lagi, tapi aku malas. Aku dilema!
****
Pagi menjelang, hiruk pikuk dunia kembali menyapa dengan diawali Kokok ayam dan kicauan burung-burung lalu makhluk dunia lainnya kembali memulai harinya.
Dalam suatu kamar. Dua tubuh polos dalam satu selimut masih hanyut dalam buaian mimpi hingga harus mengakhiri mimpinya itu oleh sebuah gedoran pintu.
"Dio, bantu ibu buka kedai,"
"Maaf Bu, Abang ketiduran," Jawab Diro tersentak tidurnya dan segera menyahut agar tidak di tunggu ibunya diluar untuk membantu membuka kedai.
Diro melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh. Dan teringat akan hal apa yang terjadi semalam. Apalagi tangan kokoh dengan bebuluan yang terasa menggelitik tubuh polosnya, masih merengkuh tubuhnya dalam sebuah pelukan. Selain itu dia juga merasakan sebuah benda mengganjal di pantatnya bergerak dan sedikit merojoknya.
"Ahhh bangg rahhmaahhh..." Satu desahan lolos dari mulut Diro menimbulkan kekehan serak dari sang pelaku.
"Selamat pagi sayang," sapa Rama selembut mungkin agar sang mangsa takluk lalu membawa Diro dalam pelukan erat. Jiwa buaya mencari mangsa Rama aktif dengan sendirinya.
"Nggak Abang lepas dari semalam?"
"Nggak. Abang sengaja untuk mengurangi rasa sakitnya dan biar kamu terbiasa sayang," Rama pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan seperti itu.
Terlepas itu benar atau tidaknya. Melihat tidur Diro yang tidak terganggu, berarti tidak apa-apa. Selain itu dia juga menyukainya.
"Emang ada yang kayak gitu?" Masa ada yang membahas tentang begituan, pikir Diro heran.
"Abang baca di artikel, katanya begitu,"
"Ngawur palingan!,"
"Hehehe, kamu mau lagi nggak sayang?" Rama menggenjot lubang Diro yang sudah diisi kejantanannya berharap Diro akan menyetujuinya.
"Nggak, ibu udah manggil," Diro sebenarnya tergoda tapi mengingat ibunya sudah memanggil dia harus menghentikan Rama sebelum kelepasan.
"Trus Abang gimana sayang?"
"Abang disini aja, nanti ketahuan ibu," Diro tidak mau diarak massa karena ketahuan berbuat maksiat. Apalagi dia tidak akan sanggup melihat wajah murka dan kecewa ibunya.
"Abang masih kangen sama kamu sayang..." rengek Rama manja tidak cocok untuk badan bongsornya.
"Abang pulang jam berapa?" Rama ingat dia belum pulang kerumahnya. Bahkan melupakan niatnya untuk meminta Ridho menjemputnya pagi ini di tanah lapang.
"Ntar siang deh, kalau memungkinkan bisa menyelinap keluar," untungnya belakang rumah Diro adalah tanah lapang yang tergolong sepi. Hari Minggu memang ramai paginya tapi kalau siang siapa yang mau main panas-panasan di lapangan.
"Yaudah, aku keluar dulu bantu ibu trus kesini lagi,"
"Cepetan tapi ya? Jangan biarin Abang kesepian tanpa kamu," rayuan Rama selalu ampuh untuk Diro.
"Gombal!" meski berkata begitu nyatanya Diro tetap tersipu malu.
"Udah ah, lepas bang," Rama menghentak Diro dalam satu hentakan keras. Menimbulkan desahan keras yang membuat Diro refleks menutup mulutnya karena cemas akan membuat orang curiga. Lalu mendelik ke arah Rama dengan tatapan bengis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merayu Dan Memuja (On Going)
FantasyBujuk rayu, menggoda dengan mendamba untuk yang dipuja. Sebuah perjalanan menerima cinta dari yang di cinta dan sebaliknya. Cinta bukan segalanya, namun dengan cinta jalanan terasa lega apalagi bersama dia. Dia yang di cinta. #ini adalah cerita dewa...