6. Kembang Api

1.4K 86 0
                                    

___

___

___

Author POV

Rama dan Diro sedang berada disebuah restoran yang cukup bagus di kota. Tempatnya cukup strategis. Berada di pinggir pantai yang sangat ramai oleh wisatawan.

Mereka memilih meja dilantai 2 dekat dinding kaca. Bila melihat kebawah, akan tampak kolam renang yang masih ramai meskipun sudah hendak malam.

Dibalik pagar lingkungan restoran, terdapat hamparan pasir pantai yang sangat luas. Sekitar 200 meter baru mencapai air laut. Ombaknya pun kecil-kecil karena kedangkalan air laut cukup jauh. Sehingga anak-anak pun tampak berani berenang jauh ke sisi dalam.

Makanya meskipun sudah hendak malam, disini masih ramai. Untuk melihat matahari terbenam dan sekedar untuk bersantai.

Kalau dibandingkan dengan pantai dekat kost-kostan tadi, memang kalah jauh dibanding disini. Jadi wajar saja tempat itu tidak dilirik. Karena ada yang lebih menarik.

Diro tampak tidak nyaman berada di restoran ini. Dia mau diajak kesini tadinya oleh Rama, karena mengira teman-temannya sudah menunggu disini. Tapi ketika duduk bahkan waiters datang pun tidak tampak kehadiran temannya satupun.

"Mana teman-teman bang?"

"Nggak tau, belum Abang hubungin."

"Loh, bukannya Abang ngajak kesini buat ketemu anak-anak?"

"Nggak. Abang cuma ngajak makan dulu biar ntar mainnya ada tenaga. Lagian kan kita belum makan dari siang. Emangnya adek nggak laper?"

"Laper sih. Tapi nggak harus makan disini juga kali bang. Mahal! Ntar uangku cepat habis." Diro berkata pelan dan gemas bersamaan dengan ulah Rama yang cari tempat makan tidak kira-kira. Kan malu habis makan langsung bangkrut karena kemahalan.

Kalau soal makan Diro mah tidak pilih-pilih orangnya. Yang penting kenyang, udah. Kalau begini caranya, tidak sampai besok uangnya sudah habis duluan.

"Abang cuma penasaran aja sama ini tempat dari dulu. Cuma nggak pernah kesampaian masuk kesini. Nah sekalian aja kan sekarang ini? Adek tenang aja, Abang yang traktir kok"

"Jangan gaya-gayaan traktir mulu deh bang. Orang pengangguran juga." Diro tampak sewot.

Diro senang sih ditraktir. Cuma kan kalau ditraktir terus-terusan kan tidak enak juga. Kesannya dia orang yang pelit atau matre, yang maunya ditraktirin terus.

"Pengangguran bukan berarti nggak punya uang kan?"

"Uang dari mana? Palingan juga minta uang jajan."

"Adek jangan sepele sama abang! Gini-gini semenjak lulus kuliah, Abang nggak pernah minta jajan lagi. Abang kan baru sebulan nganggur, berarti tabungan Abang masih dong!"

"Terserah lah. Tapi besok-besok aku nggak mau lagi ya makan ditempat mahal. Aku nggak mau ditraktir terus. Trus uangku juga mau aku belikan sepatu besok. Jadi badget minim! Okey!"

Diro sudah menghitung uang yang dia punya dan juga sudah menebak-nebak berapa pengeluarannya. Uang yang dikasih ibunya ditambah uang pribadinya.

Menurut perhitungannya, akan bersisa dari perkiraannya selama liburan. Makanya dia senang sekali bisa beli sepatu yang dia pengen. Karena dikota tempat tinggalnya tidak ketemu sepatu yang dia cari.

"Oke! Adek tenang aja. Habis ini kita cari sepatunya? Biar besok nggak kepikiran lagi." Tawar Rama padanya. Setelah itu pesanannya datang.

"Trus yang lain gimana?"

Merayu Dan Memuja (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang