Alunan musik kekinian memenuhi cafe ini. Cafe tersebut memiliki ciri khas anak muda yang seharusnya, para ibu-ibu ini tidak berada disini. Akan tetapi, karena mereka menganggap diri mereka masih berjiwa muda, maka diputuskanlah cafe ini sebagai tempat bertemu.
"Sarada bagaimana ya?" Salah satunya tiba-tiba bergumam setelah dirinya menenggak vanilla latte. Mereka adalah Hinata dan Ino, ibu-ibu berjiwa muda yang dimaksud. Hinata hanya merespon dengan nafas panjang sebelum ia mengucapkan sesuatu.
"Aku pun tak tahu. Apa tindakan kita salah dengan bercerita mengenai Sakura-chan?" Kemudian mereka sama-sama bersalah karena telah membuat hubungan ayah-anak menjadi canggung.
"Kita tidak salah kok. Wajar saja Sarada ingin tahu tentang jidat kan? Bagaimanapun, dia ibunya. Aku juga tidak mengerti kenapa Sasuke-kun menyembunyikan fakta tentang istrinya sendiri!" Kesal. Ino sampai-sampai hampir menggebrak meja karena mengingat kejadian dua hari lalu.
"Iya. Tindakan kita tidak salah karena memang Sarada-chan yang meminta. Tetapi, kita juga salah karena tidak minta izin terlebih dahulu kepada Sasuke-kun. Bagaimanapun Sasuke-kun pernah merasa depresi karena kehilangan Sakura-chan." Ino terdiam. Merasa ucapan Hinata ada benarnya juga. Ingatannya lalu berputar ketika Sasuke pernah depresi hingga kurus kering saat kepergian Sakura. Ibu satu anak itu lalu mendesah pelan.
"Hah....seandainya saja jidat masih ada disini." Sejenak dia merindukan suara tawa sahabatnya itu.
"Iya. Seandainya Sakura-chan masih ada disini." Mereka lalu termenung saling merindukan masa lalu. Meskipun Hinata tidak satu kampus dengan wanita itu, meskipun mereka baru akrab setelah Hinata bertunangan dengan Naruto, Hinata merasa sangat cocok berteman dengan Sakura. Kejadian yang sangat jarang terjadi mengingat Hinata di masa muda merupakan tipe orang yang sulit bersosialisasi.
"Tidak bisa dibiarkan! Sepertinya aku harus berbicara dengan Sasuke-kun."
"Memangnya Ino-chan berani?" Ibu Inojin itu lalu kembali duduk.
"Tidak." Ucapnya merasa payah.
.
.
.
.
"Selamat datang tuan." Beberapa maid membungkuk, menyambut kedatangan tuannya. Sasuke, pria yang baru saja pulang dari kantornya itu mengangguk sedikit seraya menyerahkan tas kerja ke salah satu maid."Kulihat ada mobil ibu di luar, ibuku ada disini?" Dia berjalan sambil membuka kancing jas dan menyampirkan jas itu di lengan. Mukade dengan sigap mengikuti langkah tuannya.
"Iya Sasuke. Nyonya Mikoto sedang berusaha membujuk Sarada-chan." Ketika ia sampai di depan pintu kamar anaknya, dengan jelas ia melihat sosok ibunya berdiri di depan pintu Sarada.
"Tadi saat pulang sekolah apakah dia sudah makan?" Tanya Sasuke lagi. Mukade menggeleng.
"Dari kemarin, dia mengurung diri di kamar. Saya khawatir karena dia tidak makan." Sasuke mendesah nafas lelah lagi.
"Terima kasih banyak Mukade." Lalu Mukade meninggalkan Sasuke bersama Mikoto.
"Sasuke-kun. Sarada-chan tidak menyahutiku." Ibunya mendekatinya lalu menatapnya dengan sirat khawatir. Sasuke lalu menggenggam lengan ibunya yang sudah agak menua.
"Kaasan*, sudah berapa lama disini? Sebaiknya kaasan pulang lalu istirahat." Mikoto mendesah kecewa. Dia benar-benar merasa khawatir semenjak mendengar cucu satu-satunya mogok makan.
*Ibu."Sasuke-kun. Tolong bujuk dia. Aku tak akan pergi sebelum aku melihat dia makan." Suruh Mikoto lagi.
"Iya. Kaasan pulanglah. Kudengar otousama* sedang sakit. Kaasan juga harus istirahat." Meskipun sudah disuruh berulang kali, Mikoto tetap kekeh dengan pendiriannya.
*Ayah
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me About Mama (Complete!)
RomanceIni merupakan kisah Sarada yang ingin menulis sebuah cerita tentang 'ibu' di perayaan hari ibu nanti. Dia tidak pernah bertemu dengan sosok yang ia panggil 'Mama'. Sarada ingin memasuki masa lalu ibunya. Masa lalu bagaimana ibunya bisa bertemu denga...