3. Memancing

2.8K 109 2
                                    

___

___

___

Aku tidak tahu kalau kegiatan memancing itu akhirnya bisa menyenangkan juga.

Apalagi ketika ikan mulai memakan umpan. Sensasi nya sungguh luar biasa menegangkan dan mendebarkan. Sehingga keraguanku untuk tidak jadi pergi tadi, seolah hilang begitu saja.

Iya, aku sempat ragu untuk pergi tadinya. Tapi aku tidak enak hati dengan bang Rama yang sudah sangat baik sekali  padaku.

Jadi begini ceritanya, pagi tadi itu aku habis diledekin oleh Suci dan Diko.

Iya. Yang ngagetin pagi tadi itu Diko.

Waktu dia bilang aku ada cem-ceman baru itu, aku jadi kepikiran.

Hari ini saja, sudah empat orang yang bilang aku pacarnya bang Rama. Mulai dari Dodo, kak Shinta, Suci dan Diko. Walau aku tahu itu cuma candaan doang. Tapi tetap saja itu tidak lucu buat di becandain.

Dan pikiran-pikiran tidak nyaman itu cukup menggangu otakku.

Dan bego-nya aku, aku juga cerita ke mereka berdua, kalau sebelum mereka sudah ada 2 orang yang meledekku sebagai pacarnya bang Rama.

Jadilah seharian aku jadi bahan bully-an mereka. Dan aku yang biasanya masa bodoh banget jadi sedikit frustasi oleh karena itu.

Makanya aku ragu untuk jadi ikut bang Rama buat mancing. Tapi akhirnya jadi juga. Mengingat sudah janjian dari semalam, tentu tidak mudah untuk membatalkannya begitu saja.

Awalnya untuk ketemu saja rasanya enggan sekali. Apalagi harus menghabiskan waktu berdua saja memancing di danau.

Iya kalo ada orang lain juga yang kebetulan juga memancing. Kalau tidak ada akan bakal cringe banget suasananya. Tapi lagi-lagi aku tidak bisa apa-apa karena sudah berjanji buat pergi dengannya.

Dan tara...
Disinilah aku, berdua saja menikmati suasana memancing. Bermain air sambil menikmati pemandangan.

Orang banyak kok yang memancing. Hanya saja berkelompok-kelompok gitu atau malah menyebar tidak karuan. Tapi semuanya tidak ada yang kami kenali. Jadilah serasa hanya berdua.

"Nah, nggak sulit kan melepasnya," Aku sudah dapat ikan lagi.

Awalnya aku memang tidak bisa melepas ikan dari mata pancing. Soalnya saat ku tarik, terbawa sama bibirnya atau mulutnya bahkan lidahnya ikut terlepas. Melihat itu aku merasa ngilu dan tidak tega.

Jadilah bang Rama yang turun tangan. Sehingga diajarkan lah teknik melepasnya mengikuti pautan mata pancing.

Tapi soal memasang umpan tetap bang Rama yang melakukannya. Selain aku geli dengan cacing, aku malas kotor ditambah lagi lendirnya itu. Iyuh!

"Abang nggak kerja? Kok liburnya lama?" Aku membuka percakapan diluar kegiatan memancing kami.

Aku heran akhir-akhir ini dia terlihat santai sekali mengalahkan kesantuy-an Dodo. Padahal setahuku dia kerja diluar kota.

Dalam pengamatanku, menurutku Bang Rama ini kalau untuk memenuhi persyaratan lamaran kerja sudah jelas keterima banget. Soalnya dia di bidang akademik hebat, olahraga jago, penampilan oke. Recommended banget lah menurutku untuk di rekrut. Aku rasa orang-orang yang mengenalnya di kompleks ku akan sependapat denganku. Jadi tidak ada alasan baginya untuk menganggur.

"Abang berhenti kerja!" Jawabnya santai.

"Loh kok?"

"Iya, soalnya kejauhan, Abang maunya yang dekat-dekat sini aja,"

Merayu Dan Memuja (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang