(6) Feeling Lost

863 109 6
                                    

Tik tik tik.

Di malam hari, suara keyboard yang diketik memenuhi ruangan bernuansa pink ini. Perempuan yang memiliki warna selaras dengan isi kamarnya, terlihat sedang memunggungi pintu. Mari kita lihat wajahnya.

Oh. Wajahnya juga selaras dengan warna kamarnya.

"Huaaaaa!!!!" Teriaknya tiba-tiba sambil menarik-narik rambut. Tunggu, apa yang terjadi?

Tuk! Setelah menjambak rambutnya yang tak bersalah, dia menyandarkan wajahnya di meja sambil memainkan pulpen dengan abstrak.

SRAK SRUK SRAK SRUK

Begitu bunyinya ketika pulpen yang tak bersalah ia geret-geret di meja. Astaga, suaranya nyaring sekali! Hey! Kau membuat gigi ngilu!

Lantas....mengapa gadis ini terlihat begitu gusar? Mari sejenak kembali ke beberapa jam yang lalu.

"Ha?" Sakura bengong. Tidak tahu harus merespon apa. Ini semua terlalu mengejutkan baginya.

"..." Sasuke terdiam sambil memalingkan wajahnya. Sembari menunggu respon Sakura. Keduanya tampak terdiam di tempat masing-masing.

"A...aku..." Lalu suara Sakura memecah keheningan.

"Kapan?" Tanya Sakura.

"Besok. Pagi. Jam 10. Kujemput pakai motor." Jawabnya padat, lugas dan jelas.

"Ah. Baiklah." Jawab Sakura lagi. Lalu Sasuke kembali melanjutkan langkahnya.

Sial! Mengingat itu saja membuat Sakura menutup wajahnya lagi. Bagaimana ini? Dia akan bertemu keluarga Sasuke!!

"Apa-apaan kau? Sasuke kan pasienmu! Sudah jelas traumanya karena keluarga! Dia hanya meminta bantuanmu untuk sembuh! Kenapa kau seolah-olah bersikap akan bertemu dengan keluarga pacar?!" Protesnya pada diri sendiri. Tetapi itu tidak berhasil membuatnya tenang.

Lama Sakura termenung. Tiba-tiba ia berpikir, seperti apa kiranya keluarga Sasuke? Ada apa sebenarnya hubungan antara mereka? Mengapa Sasuke bisa seperti itu sampai-sampai ingin melakukan bunuh diri?

Setelah berpikir demikian, Sakura langsung membulatkan tekadnya untuk bertemu dengan keluarga Sasuke.

Esoknya...

"Kalau mau buat poached egg, bukan begini caranya. Mana ada poached egg tinggal kuningnya saja! Putar dulu airnya, baru masukkan telur." Pagi hari, terjadi perdebatan mengenai telur di kediaman Haruno. Sasori hanya memutar bola matanya ketika mendengar komentar Sakura. Mau tinggal kuning atau putihnya saja, toh yang makan juga dia, bukan adiknya.

"Mohon maaf, aksi protes tidak diterima. Silakan coba lagi lain kali." Ucapnya dengan telapak tangan menghadap ke wajah Sakura. Sakura menepis kasar tangan kakaknya lalu menunjuk-nunjuk mahakarya telur rebus Sasori.

"Apa-apaan! Kau ini melanggar kode etik per-makanan! Mana bisa begini!"

"Ck! Ujung-ujungnya juga jadi kotoran. Kenapa kau sebegitunya sama telur sih. Hari ini akhir pekan, kau pergi keluar kek, melakukan apa gitu. Jangan ganggu sarapanku! Ibu! Sakura mengganggu!"

"Sasori, jangan ganggu adikmu." Niat hati ingin mengadu pada ibunya, tapi ibunya malah memarahinya. Alhasil Sakura tertawa mengejek kakaknya itu.

"Kau rapih seperti ini, mau kemana kau?" Pada akhirnya perbincangan tentang telur berpindah kepada kemana Sakura akan pergi. Sakura yang tadinya mengunyah roti langsung terdiam.

"Oh? Aku mau keluar sama Ino." Jawabnya.

"Ho~ serius? Ino asli atau Ino jadi-jadian?" Tanyanya lagi.

"Ya..Ino asli lah! Mana ada Ino gadungan."

Tell Me About Mama (Complete!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang